Tampaklah seorang gadis, dengan postur tubuh tinggi, berkulit kuning langsat, berusia 18 tahun, dengan mendorong sebuah tas koper, berjalan keluar dari bandara.
Dia berdiri di sebelah kiri pintu keluar. Ditaruh tas kopernya di sebelah kiri. Dibukanya sling bag yang menggantung di bahunya, lalu diambilnya handphone di dalam tas itu.
"Oh, ternyata ada telepon masuk dari mbak Yani beberapa kali nih," gumam Alya dalam hati.
Ketika Alya akan menelpon balik ke mbak Yani, tiba-tiba handphone Alyaa berbunyi.
Yani menelponnya kembali, "Halo,"
"Halo mbak Yani," jawab Alyaa
"Al, dimana sekarang?" Tanya suara dari seberang.
"Aku sudah di ruang tunggu ini mbak," jawab Alya.
"Di sebelah mana kamu sekarang? Aku sama mas Nuel sudah di bandara menjemput kamu, Al. Kutunggu di dekat pintu keluar ya?"
"Oh, Iya mbak. Aku ke sana sekarang!"
Alya menutup pembicaraan melalui handphone, lalu memasukkan handphone ke dalam sling bagnya kembali. Kemudian dia mendorong keluar tas kopernya menuju ke pintu keluar.
Mbak Yani dan mas Nuel sudah terlihat oleh Alya. Alya berjalan mendekati mereka,
"Selamat datang Alya, selamat datang di kota kami tinggal. Semoga betah nanti ya di sini," sambutan Mas Nuel penuh dengan kehangatan.
"Aamiin. InsyaAllah," jawab Alya dengan tersenyum tipis di bibirnya.
Mereka bertiga masuk ke dalam mobil taxi yang sudah di sewa untuk mengantarkan ke rumah kontrakan.
Mas Nuel adalah suami dari Mbak Yani. Dan Mbak Yani kakak sepupu Alya. Mereka sudah dua tahun tinggal dan bekerja di kota ini.
*****
Satu bulan kemudian,
Alya diterima bekerja di salah satu perusahaan di kota itu. Sebuah perusahaan yang bergerak dibidang penanaman.
Alya turun dari mobil dengan membawa tas ransel, berjalan menuju ke sebuah mess karyawan, lalu ditunjukkan oleh karyawan senior di perusahaan tersebut, di mana letak kamar Alya.
Alya begitu syok, melihat kamar yang akan ditempatinya. Kamar yang sangat tidak cocok untuk seorang perempuan.
Dalam hati Alya bertanya, "Mengapa perusahaan tidak menghargai kaum wanita? Mengapa perusahaan menempatkan karyawan wanita satu ruangan tempat tidur dengan para karyawan pria?
Meskipun sama-sama sebagai karyawan di perusahaan itu seharusnya tempat tidur dipisahkan antara wanita dan kaum pria.
Menurutku sangat tidak etis dan tidak memiliki sopan santun!"
Alya memperhatikan di sekelilingnya, dilihatnya para karyawan wanita yang ada di situ enjoy-enjoy saja dengan tempat tidur yang seruangan dengan kaum pria.
Sebenarnya Alya sangat ngeri melihat itu, dan khawatir dengan keadaan dirinya sendiri. Alya hanya bisa berdoa memohon kepada Allah untuk diberi perlindungan dan keselamatan.
Di sore hari seorang pria datang kepada mereka, pria itu bertanya, "Bagaimana, apa kalian puas dan nyaman dengan tempat ini?"
Tanya pria itu kepada para karyawan wanita yang kebetulan sedang duduk berkumpul di depan mess.
"Ini suatu pertanyaan atau basa-basi atau memang memancing emosi kami?" batin Alya.
"Sudah jelas tempatnya sangat nggak sesuai, masih ditanyakan!" Emosi Alya tapi cuma di dalam hati saja.
Alya ingin memberi suaranya, tapi dia mawas diri juga, karena dia karyawan baru apalagi belum satu hari. Sementara Alya melihat karyawan wanita lainnya santai-santai saja tuh.
"Yaaa... terpaksa dibuat nyaman, pak. Karena tempatnya hanya ini yang ada." Jawab wanita berambut keriting yang berdiri tiga meter di depan Alya. Seolah-olah menerima keadaan yang tidak adil itu.
Pria itu tidak enak hati lalu dia meninggalkan tempat itu.
