"Kau bilang apa barusan? Kakek-kakek?" tanya Brian dengan wajah yang memerah padam.
Dengan polosnya Byan mengangguk.
"Byan kau!"
"Ey ... Om jangan marah-marah. Berdosa tahu marah-marah sama istri. Byan juga gak marah kok sama Om yang lahir lebih dulu dari Byan. Byan pikir Byan akan menikah dengan orang yang sebaya. Tapi ternyata Byan malah berjodoh dengan Om-om. Tapi gak papa sih. Om ganteng, jadi Byan gak akan malu kalau jalan berdua dengan Om."
"Byan kau benar-benar." Brian memukul stir mobilnya menahan marah. Sebenarnya Byan ini kerasukan jin apa sampai bisa dengan berani membuat emosinya meradang. Selama ini belum pernah ada orang yang berani membuat mood Brian tidak baik. Namun, bocah bau kencur ini malah dengan entengnya terus menghina dia dari tadi.
"Ekh Om, sekarang kita kan sudah jadi suami istri nih. Tapi mohon maaf nih Om. Byan masih belum siap melakukan malam pertama dengan Om. Jadi tidak apa-apa kan Om? Om gak boleh lho merko Sa istri sendiri kan sekarang ada undang-undangnya."
Kitttt ...
Brian langsung menepikan mobilnya di pinggir jalan. Astaghfirullah. Amit-amit jabang bayi Brian harus punya istri yang mulutnya udah kaya pipa air bocor. Kenapa dia selalu nyeplos kalau ngomong.
"Om hati-hati kenapa. Om mau di jemput malaikat maut ya? Jangan ajak-ajak Byan Om. Byan masih muda."
Brian yang sudah sangat kesal menatap istrinya horor. Dia menatap Byan tajam, namun orang yang ditatap tidak menunjukan reaksi apapun dan malah asyik memakan cilok dengan tusukan bambu yang sudah terlihat seperti lidi.
"Hei bocah bau kencur. Jangan pernah berpikir kalau aku tertarik dengan tubuh kerempeng mu itu. Masih banyak perempuan di luaran sana yang bodinya jelas-jelas lebih bagus dari ini. Dan asal kamu tahu ya, aku menikahi kamu itu karena sebuah paksaan. Kalau Ayah tidak memaksaku, mana Sudi aku nikah sama bocah SMA, yang jelek dan pendek kayak kamu."
Byan tidak menghiraukan perkataan suaminya. "Kakak, aku itu tidak pendek. Tinggi badanku 158 cm. Kakak saja yang ketinggian. Dan Byan juga gak jelek ya, enak aja."
"Arghhhhhhhhh ..." Brian menarik rambutnya sambil meggeram. Belum satu hari dia menikah dengan Byan, tapi dia sudah hampir gila karena tingkah bocah itu.
"Kakak ada kutunya ya? Kok garuk-garuk kepala? Gatel?"
"Terserah kamu aja Byan! Malas aku ngobrol sama kresek bekas kayak kamu."
"Jangan bicara lagi! Kalau kau bicara, aku akan melemparkan mu ke jalanan."
Byan mengangguk. Dia yang tadi hendak membalas perkataan suaminya tak lantas melakukan itu. Byan kembali duduk dengan anteng sambil memakan camilannya.
Setelah beberapa menit, akhirnya mereka sampai di depan rumah Byan. Byan turun dari mobil lalu membuka kunci pintu dan masuk ke dalam. Dia tidak cerewet seperti sebelumnya. Kali ini Byan diam dan hanya banyak bergerak.
Brian turun dari mobilnya lalu berjalan mengikuti Byan ke dalam rumah. Saat itu keadaan rumah terlihat sangat sepi membuat Brian merasa jauh lebih nyaman.
"Byan!" Byan!" panggil Brian pada istrinya.
"Heum ...." Byan menyumbulkan kepalanya di atas pagar pembatas ruangan yang ada di lantai dua.
Brian mengikuti Byan. Dia tadi hanya ingin menanyakan keberadaan bocah SMA itu, namun karena Brian sudah melihat Byan, dia tidak ingin terlalu banyak bicara dan hanya akan mengikuti Byan.
Mereka sampai di dalam kamar Byan. Brian memperhatikan area kamar itu dengan seksama. Kamar ini sangat kecil. Bahkan ranjangnya saja hanya muat untuk satu orang, kalau muat untuk dua orang, itu artinya mereka harus tidur menyamping.
