Benar saja apa yang dikatakan oleh Anjani. Hari ini Byan akan mulai bersekolah di sekolah favorit yang ada di kota Jakarta. Hebatnya lagi, hanya orang-orang tertentu lah yang bisa sekolah di sekolah mewah ini. Byan sangat beruntung karena meskipun mungkin dia hanya akan sebentar menikmati sekolah barunya namun setidaknya Byan bisa merasakan ada di sekeliling anak-anak orang berpengaruh di kota itu.
"Aldi kita sekelas 'kan?" Byan bertanya kepada adik iparnya. Hari ini pagi terlihat begitu cerah, Byan dan Aldi pergi ke sekolah menggunakan mobil mewah keluaran terbaru yang diberikan ayah Nugroho untuk Byan. Namun karena Byan tidak bisa menyetir mobil, alhasil Aldi lah yang menjadi sopir Byan untuk sementara.
Apakah Aldi keberatan dengan hal itu? Oh tentu saja tidak, Aldi justru sangat senang karena selain dia bisa menikmati mobil baru yang dimiliki oleh kakak iparnya, dia juga bisa berdekatan dengan wanita cantik itu. Aldi tahu Brian tidak pernah mencintai Byan, Kakaknya itu selalu memperlakukan Byan seenak jidatnya. Jadi jangan salahkan Aldi kalau dia memberikan perhatian lebih kepada sang Kakak ipar.
"Aldi kok malah melamun sih jawab napa!" Byan menarik jaket yang Aldi kenakan membuat laki-laki yang sejak tadi sedang melamunkan sesuatu entah apa itu menoleh ke arah Byan.
"Ekh Mbak, maaf tadi Aldi nggak denger. Mbak nanya apa?"
" Ih Aldi, jangan panggil aku Mbak kenapa. Kita itu seumuran, lagi pula aku juga sepertinya nggak cocok jadi Mbakmu, lebih baik kau panggil namaku saja. Aku kan merahasiakan pernikahan ini dengan Om Brian, jangan sampai orang-orang tahu kalau aku sudah menikah."
Aldi mengangguk. Memang benar apa yang dikatakan Byan. Kalau dilihat dari postur tubuh jelas-jelas Byan lebih mungil dan juga lebih cocok jadi adiknya Aldi. Aldi yang memang memiliki gen tinggi besar dari ayahnya terlihat lebih dewasa di umurnya yang sekarang.
"Baiklah, mulai sekarang aku akan memanggilmu Byan. Aku hanya akan memanggilmu Mbak Byan kalau kita sedang ada di rumah."
Byan mengangguk menyetujui. "Nah, kalau sudah setuju sekarang jawab pertanyaan aku! Kita sekelas nggak?"
Aldi menggeleng. "Tidaklah, aku berada di kelas B kau ada di kelas A nilaimu lebih baik daripada nilai ku, jadi terima saja itu."
Terlihat Byan yang menurunkan bahunya lesu. Byan pikir dia akan mendapatkan keberuntungan lain dengan satu kelas bersama Aldi, namun ternyata keberuntungan itu tidak menghampirinya. Nyatanya mereka harus berpisah dan Byan harus menerima kalau dia tidak punya teman di kelas.
"Kau tenang saja, kau itu orangnya humble, aku yakin akan banyak orang yang mau berteman denganmu." Aldi mengacak rambut Byan. Apa yang dilakukan Aldi itu membuat Byan membulatkan matanya.
"Aldi ih, kamu teh jangan ngacak-ngacak rambut aku. Aku udah jelek malah dibikin tambah jelek, bololol kamu mah ikh."
Aldi tertawa "Apa yang baru saja kamu katakan?" Aldi bertanya sembari memarkirkan mobilnya di parkiran sekolah. Laki-laki itu melepas seat belt nya lalu menoleh ke arah Byan.
"Bololol itu artinya nakal Aldi. Gitu aja nggak tahu."
Byan berbicara namun tangannya terus bergerak merapikan penampilan juga mengambil sebuah tote bag dan bersiap untuk turun.
"Aku ini bukan orang Sunda. Ya jelas lah aku nggak tahu."
Byan terkekeh, "Iya juga sih, Byan juga nggak terlalu pandai bahasa Sunda cuman tahu istilah-istilah seperti itu dari temen-temen sekolah Byan. Byan nggak berani ngomong pakai bahasa Sunda karena Sunda yang Byan tahu itu bahasanya terlalu kasar, jadi sehari-hari pun Byan selalu memakai bahasa Indonesia."
Sebelum keluar dari mobil, Byan mencondongkan kepalanya ke kaca jendela mobil. "Aldi, anak-anak yang sekolah di sini penampilannya keren-keren ya. Terus gimana kalau nanti mereka nggak suka lihat aku yang berpenampilan biasa kayak gini. Aku juga tidak terbiasa memakai make up, tapi sepertinya anak-anak di sini sangat pandai menggunakan itu. Lihatlah! tuh itu Aldi lihat itu!" Byan menarik bahu Aldi mengajaknya untuk memperhatikan satu objek yang menurut Byan sangat menarik.
