pak arman dan bu ida melangkahkan kaki di kantor polisi. terlihat sean yang sedang di introgasi oleh seorang polisi "papaa" teriak sean kala melihat papa nya berjalan mendekat ke arahnya. "sean yakin, papa kesini pasti mau ngebebasin sean kan pa?" tanya nya penuh rasa bahagia. "gausah ge'er kamu, papa kesini cuma mau cari tau di rumah sakit mana korban yang kamu tabrak di rawat" ucap pak arman datar.
sean terdiam mendengar jawaban papa nya. sesekali ia mengisyaratkan wajahnya meminta pertolongan kepada mamanya. bu ida hanya mendekat dan mengelus kepala putra nya dengan penuh kasih sayang dan belas kasihan begitu pun dengan sean yang memeluk tubuh mama nya seperti anak kecil yang meminta perlindungan. setelah mendapatkan informasi tentang korban dari tabrak lari yang dilakukan anaknya, pak arman segera mengajak istrinya untuk pergi ke rumah sakit tersebut. bu ida pun hanya membuntuti langkah suaminya, ia tau suaminya pasti akan melakukan yang terbaik untuk korban dan juga putra bungsunya itu.
[dirumah sakit]
zelia masih setia menunggu ayahnya siuman meski rasa lelah menimpali tubuhnya. ia menyandarkan tubuhnya di kursi tunggu didepan ruangan begitupun dengan om irwan dan tante ressa. semalaman mereka menginap di rumah sakit .
"keluarga pasien"
seorang perawat keluar dari dalam ruang IGD . zelia dan om irwan seketika berdiri "pak, pasien atas nama pak ivan sudah siuman. pasien sudah bisa ditemui tapi harus bergantian orang yang dapat masuk kedalam.." ucap perawat tersebut. tersirat raut bahagia di wajah zelia dan om irwan atas kabar yang disampaikan perawat tersebut. "om, zelia masuk duluan ya" izin zelia kepada om nya yang juga ingin menemui kakak iparnya itu. om irwan tersenyum dan mengangguk. zelia pun bergegas memasuki ruangan ditemani oleh perawat yang menjaga ayahnya.
"pa, kamu ini bagaimana. keuangan kita kan lagi menipis pa. belum lagi usaha mu yang bangkrut membuat kita habis-habisan. ini baru saja mau memulai usaha lagi, malah kamu pakai untuk biaya pengobatan kakak ipar mu itu" ketus tante ressa protes atas apa yang dilakukan om irwan. "sudahlah ma, kalau bukan kita mau siapa lagi yang membantu zelia dan mas ivan" sahut om irwan.
"yaa tapi kan pa?? kita masih butuh banyak biaya, belum lagi sebentar lagi kehamilanku semakin membesar, banyak hal yang harus kita pikirkan. bukan hanya perawatan mas ivan saja. belum lagi kalau mas ivan nanti cacat , lalu??? kita harus merawat mereka?? membiayai hidup mereka? melanjutkan sekolah zelia ? mama gabisa pa, mama gak sanggup. dari dulu keluarga mas ivan memang selalu saja merepotkan mu" gerutu tante ressa kepada om irwan yang kini hanya menyandarkan kepala nya di kursi tunggu. ia mencerna ucapan istrinya yang memang ada benarnya juga. tapi ucapan tante ressa terasa begitu ketus terhadap zelia dan keluarganya "yasudahlah ma, masalah itu kita pikirkan nanti saja, papa juga pusing" timpal om irwan. tanpa mereka sadari, sedari tadi terdapat sepasang suami istri yang tak sengaja mendengar perdebatan mereka. bu ida menggenggam tangan suami yang duduk disebelah nya, ia merasa tak enak hati dan merasa sangat bersalah karena ulah yang diperbuat oleh putra nya hingga harus merusak hidup seseorang.
zelia keluar dari ruangan, ia pun menyuruh om irwan untuk bergantian menemui ayahnya. om irwan pun masuk ke dalam ruangan itu didampingi perawat yang berjaga disana. setelah beberapa jam, om irwan pun keluar dari ruangan itu. "ma, apa mama mau menemui mas ivan??" tanya nya pada tante ressa yang memasang wajah cemberut duduk di sebelah zelia. tak ada jawaban apapun dari tante ressa atas tawaran yang diajukan suaminya.
