Renita merebahkan tubuh Armand di sofa ruang tamu. Wanita itu, melepas sepatu dan membuka dua buah kancing kemeja Armand. Tak lupa pula untuk menyelimuti pria itu.
David? Jangan di tanya, wajahnya sudah keruh sekeruh air got yang menghitam
''Gak usah gitu, aku cuma bantu agar dia nyaman..'' Renita menyentuh rahang tegas kekasihnya.
'' Tapi aku gak suka,'' rajuk pria itu.
'' uluh, Ngambek ya?'' Renita mencubit kedua pipi David, ''Udah gak usah marah. Cintaku cuma buat mas Dav seorang...'' Renita memeluk erat kekasihnya.
David membalas pelukan itu.
''Sekarang, mas Dav istirahat di kamar itu..'' Renita menunjuk ruangan di samping kamarnya.
''Tapi bersih, 'kan?'' goda David
''Sembarangan! ya bersihlah, tiap hari aku bersihin. Kamar itu juga biasa dipakai anak-anak kalo nginep disini..''
''Cepat ganti bajumu! Aku gak suka melihatnya..'' David bersiap memasuki kamar.
''Siap bos..''
''Mas Dav,'' panggil Renita pelan.
''Hmmm...''
Tanpa aba-aba Renita mencium pipi David dan langsung berlari masuk ke kamarnya.
" I LOVE YOU ,'' teriak Renita dari dalam.
David tersenyum lalu masuk ke tempatnya.
...----------------...
Armand terbangun saat mencium aroma masakan yang sukses membuat perut nya keroncongan. Matanya meneliti tempat sekelilingnya, sebuah selimut membalut tubuhnya. Armand duduk bersandar, rasa pusing itu masih mendera.
'Kok bisa disini, ini'kan rumah Renita?' batin Armand.
''Bapak udah bangun?'' Renita menghampiri dengan membawakan segelas lemon hangat lalu meletakkan gelas itu, tepat di depan Armand.
''Katanya ini bisa mengurangi pusing..''
Armand meneguk minumannya, ''Kok saya bisa disini?''
''Semalam bapak teler, jadi aku bawa kesini,'' jawab Renita sembari melipat selimut lalu membawanya masuk ke kamar.
''Kamu bisa bawa mobil.?''
''Nggak, semalam minta jemput mas David.''
Baru mendengar namanya saja, rahang Armand sudah mengeras. Dia s'lalu kesal mendengar nama itu.
''Dia juga yang mengantar kesini,'' lanjut Renita
''Kenapa tidak di antar ke rumah saya ?'' kesal Armand.
Bukan kesal karena di bawa ke tempat Renita. Tapi, kesal karena selalu ada David di antara mereka.
''Kalau saya antar kerumah bapak. Saya pulangnya naik apa? Naik sendal ? Ogah kales tengah malam juga..''
''Lagian bapak juga maruk. Dua botol di habisin sendiri. Katanya udah biasa taunya teler,'' sungut Renita.
Sungguh mulut bebeknya itu membuat Armand pengen...
Ngecup..
Eh..
''Bapak gak usah bengong, nggak laper apa ? Sini sarapan !''
Armand melihat makanan yang tersaji di karpet depan televisi. Renita mengambilkan nasi beserta lauknya dan memberikan pada Armand.
''Nih, bapak coba masakan saya. Kalo gak enak jangan di hujat..''
Armand mulai memakannya.
''hmmm, enak.. ''
Renita tersenyum dan memulai memakan sarapannya. Mereka hanya sarapan berdua. David sudah pulang selepas subuh, karena ada meeting pagi.
''Serasa seperti suami yang dilayani istrinya,'' Celetuk Armand.
uhuk-huk
ucapan itu, membuat Renita tersedak makanannya. Armand segera memberikan segelas air padanya.
''Bapak gak usah ngajak becanda kalau lagi makan,'' kesal Renita.
''Bagaimana kalau saya tidak bercanda ?'' Armand menatapnya dalam.
Renita menghentikan makannya. Seketika dia teringat ucapan Armand semalam.
'gak mungkin..' Renita menggelengkan kepalanya.
''Kamu kenapa?'' tanya Armand yang sedari tadi memperhatikan gerak geriknya.
''Eh, nggak, nggak apa-apa p-pak, silahkan di lanjut makannya''.
Armand tersenyum melihat kegugupan wanita di depannya.
'menggemaskan..'
...----------------...
''Hallo jeng..''
''Jeng sepertinya Armand sama Monita semakin dekat. Bagaimana kalau kita segera mengatur acara pertunangan mereka ?'' Merry langsung to the poin mengutarakan maksudnya.
Amalia memijit pelipisnya, pagi tenangnya sudah di recoki dengan masalah ini.
Amalia teringat kemarahan putranya beberapa hari yang lalu.
''Mama stop mendekatkan aku dengan jalan** itu!! Aku gak suka sama dia ! Selama ini aku mau memdekatinya, hanya demi menuruti keinginan mama. Tapi makin kesini dia makin keterlaluan !''
Tak ada angin tak ada hujan. Sepulang kerja Armand menumpahkan amarahnya pada ibunya.
''Ada apa Ar ? Kenapa pulang-pulang langsung marah-marah gak jelas sama mama?"
"Aku muak dengannya ma. Mama keterlaluan! Wanita murahan macam dia. Mama kenalkan padaku."
Matanya memerah, di tambah kemesraan Renita dan David kembali melintas di ingatannya. Membuat kemarahannya berada di level tertinggi.
'' Aku gak mau tahu ! Bisa gak bisa mama harus jauhkan dia dari aku..''
Armand pergi meninggalkan Amalia dengan keterkejutan nya.
''Hallo jeng Lia masih dengar saya kan ?'' suara Merry berhasil membuyarkan lamunannya.
''emm.. Maaf ya jeng, sepertinya Armand sudah punya seseorang yang dia suka. Jadi, perjodohan ini kita batalkan saja."
''Loh gak bisa gitu dong jeng ! Putri saya udah terlanjur suka sama Armand." Merry mulai terpancing emosi nya.
''Maaf ya jeng maaf, kita tidak bisa meneruskan perjodohan ini.'' Amalia segera memutus sepihak panggilan itu.
Dia tak menyangka, usahanya kali ini menjadi boomerang bagi dirinya sendiri.
...****************...
Monita mengepalkan tangannya erat. Sedari tadi dia ikut menguping pembicaraan itu.
''Aku gak mau tau, aku harus jadi istrinya Armand, Mom! Armand harus jadi milikku!" teriak Monita.
''Tenang ya sayang, mommy akan pikirkan caranya. Mommy juga tidak terima di giniin..'' Merry ikut emosi mendengar keputusan sepihak Amalia. Baginya penolakan ini sama saja penghinaan baginya.
Dia sudah terlanjur bilang pada keluarga besar dan teman-teman nya. Kalau putrinya akan di jodohkan dengan anak Setiawan.
''Aku gak mau tau! Bagaimanapun caranya? Armand harus jadi milikku,'' geram Monita.
Tiba-tiba ide cemerlang terlintas di otak Merry.
''Sini-sini sayang, mommy punya ide bagus..''
Merry membisikkan seuatu ke telinga putrinya. Monita mengangguk-anggukkan kepalanya. Seringai sinis muncul dari mulut ibu dan anak itu.
...****************...
Jangan lupa
LIKE, ❤ , COMMENT..
VOTE & HADIAH seikhlasnya aja...
FOLLOW juga akun me...
babay..
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 174 Episodes
Comments