"Tuh lihat Aldi! Bibir siswi itu merah banget kayak jengger ayam. Emang gak dimarahin sama guru?" Byan menoleh, namun ketika dia menoleh dia terdiam untuk beberapa saat. Wajahnya dengan wajah Aldi hanya berjarak beberapa senti, dan karena ulahnya itu jantung Ali berdegup kencang. Wanita cantik ini membuat kaki Aldi tremor dan dia kesulitan untuk menarik tubuhnya ke arah belakang
Aldi langsung terduduk ketika Byan mendorong wajahnya dengan telapak tangannya yang kecil itu. "Ih apaan sih Aldi, kok deket-deket kayak gitu, kita itu bukan mahram loh. Enggak boleh berdekatan seperti itu." Byan berseru seperti seorang ustadzah saja, padahal tadi Bilyan lah yang menarik Aldi bukan? Lantas kenapa sekarang dia malah memarahi Aldi.
Aldi terkesiap. sejurus kemudian otaknya kembali normal. "Kau itu, bukannya tadi kamu yang narik aku? Kenapa sekarang malah nyalahin aku? Bner-bener deh, ayolah kita keluar. Sebentar lagi bel masuk tuh, nanti kamu telat."
Semua siswa dan siswi di sekolah itu menatap ke arah Aldi dan juga Byan ketika mereka berdua turun dari mobil. Mereka pikir Byan adalah pacar dari Aldi, belum lagi mobil yang mereka pakai adalah mobil mewah keluaran terbaru bagaimana tidak bisa jadi pusat perhatian kalau seperti itu. "Udah jangan hiraukan mereka!" Aldi menarik tangan Byan lalu membawanya masuk ke gedung sekolah.
"Kalau kamu ingin hidup tenang, bersikap cuek lah. Dan apapun yang kamu dengar, maksudku, kalau ada orang lain yang menjelekkan mu atau membicarakan keburukan mu tidak usah dimasukkan ke hati." Byan mengangguk. Dia tentu saja tahu akan hal itu, di Bandung juga Byan bukan anak yang populer, bukan anak yang memiliki banyak teman. Dia malah memiliki beberapa musuh yang selalu mengganggunya setiap hari.
"Wah, wah, ini gawat. Siapa itu guys? Jangan-jangan dia pacar barunya Aldi, lihat penampilannya! Nggak banget, wajahnya juga biasa aja. Kenapa Aldi mau sih sama dia, udah pendek, jelek, nggak level banget."
Telinga Byan berdenyut mendengar cacian yang anak-anak lain katakan tentangnya, tapi masa bodoh lah. Benar kata Aldi, dia memang harus belajar cuek. Tidak perlu mendengar kata-kata yang tidak penting.
"Kelas kamu di sini. Kelas aku ada di sana yang paling ujung." Aldi menunjuk kelas yang ada di sayap kiri sekolah itu. Byan mengangguk "Nanti siang aku akan ke sini untuk mengajakmu makan di kantin. Sebelum itu, jangan kemana-mana! mendengar kata-kataku tidak?" Byan kembali mengangguk. Sekarang Aldi sudah berani memerintahnya karena dia berkata kalau mereka masih seumur, jadi Aldi tidak perlu bersikap formal. Namun apa yang
Byan katakan itu ternyata malah memberikan keleluasaan kepada Aldi untuk bersikap semena-mena terhadapnya.
"Sudah! Sudah pergi sana! Aku sudah sampai di kelasku, jadi kamu bisa pergi sekarang." Aldi mengangguk kemudian pergi dari kelas Byan.
Byan masuk lalu celingukan mencari seseorang. Byan tidak tahu apakah di kelas itu ada bangku kosong atau tidak.
Beberapa detik kemudian Bhan mendengar suara orang yang berlari. Byan menoleh ke arah pintu. "Aldi!" Byan bersuara agak keras. Aldi itu tersenyum sembari ngos-ngosan mengeluarkan napas karena dia baru saja berlari ke kelas Byan.
"Kursimu ada di ujung sebelah kanan. Deretan kedua kursi pertama. Itu sudah disiapkan pihak sekolah untukmu, maaf aku tadi lupa memberitahu."
Byan mlongo, sebegitu apik kah persiapan yang dilakukan oleh keluarga suaminya sampai bangku pun sudah dipersiapkan sebelum dia datang. Benar-benar The power of orang kaya.
To Be Continued.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 188 Episodes
Comments
Queen Mother
Byan
2023-04-06
2
Queen Mother
Ali? Aldi kali yah Thor?
2023-04-06
1
Queen Mother
Jangan naksir sama Kk iparmu ya Aldi 😄
2023-04-06
1