Sheena tersenyum tipis saat merasakan rambut panjangnya tengah di otak atik oleh Bibi Jumma. Pagi ini Bibi Jumma membawakan sarapan berupa roti isi dan segelas susu hangat. Wanita yang sudah menjadi pengasuh Sang Putri dari bayi itu terlihat senang, karena Sheena baru pertama kali ini meminta padanya.
Biasanya Sang Putri akan memakan apa pun yang di bawakan olehnya, entah ada angin apa gadis bermata sebiru lautan itu meminta menu baru darinya.
"Sudah selesai, lihat- anda begitu cantik Tuan Putri. Bahkan Cleopatra pun akan iri saat melihat kecantikan anda,"
Sheena tersenyum tipis mendengar pekikan kecil Pengasuhnya. Cantik? benarkah dia sangat cantik? bagaimana rupa wajahnya?
Tanpa sadar Sheena meraba wajahnya sendiri, senyuman tipis nan pasrahnya kembali terbit. Didalam hatinya terdalam Sheena ingin sekali bisa melihat, tapi apa lah daya- tidak ada orang yang mau membantunya.
Bahkan keluarganya yang kaya raya ini mengabaikannya. Sang Tuan Alfuttain pernah berkata padanya, keluarga bangsawan Alfuttain tidak akan mempermasalahkan kalau pun mereka hanya miliki satu orang Putri Mahkota.
Pernyataan itu membuat Sheena berpikir kalau keluarganya memang tidak menginginkannya, sama sekali. Bahkan untuk mencarikan donor kornea mata saja, keluarga Alfuttain terlihat abai. Mereka beralasan kalau mencari donor mata itu tidak mudah, terlebih lagi sang pendonor mata untuk Sheena harus benar benar cocok.
Hingga akhirnya, keluarganya menganggap dia beban dan noda di keluarga Alfuttain yang begitu sempurna. Lalu mengasingkannya dari istana utama, agar tidak ada keluarga bangsawan lain yang mengetahui ke cacatan yang dimiliki keluarga bangsawan Alfuttain.
"Sayangnya aku tidak bisa melihat wajah cantik ku ini, Bibi," ucapnya terdengar begitu pasrah.
Senyuman di bibirnya tidak pernah surut, senyum yang selalu membuat orang lain berspekulasi kalau Sang Putri baik baik saja. Sementara Bibi Jumma, wanita itu menatap sendu pada Sheena. Jumma tahu kalau Sheena hanya ingin membuatnya merasa tidak bersalah, dengan senyumannya.
"Ayo! aku ingin bermain biola. Bibi bisa mengambilkannya untuk ku," pinta Sang Putri.
Bibi Jumma menyeka air matanya kasar, wanita itu mengangguk pelan- lalu bangkit dan berjalan menuju lemari penyimpanan alat musik kesukaan Sang Princess.
Jumma menghela napas pelan, sebelum dia membuka lemarinya. Wanita itu belum menyangka kalau Sheena bisa begitu mahir dalam memainkan benda ini. Padahal Sang Putri tidak pernah berguru pada siapa pun, sejak balita Sheena sudah ditempatkan di gedung tua ini. Tidak ada yang bisa dia lakukan, bahkan untuk membaca dan menulis saja- Jumma mengajarinya dengan susah payah.
Jumma membeli beberapa buku khusus untuk Sang Putri, seiring berjalanya waktu- Sheena perlahan bisa mengeja dan membaca, bahkan berhitung juga. Sheena belajar cepat, bahkan kekurangan yang dimilikinya tidak membuat Sang Princess menyerah.
Sheena pun secara otodidak bisa memainkan biola, hanya lewat suara yang dia dengar dari ponsel Bibi Jumma. Sebenarnya benda itu bukan milik Jumma, melainkan milik salah satu penjaga yang di pinjamnya.
Bahkan biola usang yang Sheena miliki saat ini adalah pemberian sang penjaga. Entah karena iba atau memang pria berkepala botak itu peduli pada Sang Putri yang di jaganya selama ini- dia dengan suka rela mencarikan alat musik itu.
"Tuan Putri ingin bermain dimana?"
Bibi Jumma meraih benda itu dengan hati hati, memperlakukan biola usang itu seperti benda yang sangat berharga. Tapi memang itulah kenyataanya, biola ini begitu berharga untuk Tuan Putrinya.
"Aku ingin bermain didekat jendela. Apa boleh? apa Ayah dan Ibu akan marah kalau aku bermain di dekat jendela?" tanyanya penuh harap.
Bibi Jumma mendekat, satu tangannya terulur untuk mengusap lembut pucuk kepala Sheena dengan sayang. Sang Putri bahkan sangat takut kalau kedua orang tuanya akan marah, hanya karena dia bermain biola di dekat jendela menara.
"Bibi akan memastikan kalau tidak akan ada orang asing dari luar istana ini, yang melihat atau mendengarnya. Ayo, Tuan Putri jangan khawatir," ujar Jumma meyakinkan.
**WAJAHNYA ADEM YA
HOLLA MET PAGI EPRIBADEH
JANGAN LUPA LIKE VOTE KOMEN HADIAH DAN FAVORITNYA
SEE YOU NEXT PART MUUUAACHH**
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 143 Episodes
Comments
Helen Nirawan
keluarga gila , isshh , wahai sang pangeran berkuda cepat lah kau datang membawa putri ini pergi berpetualang ,
2024-10-17
0
Aisyah Septiyasa
Benar2 keluarga yg kejam tp tenang aja nanti akan ada sang pangeran yg akan menjaganya
2022-08-01
4
Tiwik Firdaus
emang beneran cantik semoga saja ada yang menolong dan mencarikan donor mata untuknya
2022-07-16
0