I Love You, Alya

I Love You, Alya

Bab 1. Adnan Mampir Di Tempat Alya

Sang mentari pagi mulai menyapa. Cuaca pagi yang sangat cerah. Tapi tidak secerah hati Alya. Sudah dua minggu ini Alya yang seharusnya sudah berada di tempat kerjanya, sekarang hanya tinggal di rumah saja. Karena bermasalah dengan kesehatannya.

Alya ingin menggerakkan tubuhnya dengan menyapu halaman depan rumahnya. Tiba-tiba muncul Adnan dengan sepeda motornya, berhenti di depan gerbang.

"Hai Al!" Sapa Adnan sambil turun dari sepeda motor. Membuat Alya kaget.

Alya menoleh ke arah sumber suara.

"Pak Adnan ..." senyum merekah di bibir Alya menyambut kedatangan Adnan. Hati Alya sangat berbunga-bunga dengan hadirnya Adnan di depan matanya.

Mimpi apa semalam kamu Alya, sepagi ini didatangi Adnan, pria yang memberikan perhatian kepadamu selama ini. Pria yang kamu rindukan ketika kamu jauh darinya. Tapi Alya pikir selama ini Adnan hanya menganggapnya sebagai teman biasa saja.

Jadi Alya tidak ingin berpikir yang macam-macam. Takut patah hati. Tapi sebenarnya jantung Alya sudah mau melompat keluar, saking senangnya.

Karena walaupun Alya sakit dan sudah nggak kerja, tapi masih ada teman yang peduli dan mau datang mengunjunginya ke rumah.

Alya menghentikan kegiatan menyapu halaman rumahnya, dan mempersilakan Adnan duduk di kursi teras.

"Pak Adnan dari mana?" Tanya Alya setelah sama-sama duduk di kursi teras.

"Aku dari Teluk Al, terus pas balik, aku lihat ada kamu, ya… sekalian mampir saja." Sahut Adnan sambil memperhatikan Alya.

'Hm, cuma lewat saja ternyata, aku pikir memang datang untuk mengunjungiku,' gumam Alya dalam hati dengan sedikit kecewa.

"Bagaimana keadaanmu sekarang, Al? Sudah sehatkah belum?" Tanya Adnan.

'Nanyain keadaanku? Nggak salah dengar nih aku?' Alya mencoba mencubit lengannya sendiri, antara percaya dan tidak.

'Perhatian juga dia sama aku.' Guman Alya dalam hati.

"Sebenarnya sudah sehat sih, tapi terkadang suka kambuh, bagaimana ya ... aku sendiri nggak ngerti dengan penyakit ini," jawab  Alya dengan sedikit murung.

Tapi pandangan mata Adnan tidak mau lepas dari Alya. Gadis yang ia suka. Gaya bicaranya kalem, tingkahnya lemas lembut, berpenampilan sederhana, namun nampak anggun dan bersahaja.

Tatapan Adnan membuat Alyaa merasa kikuk.

"Pak, aku ke dalam dul ... u ..." Alya akan berdiri dari duduknya, tapi Adnan memotong kalimat Alya dan menahannya untuk tidak beranjak dari tempat duduknya, dan dengan refleks tangan Adnan memegang tangan Alya.

'Al, kamu tahu nggak sih, aku tuh kangen sama kamu?' jerit Adnan dalam hati.

"Ada apa, pak?" Tanya Alya yang nggak mengerti mengapa tiba-tiba Adnan memegang tangannya.

Tapi itu mampu membuat jantung Alya berdetak lebih cepat dari sebelumnya dan tersipu.

Alya melihat ke arah tangannya yang dipegang Adnan.

Dengan wajah kaget karena tidak sadar dengan apa yang dilakukannya, Adnan juga melihat ke arah tatapan mata Alya. Kemudian melepaskan tangan Alya dari genggamannya dengan pelan.

"Maaf." Pinta Adnan.

Alya menundukkan wajahnya yang mungkin sudah memerah seperti kepiting rebus.

Setelah melepas genggaman tangannya, Adnan menghiasi bibirnya dengan senyuman memandang ke wajah Alya yang tertunduk dan memerah.

"Maaf Al, aku nggak bermaksud," ucap Adnan.

"Iya. Pak Adnan mau minum apa? Kopi apa teh?" Tanya Alya sambil menunduk untuk menghindari tatapan mata Adnan.

"Teh saja," Sahut Adnan terpaksa harus melepas kepergian Alya untuk masuk ke dalam rumah.

'Alya, mengapa sih kamu bikin aku seperti ini? Membuat aku ingin selalu dekat dengan kamu? Aku merasa nyaman di dekatmu, Al!" Teriak hati Adnan.

Alya berlalu dan masuk ke dapur untuk membuatkan teh Adnan.

