Part 3

...Di Kantin...

"Ach... kamu ni nggak percayaan si, kayaknya kalo kamu sama dia cucok deh" tambah Devi.

"Yap cucok B.G.T" Sahut Deva.

"Hust... gak usah ngarang dech, perpus yuk aku mau cari buku buat materi besok" ucapku untuk menghentikan hayalan mereka.

"Ach, kamu ni Ca sampai kapan si mau jomblo... kesempatan cuma datang satu kali" kata devi.

"Heh ngomong apa si, dasar ibu-ibu ... cepet bayar " putusku.

ooOoo

Menjadi apa adanya tanpa topeng dan basa basi tidak selalu membuat kita banyak teman. Tapi sekali kita mendapatkannya, maka itu kabar gembira. Hanya sahabat sejati yang selalu memahami kita apa adanya. Mereka berbicara kurang berkali-kali, protes sana sini. Benahi yang bukan urusannya, lupa tugas yang utama yaitu urus urusan mu sendiri.

Kami keluar kantin dengan diam-diam aku meihat kearah kak Fikri yang kebetulan sedang menghadap kearah kami dan melempar senyum padaku. Aku membalas senyumnya dengan cepat berpaling menyusul Deva dan Devi. Ku pilah-pilah buku-buku di rak. Sementara Deva dan Devi asik dengan laptop mereka, dengan srius aku mencari buku yang ku cari tiba-tiba.

"Cari buku ini?!"

Suara yang mengejutkanku hingga membuatku sedikit melonjak, segera ku balikkan badan dan ternyata kak Fikri yang berdiri tepat di belakangku dengan menyodorkan buku yang ku cari.

"Hem" reflek krna kaget " i-iya...kok tau...makasih gugup sambil menerima bukunya.

"Ya tau... kebetulan hasil search kamu di komputer belum keluar dan kebetulan juga aku melihat buku ini masih di meja, mungkin ada yang baru membacanya" jelas kak Fikri dengan menebar senyumnya padaku.

"Oow gitu, makasih kak kalo gitu aku kesana dulu ya" jawabku dengan menunjuk meja tempat duduk Deva dan Devi.

"Oh, ok! Sama-sama" aku berjalan ke arah Deva dan Devi

"Eee tunggu!" baru seperempat langkahku aku

"Eee, Kembali membalikan badan ku kearah kak Fikri

"Ya! Kenapa kak?"

"Nggak, nanti ada seminar mengenai sistematika pembuatan karya tulis ilmiah dan kebetulan aku jadi panitianya kalau kamu dan teman-temanmu bersedia ikut kegiatannya untuk tambah tambah referensi " dengan tersenyum berharap.

Hal yang selalu membuat hati bimbang adalah ketika kamu memilih mencintai seseorang, tetapi tidak pernah memiliki keberanian lebih untuk mengungkapkannya. Perasaan itu seperti rasa sakit yang bertahun-tahun tidak menemukan obatnya, jika saja kamu berani mengatakannya mungkin kamu tidak terbunuh mati oleh perasaan mu sendiri. Memang, sebagai seseorang yang pertama kali jatuh cinta, perasaan takut itu selalu ada. Membuat hati mu bimbang tidak siang tidak malam selalu terbayang-bayang, bagi ku aku lebih suka mencintai dalam diam, sebab tak akan ku temukan kata katakutan dalam mencinta.

"Oh ya kak insyaallah ya, Makasi infonya" jawabku sambil tersenyum lembut.

"Ok! See you" balas kak Fikri sambil tersenyum dan meninggalkan tempatnya berdiri tadi.

Aku tahu, aku telah membuatnya bersedih. Dinding itu telah lama menjelma jadi sebatang pohon dengan kulit yang renta, mengelupas di banyak tempat. Rantingnya mulai merapuh dan daun daunnya yang gugur, berserakan di mana mana. Ia bukan lagi pohon yang dulu biasa aku panjat. Bukan, ia tidak sedang menjadi pohon yang lain. Melainkan diriku. Akulah yang kini berubah. Seperti langit biru yang mendadak kelam. Seperti mendung yang menaungi hati yang tak hentinya menangis.

Apakah untuk menjadi seorang lelaki, aku harus mengorbankan perasaan perasaanku sendiri? Apakah untuk menjadi seorang lelaki aku harus meninggalkan masa kecilku hanya untuk mendengarkan suara suara orang lain; hardikan, umpatan, cemoohan dan teguran teguran yang seringkali menyakitkan hati.

