Brian memberikan selembar tisu kepada Byan. Sebenarnya Brian sangat kesal karena pohon toge di sampingnya terus menangis sesenggukan. Brian tidak menculiknya namun Byan bertingkah seolah dirinya menculik Byan dan akan menjual organ-organ bocah kecil itu.
"Apa kau tidak capek menangis terus sejak tadi? Ini sudah hampir 3 jam. Sebentar lagi kita akan sampai. Jangan membuat Ayah khawatir. Kau mau membuat Ayah salah paham dan berpikir kalau aku menyiksamu hah?"
Byan mendelik. Dia tidak menjawab perkataan suaminya. Byan memilih untuk diam sembari menatap keluar jendela kaca mobil suaminya. Ketika Mobil Brian sudah mulai melewati perbatasan kota, Byan melihat suasana yang sangat berbeda. Di Bandung sudah banyak bangunan-bangunan yang menjulang tinggi, namun ketika dia mulai melihat gedung-gedung di Jakarta dia mulai merasa kalau dua kota itu sangatlah jauh berbeda. Tubuh Byan sudah kecil, dan dia merasa lebih kecil lagi ketika datang ke kota itu. Gedung-gedung di sana amatlah tinggi.
Karena terlalu lelah menangis, tanpa sadar Byan mulai memejamkan mata kemudian tertidur. Hari ini adalah hari yang sangat berat untuknya di mana dia harus pergi meninggalkan keluarganya untuk mengikuti sang suami. Yang lebih membuat Byan sedih adalah karena ibunya masih belum sembuh namun Byan sudah harus meninggalkannya. Suaminya itu sangat tega. Sebenarnya bisa saja Byan berangkat belakangan. Namun Brian tetap kekeuh dengan pendiriannya kalau Byan harus ikut pergi ke Jakarta hari ini juga.
Tiga puluh menit kemudian, mobil Brian sudah berada di depan sebuah rumah dengan gerbang yang menjulang tinggi. Gerbang itu terbuka ketika seseorang dari dalam rumah mengetahui kalau mobil Brian sudah datang.
Mata Brian tertuju pada Byan yang kini masih tidur dengan lelap di sampingnya. Brian mendengus. Laki-laki itu melepaskan seat belt yang Byan kenakan lalu keluar dari mobil.
Saat Brian hendak memangku tubuh Byan, tiba-tiba saja mata gadis itu terbuka dengan lebar. Brian maupun Byan membulatkan mata mereka bersamaan. Posisi yang sedang mereka lakukan saat ini adalah posisi yang lumayan sangat intim di mana wajah Brian hanya berjarak beberapa senti dari wajah Byan.
"Plakkkkkkk!"
Tanpa sadar Byan menampar pipi Brian. Laki-laki itu memejamkan mata menahan emosi. Bisa-bisanya dia yang hendak membantu Byan malah mendapatkan sebuah hadiah istimewa seperti ini. Brian tersenyum sinis kemudian menjauhkan dirinya dari Byan.
"Om, maaf, Byan gak sengaja," ungkap Byan merasa bersalah. Byan tadi memukul wajah Brian lumayan kuat. Jangan sampai wajah suaminya lecet dan dia akan di minta untuk mengganti rugi, mau dapat uang dari mana Byan sedangkan sekolah SMA saja belum lulus. Jadi kuli bangunan? Itu tidak mungkin. Tidak akan ada yang mau mempekerjakan dirinya karena dia terlihat seperti anak-anak yang baru akan memasuki bangku menengah pertama.
"Ini terakhir kali kau berbuat seperti ini Byan, kalau kau melakukan hal yang sama lagi, aku tidak membiarkan mu hidup dengan damai."
Byan mundur satu langkah. Suaminya ini memang keturunan iblis, dia bahkan setelah sampai di rumahnya Brian malah semakin bringas dan galak. Gadis cantik itu mengikuti Brian sembari komat-kamit baca mantra. Sebenarnya itu bukan mantra karena Byan hanya sedang mengulang apa yang tadi Brian katakan namun tanpa suara.
Brukkkkk!
"Akh," Byan memekik sembari mengusap keningnya. "Om, kenapa berhenti mendadak seperti itu. Kepalaku bisa benjol kalau aku tidak segera menariknya."
Brian menggeleng. "Sudahlah! Jangan banyak bicara. Aku hanya ingin mengingatkan satu hal padamu. Bersikap sopan lah di depan kedua orang tuaku. Dan ya, mereka tidak tahu kalau kita bermusuhan. Jadi pura-pura jadi istri yang baiklah di depan keluarga ku."
