Jam di dinding sudah menunjukkan pukul 8 malam. Byan sudah selesai dengan kegiatannya. Dia sudah mandi, sudah shalat isya juga sudah mengkadha shalat magrib. Meskipun Byan masih belum bisa menutup aurat dengan benar, namun untuk shalat sebisa mungkin dia tidak pernah meninggalkannya.
Byan sudah menggelar bad cover di atas lantai yang ada di Walk in closet. Byan memang menempati tempat ini setelah dia pindah ke kamar suaminya. Sebenarnya Brian juga memberikan Byan pilihan untuk tidur di sofa. Namun Byan merasa kurang nyaman. Lebih baik menggelar bertumpuk bed cover daripada harus tidur meringkuk seperti anak kucing. Di tambah lagi, kalau Byan tidur di sini sepertinya akan lebih aman. Kalau tiba-tiba mertuanya melakukan sidak, Byan bisa langsung menggulung bad cover juga bisa melempar bad cover itu ke dalam lemari.
Byan terus berguling ke sana kemari. Terkadang dia hanya akan tidur terlentang sembari menatap langit-langit ruangan itu. Brian benar-benar orang yang sangat kejam. Bagaimana bisa dia tidur nyenyak sementara Byan tidur di ruangan yang seharusnya tidak dia tinggali.
Kruyuk!
Byan meringis. Dia memegangi perutnya kemudian beranjak duduk. Gadis itu kembali melirik jam yang ada di depan matanya. Ternyata masih jam 8 lebih 10 menit. Byan tidak bisa langsung tidur karena tadi dia sudah tidur sangat lama. Di tambah perutnya kelaparan. Byan tidak bisa diam saja. Dia harus mencari makanan kalau dia tidak ingin tersiksa.
"Mau ke mana kamu?" Brian yang kala itu sedang mengerjakan sesuatu di laptopnya bertanya kepada Byan.
"Byan lapar Om. Byan mau nyari makanan di bawah."
Brian tidak menunjukkan respon apapun. Dia kembali fokus pada laptop di hadapannya. Byan mendengus. Gadis itu kembali melangkahkan kakinya menuju tempat yang dia yakini menyimpan banyak makanan.
"Mbak Byan!" Aldi berseru ketika melihat Byan sedang sibuk mencari sesuatu di dalam kulkas.
"Ekh Aldi. Kamu belum tidur?" Byan balik bertanya.
"Ini masih jam 8 Kak. Upin Ipin aja tidurnya jam 9. Masa aku harus tidur di jam-jam seperti ini. Mbak lagi nyari apa?"
Byan tersenyum. Dia mengusap perutnya yang datar. "Aku lapar Al. Aku lagi nyari camilan atau apapun yang bisa aku makan, tapi sepertinya gak ada."
Aldi menggeleng. Tidak mungkin tidak ada apapun di kulkas. Ibu mereka adalah ibu yang paling pengertian. Dia selalu menyediakan berbagai macam camilan juga makanan beku di dalam kulkas karena takut anak-anak nya lapar di tengah malam.
"Memang Mbak mau makan apa? Gak mungkin di kulkas gak ada makanan kan?"
"Hehe. Sebenarnya bukan tidak ada makanan Aldi, hanya saja semuanya masih mentah. Aku tidak mungkin makan makanan mentah. Aku tidak bisa memasak. Ibu selalu menyediakan apapun yang aku butuhkan. Kalau bukan Ibu, pasti Ayah yang akan melakukannya untuk ku."
Wajah Byan mendadak sendu. Tiba-tiba saja dia menjadi sangat merindukan kedua orang tuanya. Kalau dia masih tinggal dengan ibu dan ayahnya, dia pasti tidak akan kesulitan seperti sekarang.
"Mbak!" Aldi memanggil karena melihat Byan hanya diam bergeming.
"Akh iya Aldi. Aku ngambil air putih aja deh. Gak enak kalau mau ganggu Mbok Jum. Aku akan kembali ke kamar setelah mengambil air."
Aldi menghentikan langkah Byan. Dia mencekal pergelangan tangan gadis itu lalu menatapnya. "Mbak. Jangan seperti itu, biar Aldi yang buatkan makanan untuk Mbak. Mbak duduk aja di sini! Biar Aldi masakan dulu makanan nya."
Byan menurut. Dia tidak menolak karena saat itu dia benar-benar sangat lapar. Byan duduk di kursi yang ada di dekat meja mini bar. Matanya tak henti-hentinya memperhatikan Aldi yang sedang sibuk menyiapkan makanan untuknya.