Aku sudah lama sekali tenggelam, mungkin sejak terakhir kali aku terlelap di bawah pohon ibu. Pohon di mana dulu jadi tempatku bernaung. Pohon itu masih ada di sana, sunyi dan sendiri. Berasa jauh tapi pun dekat. Aku terkadang ingin menyentuhnya, seperti aku menyentuh dinding ibu untuk pertama kali. Tapi aku tahu, aku sudah bukan yang dulu lagi. Dan ibu seperti rumah yang merindukan kehadiranku. Ia ingin aku pulang padanya. Tapi entahlah, apakah besok masih cukup ada waktu untukku untuk menjadi diriku sendiri?

Aku melanjutkan langkahku dan berfikir, kapan kak Fikri berjalan kearahku apa karna aku terlalu khusuk mencari buku sampai tak tau kalau ada orang di belakang ku. Hem mungkin hanya kebetulan, aku berjalan sambil senyum-senyum tak jelas.

"Hey! Ca, wah so sweet! Jadi ngiri ni ... hahahaha sahut Deva dan Devi yang ternyata sedari tadi mereka memperhatikanku dengan kak Fikri dengan ekspresi muka mereka yang sok imut.

"Hem. apaan si gak usah ngeres dech tadi cuma kebetulan aja"

"kebetulan kok sampe dua kali si" bantah Deva menggodaku.

"Dua

"Dua kali?.. Kapan? kan baru ini "sangkalku penasaran sambil mengingat-ingat " dua kali dong, yang tadi di kantin diam-diam curi pandang ke arahmu dan yang kedua masak tiba-tiba dia ada saat kamu butuh bantuan, udah kaya jin aja... hahaha" tambah Devi mendukung Deva dan mereka saling cekikikan, membuatku memanyunkan mulutku.

"Suuuutttt... mohon tenang, jangan membuat kegaduhan di sini!" ketus petugas perpustakaan, yang sontak menghentikan acara cekikikan Deva dan Devi yang mulai clinguran mengganti ekspresi mereka.

"Ach kalian... udah yok keluar.. jam berapa ni? harus masuk kelas nanti telat". Sambil memasukkan buku ke tas ku dan beranjak berjalan mendahului Deva dan Devi.

"Yuuukk, Deva mengikuti capcus.." tambah langkahku.

"Ech Ca, tadi kak Fikri bilang apa?" Devi ternyata masih penasaran " mau tau aja?, apa mau tau banget?.. hem" jawabku sambil nyengir meledek.

"Ach, aku srius ca!" tambah Devi merengek.

Karna aku yakin yang sesungguhnya dihadirkan olehNya akan lebih indah tanpa aku mencarinya. sampai akhirnya aku melihatnya seorang laki-laki yang sempurna dimataku. Dia sopan, santun, cerdas, aktif dan pengertian. Dia kak Fikri seniorku, dekat dengannya aku merasa nyaman dan aku pikir rasa nyaman itu adalah cinta. Ternyata aku salah mengartikan itu, sampai akhirnya David datang dalam kehidupanku.

"Bisa! Ayo berangkat sekarang" jawab Deva Devi serentak yang membuat ku bingung dan kaget memandangan mereka berdua bergantian. Yang menunjukkan wajah binar mereka.

"Hey! Kalian kita kan ada kelas sekarang, nanti aja abis kelas kita selesai" jawab ku kesal dan meneruskan langkahku.

"Hem, kalau nanti keburu habis acaranya Ca!" pinta Deva merengek sambil menarik-narik tangan kiriku.

"Memang kenapa kalau selesai... kan masih ada acara lagi kapan-kapan gak harus sekarang kan?" jawabku santai.

"Tapi, kalau besok-besok belum tentu kak Fikri ikutkan" bantah Devi. Yang membuatku terhenti dan berbalik memandang mereka.

"Haduh, teman-temanku sayang, kalian mau ikut seminar untuk ketemu kak Fikri atau mengambil ilmunya?"

ooOoo

Terpopuler

Comments

amora

amora

"aku " dsni siapa sih kak
dprolognya kyak krakter laki2,tp dialog nya si cewek,.?
aku bingung😵

2024-12-24

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!