Jam sudah menunjukkan waktu makan siang. Tapi, belum ada tanda-tanda meeting akan selesai.
Renita masih fokus mencatat poin-poin penting sembari memegang perut yang terasa perih dan melilit. Mengingat tadi pagi tak sempat sarapan. Klien kali ini super ribet, tampaknya lawan sepadan bagi si Bos.
'Haha, dosa nggak sih ketawa di atas penderitaan Bos Durhakim itu. Pusing 'kan ngadepin orang ribet,' batin Renita
Wajah frustasi Armand, terlihat sangat jelas menghadapi si klien yang banyak maunya.
Meeting berakhir tepat pukul setengah dua siang, itu artinya waktu istirahat sudah terlewat
'Fix! Setelah ini, aku langsung menuju Cafetaria kantor,' pikir gadis itu.
Dia membereskan berkas-berkas kerjasama. Dan akan dikerjakan nanti, setelah mengisi perut.
Dengan senyum merekah, Renita membayangkan semangkuk bakso dengan kuah merah merona, di tambah es jeruk, beuhhh.. Belum apa-apa dia sudah ngiler duluan.
''Renita, setelah ini keruangan saya, kamu ambil berkas yang ada di meja, kamu teliti dan revisi. Nanti, saya tinggal tanda tangani. Jam tiga harus sudah selesai,'' perintah Armand tanpa mengalihkan pandangannya dari layar pipihnya.
WHATT!!!! suara itu bagaikan petir yang menyambar di siang bolong.
'Apa dia gak lihat? Ini manusia bos, bukan robot,' kesal Renita dalam hati.
''Tapi, Bos, saya belum makan siang. Saya makan siang dulu, nanti saya ambil dan saya kerjakan setelahnya.'' Renita mencoba bernegosiasi.
Armand berbalik dengan tampang tripleknya.
"Kamu kira, saya sudah makan siang? Saya juga belum! Saya menggaji kamu untuk bekerja bukan untuk leha-leha.''
''Londo,'' geram Renita
''Kamu bilang apa barusan?'' Armand menatap tajam sekretarisnya.
"Londo! Bapak itu Londo, yang menyuruh saya kerja rodi. Mana tadi gak sempat sarapan gegara kesiangan. Hellow.. Bapak, saya ini manusia bukan robot. Robot saja perlu diisi daya, kalau kehabisan daya..''
''Gak usah curhat! Salah kamu sendiri tidak bisa me-manage waktu dengan baik, sampai bangun kesiangan.''
Iihh, rasanya pengen ngremet itu muka biar gak datar melulu. Alhasil Renita hanya bisa meremat udara.
Renita menyandarkan tubuh lelahnya, sembari memegang perut yang kian terasa perih.
''Kamu boleh makan siang di mejamu..'' Armand meletakkan lima berkas di meja Renita.
"Ingat! Pukul tiga harus sudah ada di meja saya..''
Setelah itu, dia berlalu begitu saja, menghilang di balik lift.
Renita menghembuskan nafas pasrah.
Dia segera meminta OB untuk membelikan makan siang, pupus sudah bayangan bersantai ria di Cafetaria.
"Sabar ya, Ren.. Pak Armand memang begitu, Workaholic banget. Setiap orang yang kerja sama dia, harus siap dengan sistem kerjanya. Dia cocok sama kamu. Meskipun, kamu selalu membantah, dia gak sampai mecat kamu..'' Rima, asisten si Bos menasehatinya
"Aku bersyukur banget ada kamu. Sebelumnya si Bos sering gonta ganti sekretaris, karena nggak puas dengan kinerja mereka. Aku sampai lelah sendiri mencari penggantinya. Hingga, Pak Setiawan memerintahkan, untuk mengangkat karyawan yang kompeten untuk menjadi sekretaris Pak Armand,'' tutur Rima panjang lebar.
''Situ bersyukur, Mbak. Aku merana, mau nyantai saja gak bisa. Dulu waktu masih di divisi, aku masih bisa nyantai ngobrol bercanda. Lah disini, seperti orang asing yang ada di tengah hutan, padahal di ruangan megah,'' keluh Renita.
Dia mulai membuka satu berkas, pelan-pelan menelitinya.
Dulu, Renita hanya seorang karyawan biasa bagian keuangan. Hingga suatu hari, leadernya memanggil dirinya untuk di angkat menjadi sekretaris pribadi.
"Renita, kamu saya pindahkan menjadi sekretaris Pak Armand. Saya harap, kamu bisa bekerja dengan baik bersamanya.''
"Tapi, kenapa mesti saya, Pak?''
