Keluarga Yang Aneh

Keluarga Yang Aneh

Gibran Zafar

"GIRBRANNNNNNNNNN Woyyyyyyyy" teriak seorang wanita yang perkirakan berumur 25 tahun berjalan keluar dan memanggil nama anaknya

"Gibrannnnnnn" Teriak lagi

"Ey gibrannnnn anak bundanya Syahilla Zahra Hafifah Yang cantiknya sejawat raya". Teriak lagi dan kali ini menyebutkan nama dirinya. Ia adalah Syahilla seorang ibu rumah tangga memiliki anak dari seorang pria asing yang tidak ia ketahui, lalu akibat kejadian itu Syahilla hamil menghasilkan anak lelaki yang bernama Gibran.

"kamu kemana nak ih" Teriak dan kesana kemari sambil berteriak.

"kamana itu budak eta teh" gumam Syahilla dan masih terus pejalan.

"Gib eh disini ternyata" Lalu Syahilla pun terus saja mencari kesana kemari dan matanya pun berhenti sudah menemukan anaknya

"Ada apa bun?". Tanya Gibran pada Bundanya

"Hayu ih makan". Ucap sang Bunda dengan nada khas orang sunda tau atuh ya kalian

"Ok bun" langsung dijawab oleh Gibran

"Oy aing balik nya". Ia pun berpamitan pada sang teman temannya dengan bahasa daerah (bahasa Sunda)

aing bahasa kasar dalam bahasa sunda yang artinya aku

"Heeh jug kaditu, bisi indung maneh mawa nyere". Rendi temen Gibran dengan nada meledek

(ya udah sana pergi, takutnya mamah kamu bawa sapu lidi)

"hmmm kumaha we maneh, bapak sia mah parah njir hahaha mamawa bedog, heeh

hahhaha

(" hmm ya kaya kamu, bapak kamu malah yang lebih parah njir ,hahah bawa pisau gede, bener gak sep hahha.")

"hahha si Rendi gib, wah aing inget pisan ningali si Rendi di udag ku bapak sampe ka sawah, terus nu hayang seuri mah eta calana nepi ka rewek atuh".

"hahah si Rendi gib, wah gua masih inget liat si Rendi dikejar ama bapaknya sampai ke sawah, terus yang bikin ngakak, itu celana sampai ke robek hahaha."

"heeh kawas di udag ku anjing wae hahahah" ejekan Gibran pada Rendi, dan yang jadi korban hanya masang wajah datar aja. Dan itu membuat mereka ketawa melihat ekspresinya.

(Iya kaya di kejar anjing aja hahaha)

"Gibran" teriak lagi Syahilla

" Astaga oh iya ya bun". kaget sambil nepuk jidat dan Gibran pun buru, mereka yang melihat Gibran panik karena takut ada omelan Emaknya langsung ketawa.

"hahahah, Gibran tolong muka kondisikan hahah". ucap Rendi yang akhirnya angkat suara

"Yo ah bubar bubar bubar" tanpa menghiraukan kata kata Rendi, Gibran langsung memerintahkan pasa temen temenya untuk bubar.

Prov Gibran

Hai guys perkenalkan namaku Gibran nama asli ku hanya 2 kata saja yaitu Gibran Zafar aku hanya mempunyai seorang Bunda yaitu Syahilla Zahra Hafifah.

Aku menyadari bahwa aku mempunyai kelebihan yaitu memiliki otak yang cerdas aku juga tak mengerti kenapa diriku mempunyai kemampuan yang sangat langka bagiku.

Jika otak cerdas turun dari Bunda sepertinya tidak tidak mungkin, karena bunda sendiri menghitung 3×3 pun harus dihitung jari. Namun aku tak peduli hal itu karena Bunda punya kemampuan diri sendiri yang hanya aku yang bisa melihatnya.

Bundaku yang ceroboh cerewet kadang bar bar, kadang bikin aku khawatir kalau Bundaku sampai malam hari tidak pulang, karena saat bunda mengantarkan kue yang mereka pesan di toko bunda, bunda suka nyasar kalau pulang. Aku bingung sekali punya bunda tapi dia punya kemampuan inget yang minim. Tapi tetep saja aku sayang padanya karena bunda selalu ada disampingku.

Bunda adalah ibu yang sangat baik perhatian dan tidak pernah pilah pilih teman dan dia selalu menasihatiku berkata jangan "menyakiti perempuan jika memang perempuan menyakiti lelaki maka diam dan tinggalkan". Bunda ku memang ibu yang paling sempurna, karena bunda selalu memberikan terbaik untukku aku bersyukur telah dilahirkan oleh Bunda.

Namun hanya satu saja yang inginku harapkan yang saat ini belum kucapai, yaitu bertemu dengan Ayahku.

