“Bagaimana dengan kuliahmu hari pertama?” tanya Alex sembari fokus dengan kemudinya.
Irene cukup terkejut Alex mau mengajaknya bicara. “Lumayan menyenangkan, Kak.” Padahal tadi hanya ada satu orang yang mengajaknya bicara, yaitu Bian.
“Syukurlah. Aku khawatir kamu akan kesusahan beradaptasi dengan lingkunganmu yang baru.”
Ucapan Alex menentramkan hati Irene. Dari kelima tuan muda yang membuatnya harus menguras perasaan, setidaknya ada satu yang masih memperlakukannya dengan baik.
“Kita mau kemana?” tanya Irene ketika Alex membelokkan mobilnya ke arah mall.
“Mau mengajakmu makan dan jalan-jalan. Bukankah membosankan hanya main di rumah.” Alex mengucapkannya dengan seulas senyum. “Nanti, kalau kamu sudah hafal daerah ini, kamu bisa berkeliling sendiri atau pergi dengan teman-temanmu.”
“Kak Alex tidak malu?”
“Malu? Kenapa harus malu?” Alex melirik ke arah Irene.
“Kakak membawa orang jelek ke mall. Bukankah memalukan? Apalagi penampilan Kakak sangat keren,” Irene tersenyum canggung.
“Memangnya ada yang mengataimu jelek?”
“Kak Arvy.” Irene menjawab tanpa ragu. Arvy memang yang paling terang-terangan memperlihatkan sifat tidak suka kepada Irene.
Alex tersenyum. “Dia memang suka seperti itu. Mungkin karena sudah terbiasa berkumpul dengan orang-orang cantik dan tampan. Aku juga sering dikritik kalau penampilanku tidak sesuai dengan seleranya.”
“Aku sadar diri kok, Kak. Aku memang jelek.”
“Cantik atau jelek itu relatif. Kalau orang lain tidak bisa menghargai kita, setidaknya kita yang harus menghargai diri sendiri. Jangan pernah menghina apa yang ada di dalam diri kita.”
Rasanya sulit dipercaya jika ada orang yang mau memperlakukan orang jelek seperti dirinya dengan baik. Bahkan, Irene sendiri selama ini memilih-milih teman berdasarkan fisik. Dia sendiri tidak menyukai paras penyamarannya yang sangat jelek.
Setelah turun dari mobil, Alex menggandeng tangan Irene. Perasaan wanita itu serasa berbunga-bunga. Ia merasa diperlakukan dengan istimewa oleh seseorang dengan tulus meskipun penampilannya sangat kampungan.
Sepanjang jalan banyak yang memperhatikan mereka dengan tatapan aneh. Tentu saja Irene paham dengan arti tatapan itu. mereka pasti berpikir kalau mereka tidak serasi. Alex seperti sedang menggandeng pembantunya sendiri.
“Kita makan di sana, ya?” ajak Alex seraya menunjuk ke arah restoran Jepang yang ada di area food court.
Irene hanya mengangguk. Alex tampak semangat menarik tangannya menghampiri tempat makan yang hampir penuh pengunjung itu. dengan sikap santunnya, ia menarikkan kursi agar Irene bisa duduk dengan mudah. Siapapun yang mendapat perlakuan seperti itu pasti hatinya akan meleleh. Seorang pelayan mendatangi mereka dan memberikan tabel menu makanan.
“Mau pesan apa?” Alex menyodorkan papan menu kepada Irene.
“Aku terserah Kak alex saja.”
“Benar, ya. Jangan menyesal dengan pilihanku nanti.”
Irene mengangguk. Alex memesankan shabu-shabu dan tonkatsu. Kebetulan makanan itu memang termasuk salah satu jenis makanan kesukaan irene.
Tak perlu menunggu terlalu lama, pelayan sudah kembali datang membawakan nampan berisi daging, jamur, dan sayuran yang akan dimasak bersama kuah yang dihangatkan di atas alat yang sudah tersedia pada masing-masing meja.
Air liur Irene seakan meleleh melihat makanan kesukaannya. Alex memasukkan sayur dan daging sedikit demi sedikit ke dalam kuah mendidih. Setelah daging matang, ia ambilkan daging itu untuk Irene.
“Apa ini daging wagyu?” Irene mengunyah sembari merasakan kelembutan daging di dalam mulutnya.
“Menurut daftar menu iya, ini daging wagyu.”
“Aku suka sekali dengan makanan ini.” Irene mengembangkan senyuman termanisnya.
“Aku senang mendengarnya.” Alex ikut tersenyum. “Bagaimana perasaanmu tahu saat pertama kali akan dijodohkan?”
Irene memperlambat kunyahan makanannya. “Aku pikir Kakekku sudah gila,” katanya.
Alex hampir tertawa dan menyemburkan makanannya. “Uhuk! Uhuk!” ia sampai tersedak.
