Byan mengusap pipinya beberapa kali. Rasanya semalam Byan sangat malu. Kenapa dia bisa menanyakan hal seperti itu? Anjani juga menjawab pertanyaannya terlalu lantang. Ini semua salah kedua orangtuanya Byan. Mereka selalu mengurung Byan di rumah, tidak pernah membiarkan Byan pergi dengan teman-teman nya. Jadi jangan salahkan Byan kalau dia tidak tahu istilahnya seperti itu.
"Byan!" Aldi berseru.
Byan menoleh ke arah adik iparnya. "Kenapa Al? Ada yang ingin kamu tanyakan?"
Aldi menggeleng dengan cepat. Dia hanya ingin memanggil Byan saja. Tidak ada maksud tertentu. Aldi tidak bisa memanggil Byan dengan panggilan yang santai ketika mereka ada di rumah. Dan sekarang Aldi punya keleluasaan itu.
"Byan, hari ini kamu kenapa?" Aldi bertanya dengan senyum di wajahnya.
"Aku? Aku kenapa?" Byan kembali bertanya. Dia merasa agak aneh mendapat pertanyaan seperti itu. Memangnya ada yang aneh darinya?
"Kenapa kamu sangat cantik hari ini?"
Byan membulatkan matanya tak percaya mendengar kalimat yang keluar dari mulut Aldi. Bisa-bisanya dia menggoda Byan di saat seperti ini.
"Jangan menggodaku Aldi. Aku tahu kau itu seorang Casanova, tapi jangan pernah berpikir aku akan termakan rayuan mu."
Aldi terkekeh. Byan benar-benar sangat lucu. Padahal Aldi tulus memuji Byan. Kenapa Byan malah terlihat sensi seperti itu. Memangnya salah kalau dia memuji Byan.
"Mendengar gosip darimana kamu Bi? Aku ini bukan seorang casanova, jangan berbicara sembarangan."
"Ikh, Byan gak bicara sembarangan Aldi, Byan sudah tahu semua tentang kamu dari orang-orang di sekolah. Jangan mengelak lagi."
Aldi kembali tersenyum. Seperti biasa dia akan memarkirkan mobilnya di samping bangunan sekolah. Sekolahnya sangat luas, jadi dari parkiran ke kelas lumayan agak jauh.
Byan mendengus karena Aldi tidak meresponnya. Dia memilih untuk diam sembari mengerucutkan bibir.
"Ayo keluar!" Aldi membuka pintu setelah menurunkan kursi roda untuk Byan. Keluarga Nugroho benar-benar memperlakukan Byan seperti orang yang sakit parah. Byan hanya sakit pinggang, namun mereka bersikeras menyuruh Byan untuk memakai kursi roda. Jika sudah seperti ini, siapa yang harus disalahkan? Dirinya? Tentu saja Byan tidak mau.
Aldi membuka seat belt yang Byan kenakan lalu memangku gadis cantik itu dan memindahkannya ke atas kursi roda.
"Aldi apakah ini perlu? Aku tidak apa-apa. Kenapa aku harus memakai kursi roda."
Aldi menggeleng. "Menurutlah! Ibu menyuruh kamu memakai kursi roda karena dia sayang sama kamu. Jangan berbuat ulah dan diam saja. Hari ini aku akan memberikan pelayan lebih untukmu."
Byan menghembuskan napasnya kasar. Ini benar-benar sangat memalukan. Semua siswa dan siswi di sekolah itu menatap ke arahnya. Byan hanya bisa menunduk. Sementara Aldi, dia malah memasang wajah bahagia sembari mendorong kursi roda Byan. Sungguh laki-laki yang aneh.
"Byan!" Dua orang teman baru Byan berteriak sembari menghampiri gadis itu.
"Apa yang terjadi? Kau kenapa?" Anandita dan Navisa berdiri di hadapan Byan. Byan mendongak sembari menaruh jari telunjuknya di bibir.
"Aldi! Aku akan ke kelas bersama mereka. Kau pergi ke kelas mu saja!"
"Tapi Bi,-"
"Sudahlah Al, nanti kita juga akan bertemu lagi."
Karena tidak mau membuat Byan marah, Aldi merelakan kursi roda Byan kepada Anandita dan Navisa. Ya, sekarang Aldi sudah tahu nama kedua gadis itu karena Byan sudah memberitahunya kemarin.
"Ya sudah aku pergi. Kalian tolong jaga Byan! Jangan sampai dia lecet."
"Ikh, udah pergi sana Aldi!"
Byan mengusir Aldi dengan mendorong perut adik iparnya itu. Aldi tersenyum sebelum dia benar-benar pergi. Sementara Byan, dia hanya memasang wajah kecut. Bagi Byan perhatian Aldi ini terlalu berlebihan. Padahal Byan kan hanya kakak iparnya, apa memang hubungan ipar selalu sebaik ini? Tapi tidak, dengan Bima saja Byan tidak dekat, jadi ini karena Aldi nya saja yang keterlaluan.
