Di sebuah ruang KTV di klub malam terbesar di kota itu. Seorang perempuan cantik sedang diam termenung sembari meminum minuman keras. Beberapa kali dia melirik ke arah pintu kemudian melirik ke arah jam tangannya. Dia mendesah ketika laki-laki yang sejak satu jam tadi dia tunggu tak kunjung datang.
"Kau sudah menunggu lama?"
Sisil menoleh ke arah pintu. Dia langsung berlari menghambur ke pelukan Brian. Laki-laki itu tersenyum. Tangannya terulur mengusap punggung wanita cantik nan seksih itu dengan penuh kelembutan. Sikap yang begitu kontras dengan sikap yang selalu Brian tunjukan kepada Byan. Laki-laki itu seperti memiliki dua kepribadian. Yang satu dingin dan bengis. Dan yang satunya kalem juga romantis.
"Kenapa kau sangat lama Bi? Aku sudah menunggumu sejak tadi. Apakah kau tidak merindukan ku?" Sisil mendongak menatap wajah tampan Brian dalam suasana lampu yang temaram. Brian ini benar-benar sangat tampan. Apalagi jika dalam situasi seperti sekarang ini. Wajahnya seperti sebuah kebohongan.
"Aku tadi ada urusan mendadak. Jadi baru bisa datang."
Sisil mengangguk. Dia melepaskan pelukannya lalu membawa Brian untuk duduk di sofa. Brian tersenyum. Saat itu Sisil menuangkan koktail ke sebuah gelas lalu memberikannya kepada Brian. Laki-laki itu menerimanya dengan senang hati. Dengan senyum yang tak lekang dari wajah tampannya. Laki-laki ini adalah laki-laki iblis berkedok malaikat. Wajahnya benar-benar tidak menunjukkan kalau dia senang melakukan hal-hal terlarang seperti ini.
Sepanjang malam mereka mabuk-mabukan bersama. Sebenarnya hanya Sisil yang mabuk. Brian tidak bisa minum terlalu banyak karena dia harus pulang dalam keadaan sadar. Anjani bisa membunuhnya hidup-hidup kalau sampai dia tahu apa yang Brian lakukan di belakang mereka.
"Sayang, aku merindukanmu. Aku sangat merindukanmu." Sisil duduk di pangkuan Brian sembari mengelus manja wajah tampan laki-laki pujaan hatinya. Mereka sudah seperti ini hampir 5 bulan. Saat itu Sisil melamar pekerjaan untuk menjadi sekretaris Brian. Namun pada akhirnya mereka malah semakin dekat dan Brian menjadikannya sebagai wanitanya.
Brian tersenyum. Dia menarik pinggang ramping Sisil membuat tubuh keduanya kian beradu. Sesekali Brian mengecup pipi dan bibir Sisil. Body wanita ini memang sesuai dengan tipe body wanita yang Brian suka.
Sisil mulai menggeram ketika tangan Brian semakin menggerayangi tubuh moleknya. Brian juga sangat menikmati kegiatan itu. Decapan-decapan halus terdengar ketika Brian mulai mengecup leher Sisil inchi demi inchi. Bibir laki-laki itu mulai naik ke atas. Namun ketika Brian hendak mencium bibir Sisil untuk yang kesekian kalinya, Brian terkejut lalu mendorong tubuh Sisil sampai wanita itu terjungkal ke belakang.
"Byan!" Brian bergumam dengan wajah yang syok. Kenapa tiba-tiba wajah bocah ingusan itu ada di hadapan. Bahkan tadi Brian sempat membayangkan lekuk tubuh Byan yang sempat dia lihat.
"Astaga. Kenapa bocah tengil itu menggangguku." Brian kembali berucap.
Saat itu Sisil meringis sembari mengusap punggungnya yang sakit karena terbentur pinggiran meja. Brian tidak langsung membantu Sisil. Sekali lagi dia melihat dan memastikan kalau wanita yang sedang menggeliat di bawah kakinya itu bukan Byan.
"Apa kau baik-baik saja?" Brian bertanya sembari membantu Sisil untuk duduk kembali di sofa.
"Pinggangku sakit sayang. Sepertinya dia ingin mendapat pijatan lembut dari tuannya." Sisil berbicara dengan nada yang sengaja dia buat mendayu-dayu untuk menggoda Brian. Kala itu kesadaran nya sudah berkurang 70%. Namun karena Sisil sangat menyukai laki-laki yang ada di depannya, dia terus menggoda laki-laki itu.
Sisil mengalungkan tangannya di leher Brian. Brian tidak menolak. Namun ketika Sisil ingin menempelkan kembali bibir mereka, Brian refleks mendorong tubuh Sisil. Untuk kesekian kalinya Sisil terjungkal. Kali ini lebih baik dari sebelumnya karena dia jatuh di atas sofa.
