"Kerajaan ini dapat dipulihkan dengan mengumpulkan lima Material Magis, Yang Mulia. Hal ini dikarenakan Kamasa memberitahu saya bahwa hal ini merupakan ulah Penyihir Elemen Tanah."
"Benarkah?"
"Ya, tentu saja! Beliau mengatakan bahwa—"
"Saya sudah menerima laporan para Penyihir Elemen Tanah Istana, Yang Mulia," potong Rena, suaranya meninggi. "Mereka tidak mungkin melakukan hal semacam ini."
"Bisakah kau dengarkan dulu penjelasan Faraq, Rena!" Endan mengingatkan. "Faraq sedang menyampaikan laporan yang berpengaruh untuk memulihkan kerajaan ini."
Rena terdiam sambil memicingkan matanya ke arah Faraq.
"Tenanglah, Rena," kata Faraq. "Aku belum selesai menjelaskan. Sampai dimana aku? Oh, iya, Penyihir kerajaan lain yang ingin menjatuhkan kerajaan kita.”
Endan mengangguk. "Aku yakin bahwa para Penyihir Istana tidak mungkin melakukan hal seperti itu. Jika Kamasa bilang begitu, aku tidak bisa memungkirinya. Ia adalah penasehatku. Dia juga penyihir."
"Tapi bahkan beberapa penyihir elit istana sudah memastikan bahwa Material Magis pun tidak berpengaruh pada bencana ini, Baginda." Rena memprotes.
Sang Ratu bertanya, "Apakah kau punya alternatif lain jika kita tidak menggunakan saran Faraq, Rena?"
Rena terdiam. Ia tidak mengucapkan satu patah katapun.
Sofia menggeleng. "Ini bukanlah hanya permasalahan penyihir elit atau tidak elit," Sang Ratu mengedarkan pandangan ke seluruh Petinggi, “namun tentang kerajaan kita dan menyangkut berbagai sektor.”
“Benar,” Uzan menyetujui. “Jadi, kita akan menggunakan cara Faraq untuk mengumpulkan Material Magis, kita akan menyiapkan prajurit. Bukankah begitu?”
"Iya dan Tidak, Baginda." kata Faraq. "Kamasa berpesan bahwa Material Magis harus dikumpulkan oleh Pangeran Uzan. Untuk pengamanan, maka lebih baik jika dikawal oleh prajurit. Namun pada dasarnya, tumpuannya adalah Sang Pangeran.”
"Uzan?" kata Sang Ratu. "Kenapa harus Pangeran Uzan?"
Faraq berujar, "Saya kira Kamasa punya alasan yang tepat. Uzan adalah seorang pangeran. Jadi, ia merupakan kandidat tepat untuk ini. Karena merupakan calon pengganti Sang Raja, maka ia membutuhkan pengalaman yang akan mendorongnya lebih jauh sembari mengasah kemampuan sebagai seorang calon Raja.”
“Itu menarik,” Endan menatap Faraq dengan penuh tanya. "Apakah kau bisa menunjukkan Piranti Penjumlah Material Magis di sini?"
"Maafkan saya, Baginda, saya tidak bisa."
Sofia menghela. "Bagaimana kita akan mempercayaimu jika kau bahkan tidak bisa menunjukkan Material Magis itu, Faraq?"
“Kamasa berpesan bahwa jika bukan Uzan sendiri yang memegang perkamen itu, maka tidak akan ada gunanya.” Faraq menjelaskan. “Saya memang bisa menunjukkan perkamen tersebut di depan umum. Namun, kita sudah mengetahui bahwa perkamen tersebut adalah Piranti Penjumlah Material Magis yang sudah biasa kita gunakan.”
“Kau bisa menyerahkan Piranti tersebut untuk diperiksa oleh Penyihir Istana, Faraq,” ujar Rena.
Faraq bersedekap. “Bagaimana aku bisa mempercayai para penyihir Istana jika bencana ini pun mereka tidak bisa menerka, Rena!”
Sebelum Rena menjawab, Endan berkata, “Faraq benar. Jika piranti tersebut memang dari Kamasa, maka aku simpulkan bahwa sifatnya rahasia. Sehingga, tidak perlu diperiksa oleh para Penyihir Istana. Bahkan menurutku, Kamasa lebih hebat dari penyihir Elit Istana.”
“Sebagai putri Kamasa,” Ratu Sofia menambahkan, “kau menyetujuinya, kan, Rena?”
