Apabila datang musim hujan, jalan di hutan yang sebagai lokasi untuk penanaman bibit tentu akan becek dan licin, berlumpur dan liat. Alyaa dan kawan-kawan menggunakan sepatu boots yang difasilitasi oleh perusahaan.
Di saat-saat lokasi seperti itu, sangat sulit untuk berjalan. Terkadang terpeleset dan bahkan terjatuh. Tapi tidak sedikit teman-teman yang simpati kepada Alya, untuk membantu dan menolongnya.
Waktu terus berjalan. Sore pun telah tiba. Setelah sholat maghrib, tampak kantin penuh sesak dengan karyawan yang mengantri untuk makan malam. Alya hanya melihat dari pintu kamarnya.
Kemudian Alya menoleh ke arah kantor, dilihatnya mas Nuel yang berdiri di teras kantor melambaikan tangannya ke arah Alya. Melambaikan tangan untuk memanggil Alya.
Alya berjalan memenuhi panggilan Nuel. Nuel yang masih berdiri di teras kantor menunggunya untuk sampai di sana, lalu mengajaknya masuk ke dalam kantor.
"Masuk Al! Bergabung di sini lho … daripada bengong di sana …!"
Tersenyum dan mengikuti Nuel masuk.
Dilihatnya beberapa orang sedang menikmati minuman masing-masing. Ada yang minum kopi, kopi susu, atau teh. Mereka saling berbincang-bincang satu sama lain.
Yang berperawakan sedang agak gemuk namanya Pak Hadi, yang tinggi jangkung bernama Pak Yono, dan yang perawakan sedang rambut agak ikal bernama Pak Adnan.
Mereka semua itu bekerja sebagai pengawas di lapangan.
"Mau minum apa, Al?" Tanya Pak Yono menawari Alya minum.
"Biar dibuatkan sama Pak Adnan sekalian," kata Pak Yono dengan pelan.
"Makasih pak. Biar saya bikin sendiri saja," jawab Alya yang masih setia berdiri di ruangan itu.
Tapi sudah duluan dengan Adnan memberikan Alya gelas yang berisi minuman susu.
"Ini Al, aku buatkan susu, nggak aku taruh kopi. Kan biasanya cewek nggak suka minum kopi." Adnan memberikan segelas susu kepada Alya.
"Waduh merepotkan nih jadinya, makasih ya Pak."
Alya menerima gelas dari Adnan.
"Nggak apa-apa Al, wong Pak Adnan juga senang kok direpotin." Kata Pak Yono sambil senyum-senyum.
"Apalagi sama gadis seanggun Alya." Timpal Pak Hadi lagi, sambil matanya lirak-lirik ke arah Adnan.
Semua orang di ruangan itu tersenyum- senyum seolah memberi semangat dan dukungan kepada Adnan untuk mendekati Alya.
Adnanpun ikut tersenyum.
*****
Pov. Adnan.
“Pak Nuel, dengar-dengar ada karyawan baru, cewek katanya. Mana orangnya Pak?”
Tanyaku kepada pak Nuel. Untuk memastikan benar tidaknya info itu. Soalnya kami mendengar berita itu pas masih bekerja di lapangan.
Dari seminggu yang lalu Pak Nuel sudah mengatakan kalau akan ada masuk karyawan cewek.
“Pokoknya kalau cewek yang masuk, beritanya cepat menyebar,” kata Pak Hadi.
“Coba kalian lihat, yang berdiri di sana!” kata Pak Nuel kepada orang-orang yang ada di kantor, sambil menunjuk ke arah Alya yang sedang berdiri di depan pintu kamarnya.
Akupun ikut melihat ke arah yang ditunjuk pak Nuel. Ku lihat Alya yang sedang berdiri di depan mess, lalu berjalan ke arah kantor.
Alya berbadan langsing tinggi, rambut hitam bergelombang panjang sebahu, berjalan gemulai. Tampak begitu anggun.
Tanpa kusadari Alya sudah sampai di pintu kantor. Kulihat jelas, alis matanya tebal, pandangan matanya sayu, senyumnya yang manis menghiasi bibirnya menyapa kami semua yang ada di kantor, dengan suaranya yang empuk lagi halus.
Saat telapak tangan kanannya menempel di tanganku, untuk bersalaman, “dag.. dig … dug ….”Jantungku benar – benar mau melompat keluar.
Dan malam ini, mataku seperti ada magnetnya, eh.. maksudnya Alya yang mempunyai magnet, sehingga mataku tidak bisa lepas dari memandangnya.
Aku menjadi salah tingkah. Untuk menghilangkan kegrogianku, aku membuatkan minuman susu untuknya walaupun tanpa disuruh Pak Yono.