"Karena hanya kamu kandidat yang cocok, sesuai kriteria Pak Armand. Saya sudah meminta yang lain, tapi mereka tidak sanggup. Saya tidak menerima penolakan!"
"Lah, yang lain saja bisa menolak, Pak. Kenapa saya tidak?'' Renita mengajukan protes.
''Kamu aneh, Renita. Biasanya akan senang, jika naik jabatan. Tapi kamu?" Atasannya menggelengkan kepala tak habis pikir dengan perempuan di hadapannya.
"Saya sudah di zona nyaman, Pak,'' sahut Renita cepat.
"Agar kamu bisa lebih berkembang, kamu harus keluar dari zona nyamanmu. Inititah langsung dari Pak Setiawan.''
"Gajimu dua puluh juta per bulan, jika kamu mau. Belum termasuk bonus, jika hasil kerjamu memuaskan.''
Renita terperangah mendengar nominal yang di sebutkan. Yang namanya perempuan, dimana aja sama, langsung ijo kalo melihat duit. Tanpa berfikir kembali, Renita menyetujui begitu saja.
''Mbak Reni ini pesanannya..'' Suara Pak Anto, menyadarkan lamunan gadis itu.
''Oh, makasih ya, Pak..''
''Mbak, jangan melamun mulu, nanti ketempelan setan,'' gurau OB itu.
''Iya, si Bos setannya,'' jawab Renita asal.
Dia langsung melahap makanan siangnya dengan sesekali melirik berkas di depannya.
Anggap saja, kerja sambil nyemil.
...****************...
Tuk..tuk..tuk...
Sayup-sayup, Renita mendengar suara ketukan. Tapi, karena mata masih terasa berat, dia mengabaikan saja. Lama kelamaan, ketukan itu semakin keras di sertai suara nyaring yang dia kenal.
"RENITAAAA!''
''Apa, apa, eh, apa?'' Renita gelagapan sendiri ketika mendengar suara nyaring yang memekakkan telinga.
Dia terpaksa membuka mata, di lihatnya si Bos bersedekap di hadapannya. Tak lupa, tatapan setajam silet yang siap menguliti.
" B-b-booss, hehe.." Renita memperlihatkan deretan gigi putihnya bak iklan pepsodent.
''Saya memintamu untuk meneliti dan merevisi berkas, bukan malah tidur. Dan ini, apa ini?" kata Armand berapi-api. Dia menunjuk berkas yang menjadi alas tidur Renita, yang ternyata sudah basah.
''Kamu ngiler di berkas penting saya! Ya ampun, Renita,'' keluhnya frustasi.
Rupanya Renita ketiduran, akibat dari kekenyangan dan kurang tidur juga. Bayangkan saja, dia tidur pukul satu pagi, gara-gara marathon film horor yang lagi viral itu.
'' Ya, ya, maaf, Bos.. Namanya juga ketiduran, lagian salah bos sendiri. Sudah tau berkas penting, kenapa meminta saya yang mengerjakannya? Bos mah enak, keluar ngacir. Datang-datang langsung tanda tangan," sanggahnya yang tidak mau di salahkan begitu saja.
Tolong beri tepuk tangan pada sekretaris satu ini. Yang berani mendebat atasan layaknya ibu-ibu menawar dagangan di pasar.
''Disini Siapa bosnya? Saya atau kamu," sentak pria itu.
''Bapak lah, masa saya,'' jawab Renita cepat.
''RENITAAAAA!'' geram Armand
''Iya, Bos, ada apa? Saya disini. Tidak usah teriak-teriak, kuping saya masih normal. Disini juga bukan hutan..''
Armand memejamkan mata untuk meredam emosinya.
Renita cekikikan sendiri dalam hati.
Emang enak, Renita di lawan.
''Saya tidak mau tahu! Perbaiki berkas ini dan cepat selesaikan semuanya,'' kata Armand dengan suara rendahnya.
Renita mengangguk dengan mengulum senyum.
''Bos,'' panggil Renita pelan.
Armand menghentikan langkahnya di ambang pintu.
''Jangan suka marah-marah! Nanti kerutannya nambah..''
Sebelum Armand mengeluarkan auman singanya. Renita segera berlari menuju toilet untuk mencuci muka.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 174 Episodes
Comments
BAITI SYAIRUROH
kocak .kocak...🤣🤣🤣
2024-01-02
0
Tika Rotika
aq suka gaya mu Renata 😂😂👍👍
2023-08-27
0
Nur Hayati
🤣🤣🤣🤣🤣
2022-10-22
1