“Saya menyetujuinya, Ratu.” Kata Rena, “tapi seharusnya Piranti tersebut dimurnikan dahulu.”
“Pemurnian digunakan untuk barang asing.” Kata Faraq, “Apakah Tuan Kamasa adalah orang asing bagimu?”
“Tidak, tapi—”
“Jadi, seharusnya kau lebih mempercayainya” Faraq menekankan. “Piranti yang dititipkan kepadaku adalah demi pemulihan bencana ketidakpastian ini.”
“Pemulihan bencana ini adalah yang terpenting, Rena.” Endan menambahkan. “Tujuan utama diadakannya rapat ini adalah untuk memulihkan bencana ini. Jadi, aku akan menyetujui jika Uzan memang akan dilibatkan. Lagipula, ini juga merupakan suatu pengalaman bagi Uzan sendiri.”
Faraq tersenyum. “Itu benar, Baginda.”
Rena tidak mengatakan apapun. Ia masih merasa kesal. Akhirnya, Ia hanya berkata pelan, “Baiklah, Baginda.”
Endan mengangguk. “Jadi, karena keadaan ini genting, maka aku harus bisa memastikan tentang berapa lama material magis itu bisa terkumpul."
"Sekitar tiga minggu, Baginda." kata Faraq.
"Tiga minggu ya..." Endan memegang dagu. “Baiklah, usul mu akan menjadi kegiatan utama yang akan kita eksekusi. Keputusan akan diberangkatkannya Uzan dan para pasukan akan dilaksanakan secepatnya, maksimal tiga hari besok. lebih cepat, lebih baik.”
Faraq tersenyum. "Terima kasih atas pengertiannya, Baginda."
"Apakah ada lagi?" tanya Endan.
"Ada, Baginda." kata Faraq. "Setelah ini, saya ingin Baginda Raja agar menandatangani kontrak kerja sama dengan perwakilan dari kerajaan lain bersama dengan saya dan Petinggi Hita.
Hita menyetujui. "Itu benar, Baginda. Perwakilan kerajaan lain ingin memastikan bahwa kebutuhan pokok yang mereka kirim sudah sampai ke tujuan."
Endan mengangguk. “Baiklah. Namun, sebelum keputusan untuk menggunakan saran Kamasa untuk menggunakan material Magis tersebut, aku harus mengetahui bahwa Seluruh Anggota Petinggi di sini tidak keberatan dan tidak mempengaruhi sektor yang dipimpinnya.”
Keheningan sejenak terjadi di ruang rapat tersebut. Akhirnya, Raja Endan menyapukan tangannya ke seluruh Petinggi. “Sekarang, apa kalian punya komentar tentang kegiatan utama yang akan kita realisasikan ini?”
Istandi mengangkat tangan. Raja Endan mempersilahkan. “Saya kira tidak mengapa, Baginda, apalagi Pangeran Uzan selalu membantu warga saat evakuasi. Bagi saya, itu menandakan keperdulian yang besar terhadap kerajaan ini.”
“Baiklah,” kata Endan. “Ada lagi?”
Gurin mengangkat tangan. “Jika pangeran Uzan berangkat untuk menemukan Material Magis tersebut, kami akan bersedia mengeluarkan uang sesuai kebutuhan, Baginda.”
“Rowan?”
Rowan mengepalkan tangannya dan berseru dengan semangat. “Saya siap mempersiapkan prajurit – prajurit terbaik untuk mengawal Pangeran Uzan, Baginda.”
“Saya Setuju, Baginda.” Kata Hita “Saya ingin agar hubungan antar Kerajaan tidak renggang.”
“Rena, kau juga Penyihir.” Kata Endan. “Kau punya komentar tentang ini?”
Rena berujar pelan dengan nada ragu, “Tidak, Baginda.” Penyihir itu masih menatap Faraq dengan pandangan curiga.
“Kuanggap kau sejalan dengan Kamasa, Rena.”
Setelah semua Petinggi berpendapat, Endan dan Sofia tidak mengucapkan sepatah katapun. Mereka berdua mengamati seluruh petinggi. Keheningan sesaat terjadi kembali di antara mereka.
“Baiklah!” kata Endan, memecah keheningan. Cepat saja. Aku akan mengumumkan instruksi dan tindakan atas laporan kalian.