“Alya! Alya! mengapa aku tidak bisa melepaskan pandangan mataku darimu? Hanya dengan melihatmu saja sudah memporak porandakan suasana batinku yang tadinya tenang dan sunyi.
Ditambah lagi dengan omongan orang-orang ini, yang seolah-olah ingin mendekatkan aku dengan mu, Al.
Mungkinkah aku suka dan tertarik kepadamu, Al?
Hah… masak iya sih!
Alya! Alya Prameswari! Asal kamu tahu! Aku harus mendapatkanmu! Kamu harus bertanggung jawab dengan apa yang aku rasakan ini!
Karena telah mengusik ketenangan batinku!” batinku meronta, menjerit.
“Alya, mengapa kamu begitu anggun? Wanita seperti kamulah yang kucari. Semua kriteria yang kucari ada padamu."
Malam semakin larut, pukul 10.00 saatnya untuk menuju ke pembaringan, karena besok harus bekerja kembali.
Alya berpamitan undur diri akan kembali ke kamarnya.
“Mas Adnan, antar Alya gih, kasihan Alya berjalan sendiri, sudah malam lho!”
Pak Yono memberi komando. Seolah pak Yono mengerti teriakan batinku. Pak Yono tuh terkadang memanggilku mas terkadang pak.
Alyaa sudah berjalan mendahuluiku.
Aku menyusulnya berjalan di belakangnya.
Sampai di pintu kamar Alya, kulongokkan kepalaku untuk melihat ke dalam, sudah sunyi. Sepertinya semua karyawan di kamar itu sudah di bawah selimut dan tidur.
“Selamat malam Al, tidur yang nyenyak ya, kalau memerlukan sesuatu jangan sungkan untuk memanggilku.” Kataku kepada Alya.
“Iya, Pak. Makasih. Selamat malam.”
Kuminta Alya segera menutup dan mengunci pintu kamarnya, kupastikan Alya sudah melakukan itu, lalu aku kembali ke kantor.
Kemudian aku pun masuk ke kamarku yang ada di sebelah kantor itu.
Sudah berada di tempat tidurku, tapi pikiranku tidak mau beralih dari sosok Alya. Alya sungguh sukses membuat pikiranku tidak tenang.
“Alya, aku baru saja beberapa hari ini melihatmu, mengapa kamu sudah menyiksaku seperti ini?
Aaagghh!
Ada apa denganku ini?” Batin Adnan menjerit.
Jam sudah menunjukkan pukul dua dini hari, mataku belum terpejam sama sekali.
Di sebelahku ada ranjang tempat tidur Pak Yono, kulirik dia sudah tidur dengan sangat pulas, bahkan terdengar suara dengkurannya yang lirih.
*****
Seiring berjalannya waktu, Alya sudah dua minggu bekerja, dan sore ini dia akan pulang ke rumah kontrakan Yani. Karena mendapat jatah libur dua hari.
Beberapa teman kerjanya juga demikian, mengambil waktu off day, termasuk Adnan, Yono, juga Isnani dan banyak yang lainnya.
Kebetulan ada mobil perusahaan yang siap mengantar perjalanan untuk pulang.
"Al, off day kamu mau kemana?" Tanya Isnani kepada Alya, ketika mobil sudah berjalan beberapa saat lamanya.
"Paling di rumah saja, Mbak Is," sahut Alya yang memang belum punya rencana, apa yang akan dilakukan nanti di dua hari berikut selama libur.
"Kalau begitu, aku besok datang ke rumahmu ya Al?" Tanya Isnani.
"Siap Mbak Is, aku tunggu loh." Jawab Alya.
Adnan dan Yono yang dari tadi berdiam diri itu, ternyata menyimak percakapan antara Alya dengan Isnani.
"Bagaimana Pak Yono, kalau besok kita ikut Bu Isnani ke rumah Alya?" Tanya Adnan kepada Yono yang duduk di sebelah kanannya.
"Boleh juga tuh, tapi boleh apa nggak sama yang punya rumah?" Sahut Yono sambil melihat ke arah Alya.
"Tentu boleh dong, pak. Pake boleh banget malah." Sahut Alya sambil tersenyum.
"Jadi serius nih, kalian besok akan ke rumahku?" Tanya Alya kepada mereka bertiga.
"Iya, Al." Jawab Isnani mantap.
"Kalau begitu, besok kalian semua aku tunggu di rumah!" Tegas Alya, sambil melihat mereka satu persatu.
"Iya." Jawab Adnan dan Yono hampir bersamaan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 36 Episodes
Comments
Langit Biru
up up
2022-10-04
1