"Byan, aku mau mandi."
"Byan!"
"Byan!"
Brian berteriak karena Byan masih tidak menjawab panggilannya. Byan menoleh kemudian mendongak menatap sang suami.
" Aaa apaa?" Byan bergumam dengan mulut yang masih tertutup.
"Kau kenapa? Sariawan?" tanya Brian tidak mengerti kenapa istrinya bertingkah konyol di depannya.
"Bicaralah!" ucap Brian yang sudah tidak tahan.
"Pyuhh ... akhirnya. Om itu bagaimana sih, tadi melarang Byan untuk tidak bicara. Sekarang Om malah menyuruh Byan untuk berbicara kembali. Om itu maunya apa? Udah tua tapi kok masih labil."
Brian memejamkan matanya sembari mencubit pangkal hidungnya. Baru satu dia bertemu orang modelan Bian, dan dia sudah stres. Apalagi kalau ada dua atau tiga. Bisa-bisa Brian gila.
"Aku mau mandi Byan, aku minta handuk dan baju ganti!"
Byan mengangguk kemudian berjalan menuju lemari, dia mengambil handuk dan juga beberapa baju miliknya.
"Ini Om!" Byan menyerahkan handuk dan juga baju yang tadi dia ambil.
Brian mengambil handuk itu dan mengangkatnya agak tinggi.
"Apa tidak ada handuk lain selain ini?" tanya Brian.
"Tidak ada Om. Memangnya kenapa? Karena handuknya berwarna pink? Itu lucu tau."
Brian hanya bisa pasrah. Percuma dia mendebat Byan. Dia hanya akan semakin pusing kalau dia melakukan itu.
"Lalu bajunya mana?"
Byan kembali menyerahkan baju yang ada di tangannya.
"Kau gila Byan," geram Brian melemparkan baju Byan ke atas ranjang. "Kau menyuruh aku memakai bajumu?"
Byan mengangguk. "Lalu Om ingin memakai baju siapa? Om kan gak bawa baju ganti."
Brian meruntuki kebodohannya. Dia terbiasa dilayani oleh seseorang, akibatnya dia meminta hal yang sama dari Byan. Namun Brian lupa kalau ternyata Byan itu bukanlah orang yang selama ini selalu memenuhi kebutuhannya.
"Kau pikir baju kau itu akan muat jika aku pakai?"
Byan mengangkat kedua bahunya acuh. "Kalau enggak begini deh . Om mandi dulu! Nanti Byan ambilkan baju Kak Haris. Sepertinya Kakak tidak membawa semua bajunya."
Akhirnya Brian setuju. Dia masuk ke dalam kamar mandi, sementara Byan keluar dari kamar menuju kamar yang lain yaitu kamar kakaknya, Haris.
Tiga puluh menit berlalu. Byan masuk kembali kedalam kamar setelah dia berhasil mengambil beberapa pakaian milik Haris untuk dia pinjamkan kepada Brian.
Cklekkkk ...
Pintu kamar mandi terbuka. Byan langsung menoleh ke arah kamar mandi. Dia terpaku untuk beberapa saat. Brian, laki-laki itu terlihat sangat tampan. Wajahnya, tubuhnya, semuanya. Byan menyukai pemandangan gratis yang ada di depan matanya. Dia bahkan lupa untuk berkedip.
"Byan!" panggil Brian yang ternyata sudah ada di depan Byan. Byan terkejut dan langsung mendongak.
Tes!
Satu tetes air dari rambut Brian yang basah jatuh mengenai wajah Byan, gadis itu memejamkan mata sambil merasakan tetesan-tetesan air yang selanjutnya.
Perlahan ... Byan mulai melihat Brian semakin mendekat ke arahnya. Laki-laki itu menarik pinggang Byan lalu menatap Byan lekat. Wajah dingin Brian tidak ada. Kini laki-laki itu tersenyum sambil mendekatkan wajahnya ke wajah Byan.
Cup ... Byan menempelkan bibirnya di bibir Brian. Dia tersenyum sembari terus merasakan sensasi luar biasa yang belum pernah dia rasakan sebelumnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 188 Episodes
Comments
@shiha putri inayyah 3107
hahaha,,,🤣🤣🤣 ngakak banget...
2023-06-03
0
Ernadina 86
😂😂😂😂😂😂😂😂migren migren dah
2023-05-12
1
Queen Mother
Halu keknya 😂
2023-04-06
0