"Kakek," Alwyn bergegas mendatangi kakek sambil memberi sebuah pelukan.
"Anak bodoh!" Kakek membiarkan Alwyn memeluk tubuhnya. "Kakek sudah menunggu lama," bisik kakek di telinga Alwyn.
"Maaf ya kek," sahut Alwyn. Dia melepaskan pelukannya. " Aku sudah mencoba pulang secepat aku bisa, kakek kan tahu bagaimana situasi di pendakian," sambungnya meminta di maklumi.
"Mari ke ruang kerja," kakek mengandeng tangan Alwyn.
Mereka bergandengan tangan menuju ruang kerja yang terletak di sisi kiri ruang tamu.
Ruang kerja kakek masih seperti yang di ingat Alwyn. Bernuansa kayu yang hangat. Semua perabotan terbuat dari kayu pilihan. Di ukir sesuai selera kakek. Berupa pola ukiran khas Jawa. Seperti ukiran kelopak bunga dan daun.
"Duduklah," Kakek menunjuk sebuah kursi kayu vintage yang sudah di lapisi busa di atasnya.
"Iya,Kek," kata Alwyn. Dia duduk di kursi yang di tunjuk kakek.
Alwyn melihat kakek duduk di kursi di seberangnya. Duduk berjauhan begitu membuat dia leluasa menatap kakek.
Di usianya yang sudah menginjak 75 tahun, kakek terlihat sehat. Kakek bahkan masih bisa berjalan tanpa bantuan tongkat. Badannya juga masih tegap dan kuat . Tapi, kenapa dia merasa kakek tengah menyembunyikan sesuatu?
Wajah kakek saat ini mengingatkan Alwyn ketika kakek mendengar kecelakaan ayah dan ibunya ,sepuluh tahun yang lalu. Mereka berdua meninggal dalam sebuah kecelakaan tunggal yang tragis. Kecelakaan itu terjadi di ruas tol menuju kampusnya.
Kecelakaan yang membuat dia masih menyalahkan dirinya sendiri. Sampai saat ini. Andai ayah dan ibu tidak menjemputnya ke kampus, mungkin mereka masih hidup.
Dan sekarang? Berita buruk apa yang membuat wajah kakek begitu menderita? Alwyn bertanya tanya dalam hati. Ingin memulai bertanya. Namun tidak tahu di awali dari mana.
Apalagi kakek masih tetap belum bersuara.
Mungkin Mas Razin tahu. Dumb! kenapa tidak berpikir untuk menelepon Mas Razin? Alwyn mengutuk kebodohannya.
Alwyn merogoh celana jeans nya. Dia mengeluarkan ponsel dari kantong nya. "Sebentar ,Kek, aku mau menelepon Mas Razin dulu," katanya meminta izin. " Aku lupa memberitahu Mas Razin jika hari ini aku pulang, " katanya beralasan.
"Tidak perlu telepon Razin," balas kakek dengan suara serak.
"Kenapa ,Kek?" tanya Alwyn heran. " Meski Mas Razin tegas padaku, tapi dia tidak pernah marah."
"Tidak perlu menelepon Razin, karena kita akan pergi menemuinya," balas kakek memberitahu. " Ayo," kakek berdiri dari kursi.
Alwyn bergegas mengikuti. Sikap kakek membuat dia tambah penasaran.
Sepuluh menit kemudian, bersama Pak Andi dan seorang supir, mereka berangkat untuk menemui Razin.
Hati Alwyn mulai merasa tidak enak ketika mobil berhenti di lobi utama Rumah sakit. Kakek memberi isyarat untuk turun.
"Mas Razin sakit ,Kek?" tanya Alwyn sembari melangkahkan kaki mengikuti kakek masuk ke dalam rumah sakit.
"Lihat saja nanti," timpal kakek. Kemudian beliau diam saja sampai mereka berhenti di depan ruangan ICU. " Masuklah," kata kakek .
Masuk? Hati Alwyn semakin tidak enak . "Masuk ,Kek?" dia balik bertanya.
"Iya, masuk," Kakek membuka pintu.
Alwyn mengikuti dari belakang.
Di dalam ruangan ICU, kakek memakai pakaian steril yang tergantung di pintu. Alwyn juga ikut memakainya.
Di seberang pintu terdapat sebuah ranjang pasien. Pasien tersebut di pasang ventilator yang merupakan alat bantu pernafasan. Di samping ranjang pasien terdapat alat monitoring. Untuk memantau kondisi pasien.
"Siapa ....Mas Razin?" gumam Alwyn. Tangisnya tertahan di tenggorokan saat melihat kakek mengangguk. "Kenapa? Sakit apa?" tanyanya lemah.
Sebelum dia naik helikopter ke desa Lukla, selain menelepon kakek, dia juga menelepon Razin. Bahkan video call. Kakaknya itu terlihat baik baik saja . Tak terlihat seperti sakit berat.
"Kita bicara di luar," putus Kakek sambil melepaskan baju sterilnya.
Alwyn ikut melepas baju sterilnya. Kemudian mereka berjalan ke luar dan mencari tempat yang nyaman untuk bicara.
"Razin di tabrak seseorang saat hendak ke kantor," kata kakek. "Sekarang Razin vegetatif," lanjut kakek sedih.
Kondisi vegetatif adalah dimana pasien tidak sadarkan diri karena gangguan otak kronis.
Alwyn tak bisa bersuara. Dia shock. Hanya air mata menggenang di pelupuk mata. Dia juga tak tahu harus bicara apa.