"Ayo kita ke kelas," ajak Byan kepada kedua sahabatnya.
Anandita dan Navisa membantu Byan. Mereka berdua mendorong kursi roda Byan tanpa banyak bertanya.
****
"What? Lo jatoh di kamar mandi? Dan sodara Lo nyuruh Lo buat pake kursi roda? Separah apa emang Lo jatuh Bi?"
Byan menunduk sembari menghembuskan napasnya. "Aku gak papa. Sebenarnya aku udah bisa jalan dan beraktivitas seperti biasa meskipun memang masih sakit. Tapi keluarga ku memaksaku untuk memakai kursi roda. Aku tidak bisa menolak mereka An."
Terlihat wajah sedih Byan yang memang tidak di buat-buat. Mungkin kedua sahabatnya ini akan berpikir kalau dia terlalu manja dan lebay. Namun jujur saja, bukan ini yang dia inginkan. Byan hanya ingin tetap masuk sekolah. Namun Anjani memberikan dia syarat seperti ini.
"Jangan sedih Byan, gak papa. Malah bagus lha kamu Byan kursi roda gini. Biar gak capek. Nanti aku sama Anandita yang akan bantu kamu."
Anandita mengangguk dengan semangat. "Iya Bi, Lo gak usah khawatir. Kalau ada yang bicara macem-macem sama Lo, biar kita yang bantu basmi mereka."
Hahahah "Baru juga kemarin masuk sekolah, ekh udah kena karma aja. Mangkanya jadi cewek itu gak usah gatel. Gini kan jadinya. Cantik-cantik tapi kayak orang cacat. Gak guna, nyusahin Aldi aja."
Byan mengerutkan keningnya melihat seorang gadis yang memakai seragam yang sama dengannya. Gadis itu sangat cantik. Lebih cantik dari Byan. Namun kenapa mulutnya sangat jelek.
"Lo itu ngomong apa sih Agnes! Jangan asal nyerocos. Ntar gue tarik juga itu mulut."
Anandita hendak menyerang orang yang tadi dia panggil Agnes. Namun Navisa menahan tangan Anandita karena tidak ingin membuat keributan.
"Oh jadi kamu yang namanya Agnes. Kamu wanita yang pernah di tolak Aldi itu kan?" Byan berbicara dengan polosnya. Dia tidak melihat raut wajah Agnes yang sudah berubah bak banteng yang hendak mengamuk.
"Dasar wanita ja la ng. Berani-beraninya Lo ngehina Gue. Lo pikir Lo siapa?"
Agnes hendak menarik rambut Byan. Namun dia kalah cepat dengan Navisa. Navisa menarik kursi roda Byan, dan kini Ananditalah yang menjadi lawan Agnes.
"Gue udah bilang jaga mulut Lo. Kalau enggak, gue bakal robek itu mulut, banteng."
Agnes semakin menggeram. Dia menarik rambut Anandita sampai pada akhirnya tarik-menarik rambut terjadi di kelas itu.
"Agnes!" Dua orang siswi lainnya masuk ke kelas. Anandita yang kala itu sedang menarik rambut Agnes dengan kuat mendongak ke belakang ketika dua gadis lain menarik bahu juga rambutnya.
"Hei! Kenapa kalian malah main keroyokan seperti ini? Kalian sudah gila!"
Navisa yang tadinya hendak melerai malah ikut tersulut emosi dan terjadilah perkelahian antar kelompok banteng dan kelompok singa.
"Astaghfirullah. Kenapa jadi begini!" Byan memejamkan mata sembari memijat kepalanya yang sakit.
Agnes tersenyum menyeringai. Anandita dan Navisa sedang sibuk melawan teman-temannya. Byan sekarang sendiri. Agnes bisa mengganggu gadis itu dengan leluasa.
"Hei ja la ng!"
Byan tidak menoleh. Agnes malah di buat semakin kesal dan langsung mencengkram dagu Byan.
Settttt!
"Akh." Byan memekik kesakitan.
"Kalau di panggil itu jawab lonteh!"
"Tapi kau tidak memanggil namaku Agnes."
"Cih, aku tidak memanggil namamu ya? Memang namamu siapa? Lonteh, Ja la ng atau Anj ing ?"
Settttt!
Plakkkkkkk!
To Be Continued.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 188 Episodes
Comments
@shiha putri inayyah 3107
Agnes sama teman² nya berani gangguin bian dan menyakiti bian,,, siap² aja kena masalah karena menyakiti menantu kesayangan ibu Anjani...
2023-06-03
0
Uneh Wee
buset eta bhsa ...sarua jng ngarana setan kupret
2023-02-23
0
Tanisha Almahyra
🤭🤭🤭🤭
2023-01-31
0