"pak,, bolehkah saya menemui pak ivan?" tanya seorang lelaki parubaya yang ternyata sedari tadi duduk bersebelahan tak terlalu jauh dengan mereka.
"maaf bapak siapa ya?" tanya om irwan.
ia tak mau orang yang tak ia kenal masuk dan menemui kakak iparnya yang belum pulih total. "saya arman wijaya pak, saya papa dari orang yang menabrak pak ivan" ucap pak arman sambil mengulurkan tangan untuk bersalaman dengan om irwan. "ooh jadi anak bapak yang sudah menabrak kakak saya, mana anak bapak??!!!" emosi om irwan tersulut kala mendengar bahwa lelaki itu adalah papa dari orang yang telah menabrak ayah dari ponakannya .
"sabar pak sabaarrr, kita akan selesaikan ini dengan kekeluargaan" ucap pak arman mencoba menenangkan om irwan yang mulai memanas.
"om, tenang om" begitu pun dengan zelia yang memegang tangan om nya itu.
"iya pa, sabar jangan emosi, ini rumah sakit malu kalau ada ribut-ribut" ucap tante ressa yang juga mencoba menenangkan om irwan.
om irwan pun duduk di kursi yang berada di depannya. begitupun dengan pak arman yang juga duduk disebelahnya. "jadi begini pak, saya ingin meminta maaf atas kecelakaan yang telah menimpa pak ivan dan saya pasti akan bertanggung jawab atas kesalahan yang dilakukan anak saya terhadap keluarga bapak" ucap pak arman dengan tenang. om irwan hanya terdiam, mencoba menenangkan diri dan menerima permintaan maaf pak arman. om irwan menyadari bahwa dibalik kejadian itu semua tentu tidaklah ada unsur kesengajaan. kejadian itu murni kecelakaan.
"saya akan bertanggung jawab atas biaya pengobatan pak ivan, juga biaya untuk kehidupan pak ivan dan putri nya dikemudian hari. saya juga akan mengganti biaya pengobatan pak ivan yang sudah bapak bayar. kemudian saya akan membiayai agar putri pak ivan dapat melanjutkan pendidikan nya" lanjut pak arman.
om irwan sedikit lega atas bantuan yang ditawarkan oleh pak arman. ia menatap wajah zelia yang begitu sayu kala itu. ia pun menerima permintaan maaf pak arman dan menerima bantuan untuk segala biaya yang ditawarkan pak arman karena memang keadaan ekonomi nya saat ini tidak mendukung untuknya dapat berbuat banyak untuk membantu kakak serta keponakannya tersebut.
cukup lama mereka berbincang.. tiba-tiba seorang dokter datang dan memasuki ruangan dengan tergesa-gesa. "kenapa dok??" tanya om irwan sambil mencegah dokter tersebut masuk ke dalam ruang IGD. "kondisi pasien di dalam, kembali kritis" ucap dokter tersebut sambil menepis tangan om irwan yang tadi menghalanginya.
"ayahhh..." ucap zelia lirih tak bertenaga sambil menempelkan wajahnya di kaca ruangan yang memperlihatkan bagaimana dokter menangani ayah nya didalam ruang tersebut.
tak lama kemudian, dokter itu keluar dari dalam ruangan, om irwan dan zelia bergegas mendekat menghadap dokter tersebut. "maaf pak, kami sudah berusaha semaksimal mungkin tapi Tuhan berkehendak lain,pasien tidak dapat kami selamatkan".
belum sempat mereka bertanya tentang bagaimana keadaan ayahnya dokter itupun sudah menyampaikan berita duka itu. zelia menjerit memanggil ayahnya dan berhamburan lari memasuki ruangan, ia melihat ke layar monitor terlihat detak jantung ayah nya sudah tak lagi berjalan.
"ini pasti salah, ayah masih hidup kan om??? om, ayah gapapa kan om?? iya kan om??" tanya nya berulang kali pada om irwan yang terlihat meneteskan air mata di hadapan zelia. hancur sudah kehidupan zelia kala mendengar berita menyakitkan itu. takdir seolah memperlakukan nya dengan sangat kejam . ia tak mampu menerima kenyataan pahit yang realitanya harus ia terima.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 121 Episodes
Comments