"Hari ini aku sedang tidak mood untuk menyentuh mu Sisil. Sebaiknya kita pulang saja."
Brian tidak mengerti kenapa dia bisa seperti ini. Bukan rasa bersalah yang hinggap di hatinya, namun wajah Byan yang terus muncul yang membuat dia menjadi tidak berselera untuk menyentuh wanita yang selama ini selalu memenuhi kebutuhan ranjangnya.
Karena tidak ingin terlalu lama di tempat seperti itu tanpa melakukan apapun, pada akhirnya Brian memutuskan untuk mengirim Sisil pulang ke kosannya. Brian tidak mengantar Sisil pulang, laki-laki brengsek itu mengirim Sisil menggunakan sebuah taksi. Brian memang melakukan hubungan sembunyi-sembunyi dengan Sisil karena dia tidak ingin keluarganya tahu.
Setelah memastikan Sisil pergi dengan aman. Brian masuk ke dalam mobilnya. Dia menyandarkan tubuhnya ke sandaran jok. Satu tangannya terkepal di atas kening dengan mata yang terpejam. Brian menarik napas beberapa kali lalu menghembuskan-nya dengan kasar. Ada apa dengan dirinya. Kenapa dia tidak bisa menyentuh wanita lain setelah wajah Byan muncul di depan wajahnya. Tidak ingin terlalu lama berpikir, Brian menghidupkan mesin mobilnya lalu bergegas untuk pulang.
Brian tidak memikirkan maslah ini terlalu lama. Mungkin karena beberapa kejadian yang membuat dirinya berinteraksi dengan Byan, menjadikan Brian seperti ini. Brian yakin semuanya akan kembali normal seperti sebelumnya.
Ketika Brian sampai di depan rumahnya, di sana sudah ada mobil ayah Nugroho. Berarti kedua orang tuanya sudah pulang. Brian memarkirkan mobilnya lalu turun dan bergegas untuk masuk.
Hal pertama yang dia lihat ketika dia masuk ke dalam rumah adalah keluarga-nya yang sedang bercanda di ruang tengah. Anjani, Byan, Nugroho dan Aldi sedang tertawa entah menertawakan apa.
"Assalamu'alaikum," Brian memberi salam.
"Wa'alaikumssalam," jawab semua orang. Byanmenoleh ke arah sumber suara. Suaminya sudah pulang. Dalam hati Byan tersenyum namun wajahnya tidak menunjukkan ekspresi itu.
"Kamu dari mana Bi?" Anjani bertanya.
"Brian habis ketemu temen Bu. Brian ke atas dulu ya!"
"Kamu gak mau gabung dulu sama kita apa?"
"Enggak Bu. Brian capek."
Anjani mengangguk. Dia kembali memutar tubuhnya untuk kembali mengobrol dengan orang-orang yang ada di ruangan itu. Byan melirik suaminya dengan ekor mata. Sejujurnya Byan sangat berharap kalau Brian bisa bergabung supaya dia bisa melihat wajah tampan suaminya lebih lama.
Jam di atas meja sudah menunjukkan pukul 11 malam. Semua orang memutuskan untuk kembali ke kamar mereka masing-masing. Begitupun dengan Byan. Berbincang dan bercanda dengan keluarga barunya membuat Byan merasa lebih baik. Pada awalnya Byan takut kalau keluarga suaminya akan memperlakukannya dengan tidak baik. Namun ternyata dia salah. Keluarga Nugroho sangat menyayanginya. Bahkan dia diperlakukan seperti anak sendiri di rumah ini.
Byan menggerakkan handel pintu perlahan. Byan takut kalau malam itu suaminya sudah tidur dan akan terganggu dengan kedatangannya. Lampu sudah diredupkan. Mungkin suaminya memang benar-benar sudah tidur.
Langkah Byan tertatih-tatih karena dia berjalan sembari berjinjit. Dia meraba-raba tembok untuk sampai di walk in closet. Mata Byan tidak terlalu awas ketika keadaan di sekitarnya gelap. Jadi, meskipun orang normal masih bisa berjalan dalam ruangan yang redup, Byan tidak bisa melakukan itu.
"Kenapa sangat jauh. Harusnya sudah sampai bukan?" Byan bergumam sendiri. Dia terus melangkah dengan hati-hati.
Duk!
"Akh!" Byan memekik ketika tubuhnya melayang di udara.
Brukkkkk!
To Be Continued.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 188 Episodes
Comments
Meriana Erna
kok bs ortu ny Brian gk tw kelakuan anak ny
2023-11-15
0
Putri Auren
menjijikan kelakuan Brian diluar sana.
2023-06-05
1
Ernadina 86
ternyata Brian menjijikan.. .Byan kamu jangan jatuh cinta dg mudah dong
2023-05-12
1