Prov autor

Gibran Zafar adalah seorang anak lelaki berwajah tampan berumur 8 tahun. Tidak hanya tampan Gibran memilki otak yang sangat cerdas.

Terbukti bahwa ia sering mengerjakan pr tetangganya dan itu secara diam diam. Meski pun ia suka mengerjakan PR pasti tidak gratis harus ada upah, seperti dikasih eskrim atau diberi uang. Sementara Ibunya bernama Syahilla Zahra Hafifah ia memang perempuan ceroboh namun dia baik hati ramah kadang bar bar dan memang jarang lelaki yang mau dengannya karena menurut mereka shella ini tubuh kecil, yang mereka mau badan semok terus dada harus montok.

Syahilla itu memang ceroboh dan sikap itu lah yang menimbulkan keuinikan tersendiri bagi Gibran. Syahilla hidup bersama gibran tanpa sosok laki laki dewasa yaitu Ayahnya Gibran. Gibran ingin sekali bertemu dengan Ayahnya, namun ia harus menahannya karena ia butuh mengumpulkan uang untuk membeli hp.

Karena, ia dan Bunda adalah memang orang yang kurang mampu. Jadi Gibran bekerja keras untuk mendapatkan Hp karena ia ingin menguasai belajar dan tentunya ingin mencari sosok Ayah. Gibran mengumpulkan uang dari Gibran yang memang selalu juara perlombaan.Uang dibagi antara kebutuhan dan tabunga, mengingat Bunda tak bisa jualan lagi karena insiden pada saat Bunda di rapok oleh preman.

Tapi sayang ternyata rencananya gagal, ia bersusah paya menegumpulkan uang untuk membeli hp tapi semua harus ditunda.

Karena ia harus pergi ke kota, untuk mengikuti ajang perlombaan seinternasional , dan Gibran salah satu siswa termuda disana.

Dan itu akan menjadi ajang atau pemberitaan yang sangat menarik pastinya. Gibran sudah didaftarkan pak Kepala Sekolah.

Namun ia tidak akan tau jika ada sesuatu terjadi saat ia tiba di kota.

------Saat di ruang makan-----

Syahilla sedari tadi merhatikan gaya duduk Gibran dan itu pun gibran menyadari dan merasa heran pada Syahilla, apa ia salah baju atau apa ya pikir Gibran.

"Bun". panggil Gibran dengan menatap aneh pada Syahilla

"hmmm". Syahilla langsung menyahut

"Napa Bunda lihat ku begitu". Tanya Gibran dengan menyeringitkan dahinya seolah tak mengerti kenapa bunda begitu aneh menatapnya.

"bunda aneh sama kamu". jawab Syahilla dengan menggaruk belakang yang tidak gatal

"aneh apa bun". Tanya Gibran dengan wajah bingung

"kamu kan dari kecil hidup dengan bunda terus kita itu hidup di desa tapi.." mengantung kata ucap Syahilla, lalu karena penasaran Gibran langsung menyahuti

"tapi apa" tanya kembali Gibran karena penasaran

"kamu cara makannya elegan banget kaya orang kota gitu" ucap Sang bunda dengan wajah polosnya

Pada saat itu posisi Gibran duduk dengan elegannya dan sangat berwibawa. Terutama makan dengan garpu sendok, dan ada sarbet di ke dadakan. Bahkan menurut Syahilla saat gibran sudah mengambil nasi dan lauknya tak langsung dimakan malah didiamkan dulu, mungkin Syahilla berpikir kalau nasinya panas tinggal di tiup tapi anaknya tidak katanya itu menjijikan. Semakin ia terlihat seperti pria bagswan. Karena tatacara makan yang menurut Syahilla adalah tatacara makan para anak kota.

"Hmm entahlah memangnya kenapa" Gibran pun berucap sambil mengangkat kedua bahu seolah dia tak tau.

"ya bunda heran aja yang hamilkan bunda tapi keluar malah wajah yang lain dan makin kesini melihat kamu makin tak mengerti, Bunda tak pernah mengajarkan tata cara makan. Tapi kau makan kaya orang kota aja, bahkan kemarin pun kamu minum teh hangat aja, menyilang kaki nya , terus pas kamu mengambil cangkirnya teh sama pisinnya (piring kecil/tatakan gelas)dengan gaya elegan, itu sebagai tanda bahwa kamu memang keturunan anak darah biru. " nyerocos Syahilla menceritakan lebih tempatnya ngomel. Itu membuat Gibran menahan tawanya, karena ekpresi sang bunda tangan gerak kesana kemari, seakan mendongengkan cerita.

"Tak mengerti denganku, maksudnya apa?" ucap Gibran dengan pura pura bingung, padahal ia tau apa maksudnya.

