'' RENITAAA!''
Disana hanya ada David dan Dania.
Reva dan Wina tadi langsung pamit pulang.
David segera membawanya masuk ke kamar. Membaringkan tubuhnya di kasur dan menutupinya dengan selimut hingga sebatas dada.
David segera menghubungi dokter untuk memeriksanya.
Di genggam erat tangan itu. Nampak pucat dan lemas. Perasaan bersalah semakin merasuki nya, saat melihat bekas gigitan di bibir Renita yang sudah menghitam.
' maafkan aku, Ren. Seharusnya aku tidak menuduhmu yang bukan-bukan'
''Bang, ini makan dulu..'' Dania menyodorkan semangkuk mie instan ke hadapan David.
''Aku tidak lapar,'' jawab David singkat
Dania menghela nafas. ''Abang gak usah macem-macem dulu. Turutin kemauan Renita aja, dia lagi butuh abang saat ini..''
David hanya menganggukkan kepalanya. Matanya tak lepas dari wajah pucat kekasihnya.
Tak lama seorang dokter wanita datang dan mulai memeriksa keadaan Renita.
'' Dia hanya shock, tensi darahnya rendah. Setelah sadar nanti pastikan dia mengisi perutnya. Ini saya resep kan vitaminnya. Tolong di tebus ya., di minum sampai habis..''
'' Baik dok..''
...----------------...
Armand menatap fokus monitor di hadapannya. Rahang nya mengeras, tangannya terkepal kuat, amarah menyelimuti nya.
Disana terekam dengan jelas Monita merebut paksa nampan yang di bawa seorang office girl kemudian meneteskan sesuatu kedalam minuman itu. Setelahnya masuk ke ruangan Armand.
Di sana juga menayangkan kondisi di ruangan Armand, saat dia mulai meminum kopi itu. Dan merekam, apa yang mereka lakukan setelah obat itu bereaksi ditubuhnya. Hingga dia berakhir menggagahi sekretarisnya.
''Berikan semua salinan rekaman hari ini untuk pindahkan ke handphoneku,'' titah Armand pada seorang petugas.
''Hapus semua rekaman ini, jangan sampai ada yang tersisa..'' Armand menunjuk rekaman saat dia memperkosa Renita.
'' ba-bai, Pak..'' Tangan petugas itu bergetar ketakutan menjalankan perintah nya.
Armand terus mengawasi petugas itu, sampai semua sesuai kemauannya.
''Ini, uang tutup mulut mu. Jangan sampai video yang di hapus tadi bocor. Apalagi, sampai terdengssr$ke telinga papa..'' Armand memberikan segepok uang bergambar pahlawan Proklamator. Dan pergi meninggalkan ruangan itu.
'Kau sudah berani bermain denganku jalan*. Mari kita bermain. Siapa yang akan kalah?''
Armand menyeringai Iblis.
Armand kembali ke ruangannya dengan membawa dua bungkus makanan.
'' Ren, Renita. aku bawa makanan untuk kita,'' panggil Armand.
Nihil tak ada jawaban. Ruangannya sudah kosong juga kembali bersih seperti semula.
Armand beralih ke ruangan renita dan toilet. hasilnya sama kosong. Bahkan tak ada siapapun di lantai itu.
'Apa mungkin dia pulang?''
Armand memutuskan untuk mendatangi kontrakan renita. Melirik arloji ternyata sudah pukul sembilan malam.
'Semoga dia belum tidur. Maafkan aku, Ren. Yang terlalu lama meninggalkanmu.'
...----------------...
''Sudah, Mas. aku kenyang..''
''Tapi, Ren. Baru tiga suapan masa sudah? Satu lagi ya?'' bujuk David dengan menyodorkan sendok di depan mulut kekasih;
''Aku nggak enak makan..'' Renita memalingkan wajahnya.
Dia masih sakit hati teringat hinaan David tadi sore.
''Mending sekarang mas David pulang. Aku sudah tidak apa-apa..''
David menghela nafas. Dia tau, wanita ini marah padanya. Meski tak mengatakannya secara langsung.
''Tapi aku khawatir sama kamu, Ren..'' David menatap sendu kekasihnya.
''Kamu pulang saja, aku tidak apa-apa. Besok kerja..'' Renita masih memalingkan wajahnya enggan menatap wajah sendu di hadapannya.
''Oke, mas minta maaf sama perkataan mas tadi. Tapi, Mas mohon izinkan Mas nginep di sini, ya? Mas khawatir sama kamu.'' Tak patah semangat, David terus membujuk wanita yang di cintainya.
''Bang, sebaiknya kita pulang. Seperti nya Renita sedang tidak bisa di bujuk. Kita pulang saja, dia pasti butuh sendiri,'' bisik Dania.
Mau tak mau, David menyetujuinya. Yang di bilang adiknya ada benarnya juga.
''Baiklah, Mas pulang dulu. Nanti kalau ada apa-apa hubungi mas, ya..''
Renita menghindar saat laki-laki itu ingin mencium keningnya.
Melihat David sudah menjauh dari rumah Renita. Armand keluar dari tempat persembunyian nya.
Sebenarnya, Armand sudah sampai dari tadi. Hanya saja dia mengurungkan niatnya untuk masuk saat melihat sepeda motor David masih di halaman rumah.
''Kamu tidak apa-apa, Ren?''
Armand masuk begitu saja karena Renita belum mengunci pintu. Dia khawatir melihat sekretarisnya termenung seorang diri di sofa.
Renita terkejut melihat kedatangan bosnya.
'' Mmm-mmaau apa b-bb-bos kemari?''
Sungguh,Renita benci dengan reaksi tubuhnya. Rasa takut itu masih ada, hanya saja dia tak ingin menunjukkan nya.
''Jangan mendekat! Jangan mendekat!'' Renita mengepalkan tangannya seolah ingin mengajak duel atasannya. Berusaha berani meski ketakutan begitu jelas di matanya.
''Oke, oke tenang, aku tidak akan ngapa-ngapain kamu. Aku cuma bawa makanan buat kamu..''
''Untuk apa bos peduli sama saya? Bukannya anda tadi meninggalkan saya seolah saya ini wanita murahan? Masih beruntung wanita murahan, setelah di pakai di bayar. Lah, saya? Renita tersenyum miris.
''Saya bisa jelaskan, Ren. saya...''
''Tidak perlu!'' potong Renita cepat, ''Bisa saja itu hanya alasan bos saja untuk mengelak..''
''Sekarang bos keluar dari rumah saya!" Usir wanita itu
''Tapi, Ren..''
'' PERGI!'' bentaknya.
Armand hanya bisa menurut , meletakkan bungkusan yang dia bawa di atas meja. Dan keluar dari rumah itu..
Renita segera menutup pintu dengan keras, tubuhnya luruh ke lantai, tangisnya begitu pilu..
Armand yang sedari tadi belum beranjak dari sana bisa mendengar tangisan itu.
Tangannya terkepal kuat. Hatinya begitu sakit wanita yang dia cintai hancur karena ulah dirinya.
'Awas, kau jalan*! Tunggu pembalasan ku!'
...----------------...
Yuk, Like, ❤ , comment..
Vote seikhlasnya aja..
Biar aku semangat ngehalu nya..
Babay..
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 174 Episodes
Comments