"Ibu sama Ayah kemana Aldi?"
"Eum, mereka pergi ke perjamuan. Hal biasa yang selalu mereka lakukan jika mendapat undangan dari teman bisinis Ayah."
Byan mengangguk. Pantas saja rumah ini terlihat sangat sepi. Ternyata Ayah dan Ibu mertuanya sedang pergi keluar.
20 menit kemudian. Meja mini bar sudah penuh dengan berbagai macam makanan. Ada mie goreng, sosis goreng, kentang dan masih banyak yang lainnya.
"Wah, Aldi kamu pinter masak juga ternyata. Aset negara yang tidak boleh di sia-siakan."
Aldi terkekeh. Aset negara apanya. Ini hanya makanan cepat saji. Masa sih Mbak gak bisa bikin kayak ginian. Kan tinggal rebus sama goreng aja."
Byan dengan cepat menggelengkan kepalanya. "Aku boleh mulai makan kan?" Byan bertanya namun matanya tak beralih dari makanan kesukaannya yang sangat menggiurkan.
"Makanlah! Kau bilang kau sangat lapar. Kenapa tidak langsung menghabisi semuanya."
Tanpa basa-basi lagi Byan langsung menyambar mie goreng buatan Aldi. Dia juga mulai mencomot sosis dan kentang goreng. Mulutnya penuh dengan makanan namun wajahnya terlihat sangat berseri-seri.
Aldi kembali tersenyum melihat Byan yang sangat lucu di matanya. Dia mengambil selembar tisu lalu mengusap bibir Byan yang belepotan saos.
"Makan pelan-pelan Mbak. Gak akan ada yang berebut makanan dengan mu."
Byan mengangguk sembari tersenyum. Mereka berdua tidak menyadari jika sejak tadi ada sepasang mata yang sudah memperhatikan mereka. Brian menarik ujung-ujung bibirnya. Niat hati ingin keluar untuk menemui Sisil, Brian malah di suguhkan dengan pemandangan yang membuat matanya sakit. Sebenarnya kedekatan Aldi dan Byan itu adalah hal yang biasa. Namun karena Aldi pernah mengatakan kalau dia menyukai Byan, Brian merasa ada yang salah. Apapun yang Aldi lakukan kepada Byan, itu menjadi hal yang negatif di mata Brian.
Brian kembali menuruni anak tangga. Dia sudah rapih dengan coat hitam panjang dengan sweater yang senada. Laki-laki itu terlihat seperti burung gagak yang galak. Dia berjalan semakin mendekat ke arah Byan dan Aldi.
"Jangan lupa kunci pintu kamar kalau tidur. Jangan biarkan Serigala masuk ke kamar." Brian berbicara dengan ekor mata yang melirik ke arah Aldi.
"Eumh Om Brian. Om mau ke mana? Bukannya tadi Om udah mau tidur?"
Byan turun dari kursinya lalu berjalan mendekati Brian. Brian menunduk. "Ini bukan urusan mu bocah tengil," bisik Brian di telinga Byan. Byan hanya melongo. Lagi-lagi Byan di buat terpesona oleh suara suaminya yang terdengar sangat seksi di telinga.
Brian pergi meninggalkan Byan yang masih mematung. Lagi-lagi matanya melirik ke arah Aldi yang kini sedang menatapnya dengan tatapan tidak suka. Dia tersenyum meremehkan. Sejurus kemudian dia sudah menghilang. Suara mobil yang terdengar sangat kencang namun lama-lama suara mobil itu menghilang.
"Mbak! Makan lagi, nanti kalau sudah dingin tidak enak lho." Aldi berusaha untuk mengembalikan kesadaran Byan.
Sementara di dalam mobil, Brian sedang sibuk bertelepon dengan seseorang.
"Iya Sayang. Aku akan ke sana sekarang. Tunggu dan jangan kemanapun."
To Be Continued.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 188 Episodes
Comments
⚔️👑𝟚𝟙ℕ⚔️ 𝕁𝕦𝕞ဣ࿐༻
kalau Brian dan byaj nyatu menang banyak dong Brian... rugi bandat si byan kasian cm DPT ampasnya 🤦
2023-06-04
1
Queen Mother
Yaaaahhh kurang ajiiaaaarrr si Brian, serong dy
2023-04-06
1
Ass Yfa
si Bryn punya pacat tapi ndak mau ngelepas Byan buat Aldi.... kujamin bakalan nyesel..... bngt... kslo Byan jatuh ke tangan Aldi
2023-04-04
1