Tapi ia tetap diam, menikmati ekspresi sang bunda, yang sangat lucu kalau saat sedang bingung. Gibran memang suka menjahili bundanya, karena baginya menjahili bunda itu mengasyikan. Syahilla yang memang orang nya polos ceroboh kadang ia suka nurut apa yang dikatakan sang anak.

Itulah mengapa Gibran suka sekali menjahili Bunda, kadang sifat jahilnya suka membuat Syahilla menangis. Tapi meski begitu Shela hanya bisa pasrah karena anaknya pasti akan begitu lagi, namun ia harus bersyukur. Karena, adanya Gibran dihidupnya menjadikan Syahilla tidak sendiri lagi.

"Bunda masih tak mengerti kenapa kau sebagai anak bunda punya otak yang genius, bahkan bunda otak biasa biasa aja malahan terlalu bodoh". dengan tampang pasrahnya terus saja Syahilla mengoceh yang masih belum paham pada diri Anak yang genius itu.

"Hahahaha menurut bunda aku anak bunda bukan?". terkekeh saat mendengar ocehan dan pengakuan serta wajah yang bingung itu. Membuat Gibran terbahak bahak, walaupun Bundanya telmi atau ceroboh tapi itulah yang membuat Gibran terhibur.

"Yayalah kamu anakku jelas jelas kau dulu yang bunda timang". menggerutu Syahilla membuat bibirnya mengurucut, makin ngakak lah si Gibran ini, seneng sekali dia melihat Bundanya begitu.

'Nah itu tau napa heran segala hahahha". ucap Gibran yang masih tertawa.

"ihh masalahnya kamu udah kecil aja gaya mu beda dari anak desa". masih dengan kebingungan ya maklum ya Bunda Syahilla memang suka lama pahamnya.

"hmmm itu karena darah ku lebih dominan ke Ayah bun" sengaja ditekan nama ayahnya

"hmmm kau tau apa soal ayahmu". Dengan nada heran seperti anaknya tau ayahnya saja.

"Aku gak tau apa apa tapi udah jelaskan kalau aku dan Bunda tidak ada miripnya apalagi otaku lebih jenius dibanding Bunda sepertiny Ayahku memang seorang genius" cibir Gibran yang langsung meledek Bundanya namun bermaksud hanya becanda.

"Ya nak bahkan bunda yakin ayahmu bukan orang sembarang karena bunda bisa melihatmu seperti ada jiwa apa ya begitulah jiwa jiwa bangsawan gitulah Bunda kurang tau apa namanya". ucap Syahilla bukan membalas ledekan malah ia menambahkan menganalisis ayah dari Gibran dengan kepala miring, tanpa mengingat candaan yang menurut orang yang baper pasti sakit hati. Namun untuk Syahilla itu hanya canda.

"Bun kapan kita k jakarta aku ingin ketemu dady" , Gibran mengalihkan topik, langsung membahas mengenai ayahnya

"Ii itu gak tau". tergagap ucap Syahilla karena gugup karena ia sendiri tak tau harus jawab apa.

"Cihhh Bunda bunda, sampai kapan bunda gak tau gak tau". mendesis Gibran ia lelah mendengar gak tau gak tau dari mulut Bundanya, karena ia tak sabar ingin bertemu dengan Ayahnya.

'Ya ya sok atuh dimakan''. Mengalihkan topik agar Gibran berhenti menanyakan ayahnya. Karena ia pun bingung jawab apa.

"Bunda yang harusnya makan aku udah habis". Ketus nada dingin karena kesal terhadap bundanya

"Oh hehe ya". cengengesan untuk mengalih rasa canggung karena mendengar suara dingin dari sang anak.

"Oh ya ampun bun". Gibran menepuk jidat seorang ia lupa memberitahukan ke Bundanya, dan Syahilla pun menyaut.

"Ya nak" jawab Bunda.

"Aku lupa mau ngasih tau bunda 3 bulan lagi aku ke Jakarta untuk ikut lomba KIMIA seinternasional". ucap Gibran yang memberitahu bahwa dirinya akan berusaha menjaga diri

'Haaaa!!!!! koq ngedadak sih nak? siapa yan daftarin kamu? ". sontak membuat matanya membulat sempurna, karena kaget mendengar bahwa ia akan pergi ke kota merasa dadakan sekali, menurut Syahilla.

"Kan acaranya juga 3 bulan bundaaaa ya ampuunnn,, ya masalah daftar sama pak kepsek." Gibran menghela nafas berat, dan memutar bolanya seolah ia lelah menghadapi Bunda yang selalu aja tidak mengerti.

"Oh ya ampuun bagaimana nak bunda gak ada uang". kini mimik mukanya menjadi sendu karena Syahilla memang tak miliki uang yang cukup

"Bunda tenang aja aku ada uang koq" ucap Gibran yang sekarang mukanya menatap iba pada Bunda, karena ia merasakan dan tau Bunda tak miliki uang.