Byan mengangguk mengerti. Meskipun ini tidak masuk akal, namun Brian pasti memiliki alasan kenapa dia melakukan ini semua. Byan bukan tidak penasaran, namun dia bertekad akan mencari tahu sendiri alasan kenapa Brian melakukan ini.
"Assalamu'alaikum," ucap Byan ketika masuk ke dalam rumah.
"Wa'alaikumssalam," jawab seorang wanita paruh baya yang masih sangat cantik. Wanita paruh baya itu berjalan mendekati Byan sembari tersenyum. "Wah, ini menantu Ibu ya, cantik sekali, kamu juga masih sangat muda," ujar beliau.
Byan tersenyum lebar. Mereka berdua berpelukan seperti Teletubbies. "Ibu adalah Ibunya Brian, ibu mertua kamu. Nama Ibu Anjani, orang-orang sering memanggil Ibu Ani tapi suami Ibu Nugroho bukan Roma."
Byan menahan tawa mendengar ocehan ibu mertuanya. Bisa-bisanya Bu Anjani melawak ketika mereka baru pertamakali bertemu. Sepertinya hari-hari Byan tidak akan seburuk yang pernah dia pikirkan kalau dia memiliki ibu mertua sebaik ini.
"Ibu sangat cantik, Ibu juga lucu. Byan seneng bisa jadi menantu ibu," ucap Byan membuat Anjani tersipu. Anjani memang suka sekali di puji, namun meskipun begitu, dia tidak pernah menyombong atas segala pujian yang dia dapatkan.
"Akh, Byan bisa saja. Ibu kan sudah tua, masa iya ibu masih cantik."
Byan mengangguk. "Byan gak bohong Bu, lagipula kata orang Sunda kalau bohong itu pamali, gak boleh, apalagi sama orang tua sendiri. Berdosa nanti Byan.
Anjani terkekeh. Mereka berdua terus melanjutkan obrolan mereka sampai pada akhirnya Anjani dan Byan duduk di depan meja yang ada di ruang tv.
"Bok Jum! Bok Jum!, Tolong ambilkan menantu saya air minum Mbok!"
Beberapa menit kemudian Mbok Jum membawa nampan berisi air minum juga berbagai camilan dan buah-buahan segar. Byan tersenyum ke arah si Mbok.
"Terima kasih Mbok!"
"Nggih Bu!" jawab Mbok Jum.
"Wah, di rumah ini kita pakai berapa bahasa Bu, Byan bisa bahasa Sunda, Mbok Jum bahasa Jawa, Ibu bagaimana?"
Brian mendengus melihat keakraban Ibu dan juga istrinya. Bagaimana bisa ibunya yang sudah hampir berumur 50 tahun berbincang dengan bocah 17 tahun, dan lebih mengherankan nya lagi, obrolan mereka berdua nyambung. Ibarat Bestie, mereka itu sudah satu frekuensi sejak awal.
Plakkkkkkk!
Anjani mendelik sembari memukul punggung tangan Brian yang hendak menyomot camilan di atas meja.
"Ini buat menantu Ibu, kamu ambil aja di dapur sana! Minta sama Mbok Jum!"
Brian menarik napas panjang. "Ibu, Brian ini akan kandung Ibu, kenapa Ibu lebih menyayangi Byan daripada Brian?"
"Byan itu anak perempuan Ibu satu-satunya. Jadi jangan pernah berpikir untuk menindas Byan, kalau sampai itu terjadi, Ibu bakal bilang sama Ayah kamu kalau semua pasilitas yang kamu miliki harus segera di cabut."
Brian semakin jengah. Dia berdiri kemudian pergi meninggalkan dua wanita yang kini sama-sama harus dia jaga. Menjaga Anjani karena dia adalah ibunya, sedangkan Byan adalah kunci agar dia tidak kehilangan semua pasilitas yang dia miliki sekarang.
"Mau ke mana kamu Brian?" teriak Anjani.
"Ke gunung, Brian mau ke kamar lha Ibu, malas sekali harus menghadapi Ibu tiri yang pilih kasih."
Byan menjulurkan lidahnya mengejek Brian. Kini dia tahu apa yang harus dia lakukan supaya Brian tidak semena-mena lagi padanya.
"Om Brian, sekarang kartu AS Om ada sama Byan, Om harus bersiap-siap mulai sekarang."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 188 Episodes
Comments
Meriana Erna
punya kekasih si Brian ni
2023-11-15
0
@shiha putri inayyah 3107
wah si om kaya nya yg bakalan di tindas sama si boncel...🤭🤣🤣🤣🤣
2023-06-03
0
Queen Mother
Dosa niyh anak ngomong kurang sopan sopian ma orang tua
2023-04-06
1