•Happy Reading•
Bel tanda berakhirnya sekolah pun sudah berbunyi sejak tadi. Sorak sorai kemerdekaan para siswa yang sempat bergema pun kini mulai hilang dari peredaran yang menandakan seluruh para muridnya sudah bubar untuk pulang, namun tidak untuk Alta yang masih saja berdiri di depan gerbang sekolah sendirian menunggu taxi yang lewat.
Kali ini langit terlihat mendung, angin berhembus kencang seakan memberi pertanda bahwa akan segera turun hujan membuat Alta tanpa sadar mendecak sebal sambil memasukkan tangan kirinya kedalam saku rok sedangkan tangan kanannya sibuk merapihkan rambut panjangnya yang sejak tadi semerawut akibat terpaan angin.
Pandangannya terus melihat sekeliling mencari seseorang yang ia kenal yang mungkin masih berada di dalam sekolah untuk dirinya bisa menebeng pulang.
Tin, tin!!
Terdengar klakson motor dari arah belakang.
"Al, kok lo masih disini sih?" tanya Aleshaqi yang berboncengan dengan Bunga (Unge) kekasihnya.
"Iya, dari tadi gue nungguin taxi yang lewat cuma gak ada yang lewat." jawab Alta.
"Kalau jam segini jarang ada taxi yang lewat." seru Unge.
"Yah, sorry banget ya Tha. Gue gak bisa nebengin lo karena udah ada Unge yang hari ini baliknya bareng gue."
Sementara kafka jadi mencimingkan mata melihat raut wajah khawatir Alta ketika Unge mengatakan hal tersebut membuat cewek itu menoleh, mengerjap-ngerjap pelan begitu saja.
"Kenapa lo lihatin gue gitu?" tanya Alta bingung.
Kafka mendecih, "Kepedean lo jadi cewek." serunya sinis.
"Kaf, lo kan balik sendirian tuh. Rokum lo juga ngelewatin kompleksnya Alta kan?"
"Terus masalahnya sama gue apa?" tanya Kafka jutek.
"Kenapa gak barengan aja? Kasihan tau Kaf si Alta nungguin taxi yang belum tentu lewat sini. Tuh lo gak lihat udah mau hujan gitu." ujar Unge agak di dramatisir biar Kafka mau berbelas kasihan mengantarkan Alta pulang.
"Sejak kapan lo berani nitah gue? Gue gak akan mau boncengin siapa pun kecuali orang yang gue suka!" ucapnya makin ketus yang membuat Unge jadi kicep.
"Gak apa-apa kok, Nge. Gue biar nungguin taxi aja lagian juga gue gak mau bikin repot Kafka, kok." tolak Alta merasa tidak enak.
"Bagus kalau lo sadar diri." sindirnya pada Alta. "Tuh lo denger sendiri kan? Gue cabut duluan udah gerimis." tukasnya tidak perduli dan langsung tancap gas.
"Anj*r banget tuh manusia satu. Gue rasa emang kaga punya hati tuh orang!" sebel Unge.
"Dah dari lahir kali, Babe." timpal Aleshaqi.
"Pantes, Bos lo tuh."
"Iya, emang Bos gue itu Babe. Gak usah lo pertegas lagi juga seluruh sekolah tau." kesel Aleshaqi.
Alta tersenyum mendengar umpat Unge barusan.
"Kalian duluan aja, tuh udah mulai turun hujan. Nanti malah kalian berdua yang kehujanan."
"Beneran gak apa-apa Tha kalau kita tinggal?" tanya Aleshaqi merasa tidak enak hati.
"Iya Lesh, gue bisa masuk ke pos satpam dulu sambil berteduh dan minta jemput orang rumah." serunya. "Gih sana cabut." mengibaskan tangannya mengusir.
"Gue duluan ya?" ucap Unge melambaikan tangan.
Alta menyambut lambaian tangan Unge. "Titi DJ" teriak Alta lalu ia berjalan ke arah halte yang berada tepat di samping sekolah Lentera Bangsa lantaran meneduh karena rintikan hujan semakin besar setelah kepergian Aleshaqi dan Unge. Mau tak mau Alta berlari, meneduhkan diri di halte samping sekolah Lentera Bangsa sambil menunggu taxi yang lewat.
tiba-tiba saja beberapa menit ketika Alta berteduh. Alta di kagetkan dengan suara berat yang menyapanya.
"Woi, ngapain lo masih disini?" tanya Kafka jutek dan entah kenapa justru dia kembali ke sekolah.
"Ada gue yang seharusnya nanya ngapain lagi lo balik kesekolah? Bukannya tadi lo dah cabut." balas Alta jadi galak sambil duduk di bangku halte.
"Suka-suka gue lah mau balik lagi kesini atau enggak! Kenapa jadi lo yang nyolot." serunya yang takalah galak.
"Dih, biasa aja kali." ucap Alta sinis. "Udah lo sana pergi." mengibas-ngibaskan tangan mengusir. "Ngapain juga lo masih disini, bikin gue naik darah aja." kata Alta sambil terus mengibaskan tangan membuat Alta menahan kesal.
Kafka mendengus, "Lah lo ngapain masih disini? Belum ada taxi yang berhenti?"
"Lo gak lihat gue lagi ngapain? Pakai nanya gue ngapain disini? Lagi neduh lah, kan gerimis ogeb." omel Alta galak.
"Ya, ya, ya," cowok itu turun dari motor sportnya dan ikut duduk di samping Alta.
"Kok lo gak di jemput sih?" tanya Kafka pelan.
"Hp gue mati buat minta jemput orang rumah. Mau pesen ojol juga gak bisa, mau naik angkutan umum gue gak tau mobilnya yang mana. Yah terpaksa deh gue nungguin taxi, meskipun lama gak apa-apa yang penting gue bisa balik."
"Sampai kapan lo mau nunggu? Mau sampai malam, hah? Disini tuh kalau udah jam segini gak bakalan ada taxi. Kalau hujannya udah reda lo nebeng gue aja atau lo mau nyoba naik motor gue di bawah guyuran hujan? Biar romantis gitu."
"Cih, berharap gue setuju." kata Alta santai membuat Kafka berdecak tak suka.
"Bangs*t!" umpat Kafka, ia menoleh galak ke arah Alta. "Balik jalan kaki aja lo sana, tadinya aja gue gak usah balik lagi karena gue gak tega lihat lo sendirian nungguin taxi yang gak akan lewat." kata cowok itu sambil berdiri hendak melangkah. "Jadi nyesel gue!"
"Ternyata masih ada hati buat perhatian sama gue? Gue kira lo gak punya hati?"
perkataan Alta sedikit menyinggung perasaan Kafka sehingga ia benar-benar akan meninggalkan Alta.
Membuat Alta mendelik ngeri. "Yaelah, ambegan lo jadi cowok! Emangnya lo tega ninggalin gue?" ucap Alta sambil meraih jari tangan Kafka.
"Dih bodo amat! Awalnya gue enggak tega liat lo dan sekarang gue bodo amat!"
Hal itu membuat keduanya saling melayangkan pandangan sinis di tengah guyuran hujan yang masih jatuh ke permukaan bumi seolah-olah saling ingin menerkam satu sama lainnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 85 Episodes
Comments
Aflah_Aqilah
awal keromantisan yang tersembunyi
2023-10-04
0