"Darimana kamu dapet uang itu nak?". Tanya Bunda pada Gibran

"Emang bunda gak tau ya kalau aku suka ikut lomba lomba". ucap Gibran dengan nada dingin

"oh hehehe, iya Bunda lupa nak". berkata Syahilla dengan menyengir sementara tangan kanannya menggaruk kepala belakang yang tidak gatel.

"hufff". Gibran hanya menghela nafas

"hmmmm makasih ya kamu selalu di andalkan Bunda, maafin Bunda nak, bunda sedari kecil hidup susah hiksss hikss" Entah kenapa Syahilla menjadi terharu dengan anaknya, ia bersyukur sudah membesar anak itu dan juga ia bersyukur mempunyai anak yang cerdas tidak seperti dirinya yang kurang dalam otaknya.

"udah bun jangan gitu aku melalukan ini karena aku sayang bunda dan terimakasih udah ngerawat dan membesarkanku sampai saat ini". Sambil menenangkan dan mengusap air mata dan juga mengelus punggung Bundanya ,agar tenang

"Bunda melalukan itu karena kewajiban bunda sebagai ibu nak dan kamu adalah anugrah. Setelah kamu lahir ibu punya teman nak. Sedari kecil bunda sebantara kara, semenjak ada kamu hidup bunda merasa lebih berwarna". Ucap Syahilla dengan apa terjadi selama dia hidup

"aku sayang bunda" ucap Gibran karena tak bisa kata kata lagi

"Bunda sayang gibran, anak bunda udah besar lagi" membalaa ucapan Gibran, yang kini mereka saling berpelukan dan Syahilla pun sama menglus puncak rambut dan mencium dengan sayangnya. Gibran merasa nyaman ketika di peluk Bunda.

"hihi ya dong bun" gibran membalas ucapan Syahilla

"huffff" sementara Syahilla hanya menghela nafas kemudia mereka berdua kini melepaskan pelukannya.

'Bun aku ke kamar ya bun". seraya berkata begitu gibran bangkit dari tempat dia makan tadi, tak lupa ya memberi kecupan pada pipi Bunda dan menghapus sisa tangisan Bunda.

"ya". jawab singkat Syahilla

Setelah kepergian Gibran, di meja makan tersisa hanyalah Syahilla, yang masih bingung dengan apa yang dia miliki saat ini, termasuk anaknya sendiri

"hmm aku bingung deh kan aku yang ngandung yang lahir aku tapi malah keluar wajah yang lain. dari ujung ke kepala sampai ujung kaki puun tak ada satu pun atau sekuku aja gk ada akunya". gumam Syahilla pada diri sendiri

"Anak siapa sebenarnya dia, muka bule banget putih banget, aku juga putih sih tapi agak kekuningan.

ya ampun apa lelaki itu begitu sempurna kah, kalau aku ketemu dengannya yang ada aku mundur aja". nyerocos dengan segala pemikirannya Syahilla.

Syahilla tak menyadari ada yang mendengarkan nya dibalik pintu kamar, dan siapa lagi kalau bukan Gibran.

"Buunda bunda, ya jelaslah aku fotocopy an Ayah, jadi jelaslah semua yang ada pada dirimu di turunkan dari Ayah termasuk otaknya", ucap Gibran

" hmmm". Gibran menghela nafas kemudian....

"ya tuhan aku tak menyangka punya bunda yang seperti ini hufff". sambil mengucap dan menggelengkan kepala karena pusing dengan Bunda nya yang masih belum mengerti.

"Semoga aku secepatnya bertemu dengan Ayahku amiin". lalu Gibran berdoa berharap bisa bertemu dengan Ayah kandungnya.

...****************...

di sisi lain

Sebuah ruang yang gelap dan pengap dan bau anyir banyak tengkorak tengkorak manusia berserakandan ada suara jeritan bahkan banyak geromobolan dan datu pemandangan yang unik yaitu lelaki tampan sedang menyiksa para tawanan karena mengkhianati sebagai kliennya dj perusahaan dan saat ini pria itu sedang bermain dengan si korban dengan cara medayat sayat wajah

srrt sret srrt

bersambung.....

Mohon Maaf aku memang kurang sempurna dalam penulisan apalagi dengan alurnya. Hoho karena saya bukan jurusan sastra indonesia. Tapi saya akan usahakan sebisa mungkin serapih mungkin untuk menuliskan karangan cerita ini. Terimakasih yang sudah membaca cerita fiksi ku semoga kalian suka dengan ide yang kutuangkan ke dalam sebuah novel.

Terpopuler

Comments

meliah

meliah

mamfir thor

2022-06-19

0

Lilipongz

Lilipongz

Dilanjutkan thor 😁

2022-06-03

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!