"Pertama, " Pandangan Endan mengarah ke Petinggi Rowan, "Kau perketat patroli di pemukiman sekitar istana untuk mencegah terjadinya Unjuk Rasa untuk yang kedua kalinya. Di samping itu, persiapkan...dua puluh Prajurit pilihan terkuat untuk menemani Uzan.
“Ditambah lagi, segera lakukan patroli di sekiatr rumah - rumah yang rusak dan pastikan bahwa warga tidak tinggal disana, suruh mereka untuk mengevakuasi diri ke situs tempat - tempat yang sudah disediakan."
Rowan mengangguk. "Baiklah, Baginda."
"Istandi," panggil Endan. Istandi memperbaiki posisi duduknya, bersiap untuk mendengar.
"Aku ingin berbicara kepadamu dan menanyai tentang keadaan warga lebih jauh. Kita berdua, bersama Prajurit Pengawal, akan keliling di area sekitar pemukiman."
"Siap Baginda," ujar Istandi.
"Gurin, kau hanya perlu mengawasi ke mana uang keluar di masa - masa ketidakpastian ini.”
Gurin menghela lega. "Baiklah, Baginda."
“Untuk Bagian Penyihir dan Klerik, Rena, kau Instruksikan beberapa Klerik untuk bergerak menuju ke Pelabuhan Utama guna menyembuhkan para pengunjung dari Kerajaaan lain yang akan berlabuh ke Kastala untuk berbagai keperluan mereka.
“Aku yakin bahwa kerja penyihir sudah bagus, Rena. Bersama Rowan, kau bisa menyuruh mereka waspada akan serangan yang mungkin bisa terjadi sewaktu - waktu karena bencana ini.”
"Rena merapikan jubahnya. "Baiklah, Baginda."
"Untuk Faraq dan Hita, kalian bisa memperbincangkan tentang hubungan antarkerajaaan dan bahan pokok yang dikirimkan oleh kerajaan Lain melalui jalur laut dan awasi bagian laut."
"Baiklah, Baginda," kata Hita. "Perwakilan kerajaan lain juga ingin memastikan bahwa kebutuhan pokok yang mereka kirim sudah sampai ke tujuan dan warga mereka selamat."
“Untuk Faraq, solusi Kamasa untuk memulihkan Keraajaan ini akan segera kita gunaakan. Laporan tentang hubungan antarwilayah sendiri akan kudiskusikan denganmu secara pribadi karena sudah terdukung oleh laporan lain.
“Setelah aku berbincang dengan Istandi mengenai Kondisi pemukiman sekitar, aku ingin berdiskusi kepadamu tentang eksekusi kesimpulan dari pertemuan ini, sehingga kita bisa memulihkan bencana ini dengan segera."
"Baiklah, Baginda." ujar Faraq dengan tenang.
"Ada tambahan?"
Tidak ada satu Petinggi pun yang membuka suara. Satu per satu dari mereka menutup berkas laporan mereka.
"Baiklah," Endan menyimpulkan. "Hikin, Rapat selesai."
Hikin mengangguk. Kemudian, ia menjentikkan jarinya. Kertas dan pena yang sudah selesai mencatat hasil rapat tersebut seketika menghilang. Lalu, Sang Pixi terbang dan melayang - layang di depan Raja Endan dan Ratu Sofia sambil memberi penghormatan. Setelah Mereka berdua membalas penghormatan itu, Hikin memutar tubuhnya, lalu meledak menjadi butiran cahaya emas dan menghilang.
-\=\=\=\=
Malam itu terasa sunyi. Endan kembali berdiri di teras kerajaan sambil memandangi pemukiman warga. Kedua tangannya menyandar pagar.
Tidak lama kemudian, Sofia menghampiri dan duduk di sampingnya. "Sayang, bagaimana pembicaraanmu dengan Faraq?”
"Aku sudah menandatangani seluruh berkas bantuan Kerajaan di seluruh Namaril bersama Faraq, bahkan aku juga sudah memeriksa pelabuhan utama bersama Hita. Setelah berdiskusi dengan Faraq, aku mengambil kesimpulan bahwa memang kita harus melaksanakan saran Kamasa."
"Berarti kita memang akan segera mengirim Uzan untuk mengumpulkan Material Magis tersebut," Sofia menyimpulkan.
Endan mengangguk. "Itu benar."
"Apakah kau sudah memberitahu Uzan tentang ini?"