Setelah tiba waktu maghrib, para karyawan pergi ke kantin untuk makan malam.
Bbeberapa saat kemudian, Mas Nuel datang menghampiri Alya yang sedang ngobrol dengan Isnani dan karyawan perempuan lainnya, di depan mess.
Mas Nuel memanggil Alya untuk di ajak pergi ke kantor malam itu. Sampai di kantor, Alya diperkenalkan dengan beberapa karyawan yang ada di sana.
"Perkenalkan! Ini namanya Dinda. Dinda Prameswari. Karyawan baru di sini." Kata Mas Nuel memperkenalkan Alya kepada teman-temannya yang ada di kantor itu.
"Wah ada masuk karyawan perempuan baru lagi ya, mantap nih!"
Ujar salah satu orang di kantor itu.
Mereka satu persatu menjabat tangan Alya dan memperkenalkan nama mereka masing-masing. Ada yang bernama Yono, Prasetya, Adnan dan masih ada beberapa yang lainnya.
Ternyata pria yang datang ke mess tadi bernama Adnan, dia salah satu karyawan senior.
Di sore hari berikutnya, Adnan datang lagi ke mess itu dan menanyakan hal yang sama dengan kemarin. lalu ada beberapa karyawan wanita mengeluhkan keadaan tempat tinggal mereka.
"Kamar perempuan harus dipisah dengan kamar laki-laki, Pak!"
"Iya kalian yang sabar dulu ya untuk saat ini, semua suara kalian akan kami usulkan ke perusahaan, soalnya perusahaan masih baru berdiri, jadi masih darurat. Dan mess untuk wanita memang belum dibangun. Rencana akan dibangun secepatnya."
Adnan menjelaskan supaya keadaan yang darurat ini bisa dimengerti dan dipahami oleh semua karyawan.
Lalu Adnan keluar meninggalkan tempat itu.
"Pak Adnan sering datang kesini sekarang, cari muka saja," kata salah satu karyawan pria.
"Ya mending begitu, mau memperhatikan dan datang mengecek keadaan karyawannya. Daripada senior-senior yang lain tidak pernah mengunjungi ke tempat ini, tidak pernah melihat keadaan di sini!" Balas Margareth atas ucapan pria yang bernama Yosep itu.
"Kita masuk ke sini kan di bawa Pak Nuel. Ya seharusnya Pak Nuel dong yang memperhatikan kita," kata Yosef.
"Tapi buktinya mana? Pak Nuel juga jarang nongol melihat ke sini. Masih mending pak Adnan sering datang melihat keadaan di sini.
"Barusan Pak Nuel juga datang ke sini kok, pas kamu nggak ada kali ... jadi kamu nggak tahu."
Akhirnya Yosep dan Margaret yang saling sahut menyahut berdebat itu berhenti. Yosef memihak pada Pak Nuel sedang Margaret memihak pada Adnan.
"Kalau menurutku, pak Adnan itu datang kemari karena ada maunya. Dengar-dengar di lapangan tadi sepertinya dia sedang ingin pedekate dengan seseorang yang ada di sini." Kata Yosep sambil matanya memandang ke arah Alya dan Isnani berada.
Alya dan Isnani mendengar perdebatan mereka hanya diam saja.
Selesai waktu makan malam,seperti biasa Alya diajak Nuel ke kantor.
Menghabiskan waktu malam di sana, dan akan kembali ke mess jika sudah mengantuk dan ingin tidur.
Hari demi hari, Alya semakin akrab dengan personil yang berada di kantor. Sebenarnya Alya bukan termasuk dari mereka yang sebagai pengawas di lapangan.
Alya hanya sebagai karyawan biasa. Terjun langsung di lapangan jika hujan ya kehujanan, jika panas ya kepanasan itulah pekerjaan Alya.
Apalagi jika datang musim hujan, jalan di hutan yang sebagai lokasi untuk penanaman bibit tentu akan becek dan licin, berlumpur dan liat. Alya dan kawan-kawan menggunakan sepatu boots yang difasilitasi oleh perusahaan.
Di saat-saat lokasi seperti itu, sangat sulit untuk berjalan. Terkadang terpeleset dan bahkan terjatuh. Tapi tidak sedikit teman-teman yang simpati kepada Alya, untuk saling membantu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 36 Episodes
Comments
Langit Biru
semoga Alya betah ya
2022-05-28
1