"Kenapa sih pak Adnan pegang-pegang tanganku segala? Tahu nggak sih, kalau jantungku sudah mau copot nih!" Gumam Alya.

Tidak lama kemudian, Alya ke teras dengan membawa secangkir teh. Ditaruhnya di atas meja yang ada di antara Adnan dan Alya.

"Alya, kapan kamu masuk kerja lagi?" Tanya Adnan setelah Alya duduk di kursinya.

"Kepingin masuk kerja lagi sih, tapi apa masih boleh? Kan aku sudah lama nggak masuk kerja dan tanpa izin lagi. Jangan-jangan aku sudah dikeluarkan?" Sahut Alya.

"Nggak dikeluarkan tuh, soalnya masih ada kok daftar namamu di sana." Jelas Adnan.

"Iyakah?" Tanya Alya untuk memastikan.

"Ya iyalah. Kalau kamu nggak percaya, ayo kita ke kantor!" Ajak Adnan untuk meyakinkan keraguan Alya.

"Iya deh," jawab Alya sambil melihat wajah Adnan yang penuh keyakinan itu.

"Kapan? Sekarang yuk!."  Adnan menoleh ke arah Alya.

"Kalau begitu aku ke dalam dulu, mau persiapan dan ganti baju." Kata Alya dengan semangat.

Alya beranjak dari kursinya dan berjalan menuju ke kamarnya untuk mengganti bajunya dengan sweater warna putih berlengan panjang dan dipadu dengan celana jean panjang berwarna biru dongker.

Dipoles wajahnya dengan make up yang tipis-tipis saja dan menyapu bibirnya dengan lip glos. Karena Alya tidak menyukai make up yang tebal dan menor. Disisir dan diikatnya rambut panjangnya yang bergelombang itu.

Setelah semuanya beres, Alya keluar dari kamarnya dan menuju ke teras.

Dilihatnya Adnan yang masih duduk setia menunggunya.

"Sudah Alya? Berangkat sekarang?" Tanya Adnan kepada Alya yang kelihatan sudah siap.

Alya menganggukkan kepala sebagai jawaban.

Mereka berdua berboncengan menuju ke kantor.

Di tengah perjalanan,

'Ya Tuhan, mengapa pak Adnan baik banget sama aku? Bahkan tidak hanya baik. Pak Adnan juga memberi perhatian kepadaku. 

Ah jangan ge-er Alya, pak Adnan juga perhatian kok dengan teman-teman wanita nya yang lain, mungkin memang sudah sifat dari pak Adnan begitu. Terkadang saat kulihat kebersamaan pak Adnan dengan teman wanita lainnya, seperti ke Shinta, Santi, Rina, juga begitu perhatian. Membuatku bagaimana ya ... seperti iri. Ah.. tapi itu gak boleh!

Aduh! Kenapa juga aku harus nggak senang atau iri? Itu nggak boleh Alya! Hilangkan semua pikiranmu yang seperti itu! Fokus saja pada kesehatan dan kerja! Fokus! Fokus!'

Alya yang berada di boncengan belakang Adnan bergumam sendiri.

Tiba-tiba Alyaa dikagetkan dengan Adnan yang sedang memboncengnya di depan membuka suara,

"Alya, teman-teman semua kangen loh sama kamu."

"Oh ya? Benarkah?"

Sebelum Adnan menjawab pertanyaan Alya,

"Al,bolehkan motornya berjalan agak kencang?"

"Ya boleh saja, supaya cepat sampai." jawab Alya.

"Kalau gitu pegangan dong! Aku takut kamu jatuh loh kalau motornya jalannya lebih laju." Pinta Adnan.

"Aku dari tadi sudah pegangan." Jawab Alya.

"Sudah pegangan?  Pegangan apa?" Tanya Adnan.

Alya bingung mau menjawab apa, padahal dari tadi Alya memang sudah berpegangan. Yaitu berpegangan dengan bajunya Adnan.

"Berpegangan sama baju pak Adnan!" jawab Alya lirih di dekat telinga Adnan Membuat Adnan tersenyum geli.

"Kok pegangan baju sih, Al?"

Adnan meminggirkan motornya dan berhenti.

"Kenapa berhenti?" Tanya Alya bingung.

Adnan membetulkan letak tangan Alya untuk berpegangan. 

"Apaan ini pak! Kok begini?" Alya bertanya dengan wajah memerah dan sedikit kesal.

Terpopuler

Comments

Rini Antika

Rini Antika

Aku mampir kak, smg berkenan mampir jg ke Karyaku yg msh pemula..🙏

2022-08-01

1

Maulana ya_Rohman

Maulana ya_Rohman

langsung cus mampir kak....☺️☺️☺️

2022-06-25

1

Lee

Lee

Mampir kak..
Berpisah Karena Mandul hdir..

2022-06-23

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!