"Belum. Aku tidak menemuinya siang tadi. Istandi berkata bahwa Uzan sedang membantu evakuasi warga. Ia sedang tidur sekarang. "
Sofia mengedarkan pandangan ke arah pemukiman. Kemudian, Sang Ratu berujar, "Bagaimana kalau jumlahnya, paling tidak, tiga atau empat orang saja?"
"Maksudmu?"
Sofia menghela panjang. Ia memiliki firasat buruk tentang ini setelah memperhatikan sanggahan Rena di pertemuan hari ini, namun ia akan menjelaskannya kepada Endan. "Kemungkinan prajurit lainnya masih dibutuhkan oleh istana. Jika Uzan berangkat dengan prajurit lain, maka, di samping perjalanan akan menjadi kerepotan, akan menghabiskan biaya."
"Tapi Gurin mengatakan bahwa biaya tanggungan perjalanan akan dicukupi,” Endan mengerutkan dahi. "Aku juga menyesuaikan dengan bagaimana pikiranmu kepada Uzan, Sofia. Ia juga membutuhkan pengamanan dari prajurit.”
“Kau bisa menebak pikiranku, Baginda,” Sara menghela."Namun, kita juga tahu bahwa Uzan tidak begitu suka dikelilingi pengawal. Bukankah begitu?"
“Tidak biasanya kau tidak memperdulikan keamanan Uzan, Sofia.” Ujar Endan.
“Coba kau pikirkan lagi, Baginda…” Sofia mengingatkan Endan dengan lembut.
Endan memikirkan putra semata wayangnya. Uzan memang seorang pangeran kuat dan ahli pedang namun Sofia selalu ingin melindunginya dengan selalu memberikannya pengawalan prajurit. Namun sekarang rasanya berbeda. Dengan bencana ketidakpastian ini, istrinya punya pikiran lain yang berlawanan dengan kebiasaannya. Menariknya, Endan juga menyetujui hal itu. Sebaiknya ia mempertanyakan tentang kejelasan maksud Sofia.
Sang Raja memperhatikan istrinya. "Lalu, bagaimana saranmu?"
“Sebaiknya, Uzan dikirimkan bersama beberapa teman dekatnya untuk menaemani selagi ia melakukan perjalanan. Hal ini karena prajurit lainnya mungkin masih dibutuhkan untuk membantu warga. Di samping itu, Uzan akan lebih nyaman dalam melakukan perjaalanan jika ditemani oleh orang - orang yang dikenalnya."
Di dalam hati, Endan menyetujui pendapat Sofia. Ia sendiri merasa bersemangat ketika bersama dengan orang – orang yang dikenalnya, dari kalangan manapun itu.
“Baiklah,” Endan mengangguk. “Kurasa lebih baik jika Uzan menjalani pencarian Material Magis ini dengan teman – temannya. Besok pagi, aku harus berangkat dari istana untuk melakukan pemantauan terhadap kondisi dan situasi lingkungan pemukiman sekitar. Bisakah kau memberitahu Uzan tentang ini, Sofia?”
“Serahkan kepadaku, Baginda.” Sofia tersenyum. “Besok pagi, aku akan memberitahu Uzan sebelum ia juga turut ikut kegiatan pemantauan lingkungan.
Endan membalas senyuman Istrinya. “Ketika rapat tadi, kenapa kau tidak banyak mengutarakan pendapatmu kepada Anggota Tujuh Petinggi?”
Sofia menghela sejenak, lalu berujar, “Kurasa aku hanya perlu memperhatikan tentang bagaimana rapat ini bekerja. Karena, seperti yang kita ketahui, bencana ini sangatlah mengganggu kesejahteraan Kastala. Jadi, aku lebih banyak mengawasi jalannya rapat dan mengambil beberapa kesimpulan yang bisa kuutarakan langsung kepadamu, Baginda.”
“Terima kasih, Sofia. Kau juga memperhatikan kesejahteraan Kastala.”
Sofia tersenyum. Setelah itu, Sang Ratu memperhatikan Sang Raja yang kembali memandang pemukiman Kastala. Lalu, ia berujar. “Endan, kau bilang bahwa besok kau harus melakukan pemantauan bersama Istandi di pagi hari. Sebaiknya kita istirahat. Sudah tengah malam”
Endan mengangguk. “Baiklah, Sofia.”
Sang Ratu segera berbalik arah untuk memasuki ruang istana. Sang Raja memperhatikan pemukiman istana sejenak untuk yang terakhir kalinya, lalu meninggalkan teras itu dan segera beristirahat.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 93 Episodes
Comments