Irene menyodorkan botol minuman kepada Alex agar lelaki itu meminumnya.
“Jadi, kamu juga tidak suka dijodohkan dengan salah satu dari kami?” Alex sama sekali tidak menyangka kalau ternyata Irene tidak menyukai perjodohan itu.
“Memangnya salah satu dari kalian ada yang menyukaiku?” Irene memberikan pertanyaan balik yang mampu membungkam Alex.
“Mungkin karena itu juga kakek kita memberikan kesempatan agar kita bisa saling mengenal. Siapa tahu nantinya ada yang memiliki perasaan sama denganmu.”
“Kalau menurutku di antara kalian tidak akan ada yang suka denganku.”
“Tapi, bukankah kesepakatannya kamu harus menikah dengan salah satu dari kami? Pasti ada ancamannya kan, kalau perjodohan ini sampai gagal?”
Irene terdiam sejenak. Ia kembali teringat ucapan kakeknya yang akan mengasingkan dia ke Nusa Kambangan seumur hidup jika tidak mau menikah. Dia tak harus menikah dengan kelima tuan muda itu. Namun, tetap saja dia harus menemukan calon suami agar bisa menyenangkan kakeknya.
“Alex?”
Seorang wanita cantik tiba-tiba datang menghampiri ketika mereka sedang berbincang-bincang. Irene mengamati penampilan wanita itu dari atas hingga bawah. Semua barang yang dikenakannya merupakan barang bermerk. Penampilannya sangat rapi seperti orang kantoran. Tubuhnya tinggi dengan proporsi badan seperti model. Dari dandanan dan raut wajahnya, Irene bisa menebak jika wanita itu orang yang baik, tidak berwajah antagonis.
“Erika.” Alex langsung bangkit dari kursinya seraya memeluk wanita itu dengan santainya.
“Duduklah bersama kami,” ajaknya.
Wanita bernama Erika itu menuruti permintaan Alex. Ia tersenyum ke arah Irene dengan ramah.
“Irene, kenalkan ini Erika, teman sekaligus rekan bisnisku.”
Tebakan Irene dalam hati salah. Ia kira wanita itu adalah pacar Alex, ternyata hanya teman saja. Sungguh mengherankan, wanita secantik Erika saja hanya dianggap teman, apalagi orang sejelek dirinya mungkin akan pantas dianggap keset kamar mandi. Alex seperti lelaki tidak normal yang tidak menyukai teman secantik itu. Jika saja Irene seorang lelaki, sudah pasti dia akan mencintai wanita itu.
“Halo, Irene. Kamu pasti wanita beruntung yang bisa tinggal di keluarga Narendra bersama kelima pangeran tampan dari negeri dongeng, kan? Alex sudah menceritakan tentang dirimu kepadaku. Aku jadi iri padamu,” goda Erika.
Irene tersenyum. Erika ternyata tidak seburuk yang ia pikirkan. Bahkan, sepertinya dia orang yang menyenangkan. Baru berkenalan saja dia sudah mengajaknya bercanda. “Kalau Kak Erika mau, apa bisa tukaran tempat denganku? Beban batin sekali tinggal dengan lima orang itu.”
Erika tertawa mendengar perkataan Irene. Wanita yang dijodohkan dengan Alex dan saudara-saudaranya ternyata wanita yang lucu. “Aku mau sekali tinggal di mansion milik keluarga Narendra. Aku hanya perlu menutup mata untuk memilih salah satu dari mereka sebagai suami soalnya mereka semua bibit unggul. Hanya saja, aku takut dengan Kakeknya alex.” Erika mendekatkan wajahnya ke arah Irene sembari menutupkan tangan ke arah mulut agar Alex tidak tahu apa yang akan ia katakan kepada Irene. “Orangnya galak dan menyeramkan,” katanya lirih.
Irene melebarkan mata. Ia memang belum pernah bertemu langsung dengan Kakek Narendra. Kalau kelima tuan muda itu saja bisa patuh untuk dijodohkan dengan wanita jelek seperti dirinya, berarti Kakek Narendra memang segalak itu. Irene tidak bisa membayangkan jika kakek tahu calon cucu menantunya wanita yang sangat jelek. Mungkin saja ia akan langsung diusir dari sana. Ia jadi senyum-senyum sendiri membayangkannya.
❤❤❤❤❤
Jangan lupa dukungannya untuk author. Tinggalkan like dan komentar ya 😘
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 327 Episodes
Comments
Lilis Nurhayati
aku blm BS milih,, iren hrs berjodoh sama siapa.karena blm ada satu pun yg keliatan benr2 tulus ke iren yah walaupun ada Alex yg mmg udah dasarnya baik hati
2023-04-01
0
HNF G
ya gak mungkin lah.... pst kakek mereka udah dikasi fotomu sama kakekmu ren
2023-03-02
0
Senja Ayu
aku juga jadi senyum2 sendiri baca novel ini 😁😁
2023-02-11
0