"Laki laki itu menabrakkan mobilnya ke mobil Razin. Dia meninggal di tempat. Alhamdulillah Razin selamat, tapi kondisinya seperti itu," lanjut kakek. Suaranya makin serak. "Begitu kakek mendapat kabar itu, kakek langsung menelepon kamu...." Kakek berhenti bicara. Beliau menundukkan wajah.
Kesedihan menyelimuti mereka berdua . Hening. Sepi. Tidak ada suara .
Kondisi yang sama persis seperti sepuluh tahun yang lalu. Mereka termenung sedih di selasar rumah sakit. Bedanya, sekarang mereka hanya berdua.
Tap..Tap..tap
Langkah kaki mendekat. Alwyn mengangkat kepala. Terlihat Pak Andi berjalan ke arah mereka.
"Kita pulang, ada banyak yang akan kakek bicarakan ," ajak kakek pada Alwyn.
"Iya ,Kek," angguk Alwyn.
*****
Mansion ( rumah mewah berukuran besar ) Brisena , terletak di kawasan pinggir kota Jakarta.
"Apa maksud mama dan papa?" terdengar suara jeritan dari dalam mansion. Dia Cyrilla Brisena, anak tertua keluarga Brisena .
" Kamu kan sudah dengar jelas. Clearly!" jawab Pak Anton Brisena tegas, sang papa.
"Kamu nurut saja ya Nak," suara lembut Danella Brisena, sang mama.
" Dia itu vegetatif. Dokter saja tidak tahu kapan dia bisa siuman. Aku pernah baca, ada yang sadar setelah 27 tahun. Bayangin pa, ma, 27 tahun! itupun kondisinya tidak bisa pulih seperti semula," kata Cyrilla getir . " Lalu bagaimana dengan nasibku?" dia tertunduk.
"Keluarga Daiyan, adalah taipan ekonomi di negara ini, akan sangat mengerikan jika mereka tersinggung dengan kita," papa mengingatkan.
" Mereka pasti akan melakukan pengobatan terbaik untuk Razin," sambung mama.
"Aku tetap tidak mau," Cyrilla bersikukuh. "Bukankah hanya di sebutkan anak Anton Brisena?" dia mengingatkan. " Bukan anak tertua?"
"Jangan coba coba menukar takdirmu dengan adikmu," tegas papa." Dia masih kecil."
"Setelah 27 tahun lagi, dia juga sudah tua," Cyrilla meringis. "Lihatlah adik , Pa," dia memutar wajah ke arah samping, di mana Dyarani, adik semata wayangnya duduk santai di sofa sambil memutar mutar poninya. " Dengan sikap seperti itu, tidak akan ada laki laki yang mau, kecuali laki laki vegetatif," sambungnya.
"Jaga bicaramu, Rilla," papa mengingatkan. "Laki laki Vegetatif itu adalah calon suamimu. Dan akan tetap calon suamimu!" tegas papa tak terbantahkan.
"Papaaaa!" Cyrilla menangis histeris.
****
"Dewan komisaris memutuskan kamu sebagai CEO menggantikan Razin," kata kakek setibanya mereka di rumah.
"Maaf,Kek, aku tidak bisa," tolak Alwyn cepat. Dia sang petualang, pengembara dunia, menjadi seorang CEO? Lelucon apa ini!
"Kenapa tidak bisa? Kamu seorang Daiyan. Darah seorang pebisnis," tandas kakek. "Selama ini kakek tidak pernah meminta apapun darimu," kakek mengingatkan.
"Aku bukan pebisnis ,Kek. Kuliah aku dulu juga jurusan jurnalistik. Aku tidak tahu apa apa tentang bisnis," urai Alwyn lemah lembut. Menghadapi kakek tidak boleh keras kepala. Karena kakek lebih keras kepala!
"Kakek akan mengajarimu," timpal kakek. Tiba tiba kakek bangkit dari kursi lalu bersimpuh di lantai.
"Kakek kenapa?" Alwyn buru berdiri.
"Kakek memohon padamu," ucap kakek.
Apa? Alwyn tersentak kaget. Sungguh, kakek menempatkan dia dalam situasi sulit. "Kakek berdiri dulu," dia mengulurkan tangan. Berniat membantu kakek berdiri. " Kita bisa bicarakan lagi."
"Tidak ada yang perlu di bicarakan," tandas kakek. "Kakek akan terus begini sampai kamu mengatakan iya," tekad kakek.
Waduh! Alwyn menepuk keningnya. " Baiklah,Kek, aku mau, tapi jangan salahkan aku jika perusahaan hancur di tanganku," katanya mengingatkan.
"Tidak akan," timpal kakek. Wajahnya tersenyum lega. " Besok kamu ikut ke perusahaan bersama kakek," kata kakek sambil berdiri. " Untuk bertemu dewan komisaris dan tunangan mu."
"Tunanganku?" Alwyn mengernyit. Apa lagi ini? Sejak kapan dia punya tunangan?
"Kamu menggantikan tugas Razin sekaligus mewarisi tunangannya," jelas kakek.
****
Halo readers, like, komen dan vote yang banyak ya .... Please☺️🙏
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 65 Episodes
Comments
anindya cintya
siap thor
2024-01-21
0
anindya cintya
bagus sekali interior ruang kerja kakek
2024-01-21
1
auliasiamatir
keren bangetttt authir
2022-09-04
1