*Penakluk Hutan Timur (PHT)*
“Aku menguasai Gunung Dewi Runa dengan maksud bisa melihat langsung daratan di Negeri Tanduk. Dari Gunung Dewi Runa, nanti aku akan bisa melihat tanda jika Negeri Tanduk sudah melepas armadanya menuju tanah negeri ini. Jadi, tujuan pertamaku datang ke Sanggana Kecil adalah untuk menyampaikan bahwa armada laut Negeri Tanduk adalah yang terkuat di lautan saat ini. Aku memiliki Pasukan Laut yang hebat, tapi kalah jumlah yang membuat kami tidak bisa mengalahkan armada laut Negeri Tanduk. Apakah Sanggana Kecil memiliki armada laut yang memadai?” ujar Ratu Siluman Alma Fatara, lalu bertanya.
“Sanggana Kecil sudah membangun sekutu dengan beberapa kerajaan pesisir. Mereka semua memiliki armada laut. Namun, jika menarik garis dari Gunung Dewi Runa, dua kerajaan pesisir di kaki Gunung Runa, yaitu Kerajaan Pasir Langit dan Kerajaab Werang, belum kami ajak bersekutu,” kata Prabu Dira.
"Bisa kita coba setelah ini, Kakang Prabu," kata Ratu Tirana.
“Peringatan tentang rencana Negeri Tanduk menyerang Tanah Jawi sudah kami sampaikan sepuluh tahun yang lalu. Menjadi tanda tanya ketika serangan itu tidak pernah datang, bahkan tanda-tandanya pun tidak terlihat. Aku jadi khawatir jika kerajaan-kerajaan pesisir sudah abai terhadap ancaman tersebut, sehingga mereka pun tidak begitu mengutamakan kekuatan armada lautnya lagi,” ujar Permaisuri Getara Cinta.
“Itu sangat mungkin terjadi, Kakak Getara,” kata Kerling Sukma.
“Sayangnya kami tidak memiliki armada laut sendiri, kami hanya memiliki armada telaga,” kata Prabu Dira.
“Bukankah Garis Merak, Kurna Sagepa dan Swara Sesat mantan anggota bajak laut,” kata Permaisuri Yuo Kai.
“Benar,” jawab Prabu Dira. “Apakah Pasukan Penguasa Telaga harus kita alihkan menjadi Angkatan Laut Sanggana Kecil?”
“Jika pasukan itu dialihkan, lalu siapa yang akan mengurus telaga? Kesaktian Garis Merak, Kurna Sagepa dan Swara Sesat sudah mumpuni. Mungkin Kakang Prabu bisa mempertimbangkan untuk mengembalikan ketiganya ke laut dan memimpin pasukan angkatan laut baru,” ujar Ratu Tirana.
“Sepertinya, karena kebanyakan istri, Kakang Prabu sekarang sulit berpikir jernih. Aku sangat menyarankan agar Kakang Prabu tidak menambah permaisuri lagi. Cukup kami-kami saja,” celetuk Permaisuri Sandaria.
“Hihihi!” tawa Ratu Tirana dan permaisuri lainnya.
“Hahaha!” tawa Prabu Dira dan Alma Fatara.
“Bukankah dulu Permaisuri Serigala bersikeras mendesak Kakang Prabu untuk menikahi Riskaya, karena dia dianggap sebagai saudara kembar Permaisuri yang bertubuh besar,” kata Permaisuri Dewi Kusuma, merujuk kepada Kepala Pengawal Prabu.
“Hihihi!” tawa Permaisuri Sandaria. “Itu dulu. Namun, seingat-ingatku Kakang Prabu pernah berbisik mesra kepadaku, akan segera mengangkat Kakak Riskaya sebagai selir.”
“Benar seperti itu, Kakang Prabu?” tanya Kerling Sukma lebih dulu.
“Aku tidak serius mengatakannya kepada Permaisuri Serigala. Waktu itu aku hanya menggodanya,” kata Prabu Dira berdalih.
“Aaah, Kakang Prabu mulai tidak jujur!” pekik Permaisuri Sandaria sambil merengut manja.
“Iya, iya. Apa yang dikatakan Permaisuri Serigala memang benar. Aku ada niatan untuk menjadikan Riskaya sebagai selir pertama. Namun, itupun jika kalian sekarang setuju,” kata Prabu Dira seraya tersenyum.
“Sepertinya Kakang Prabu sudah mulai bosan dengan rasa kita, Kakak Permaisuri,” kata Permaisuri Kerling Sukma kepada Permaisuri Getara Cinta.
“Eeeh, apa yang saudara-saudaraku ini pikirkan tentang Kakang Prabu? Tidak baik membahas perkara itu di depan Ratu Siluman,” kata Ratu Tirana santai tapi mengena.
“Hahahak!” tawa terbahak Alma Fatara. “Kalian bicarakan pun, aku tidak mengerti perkara semacam itu. Aku terlalu lugu untuk urusan rasa. Hahahak!”
“Hahaha!” tawa santai Prabu Dira. “Rencana tentang Riskaya, nanti kita bahas secara tertutup saja. Sekarang kita dengarkan saran dan pandangan Ratu Siluman.”
“Aku hanya menyarankan agar Gusti Prabu membangun angkatan laut baru yang dipimpin oleh perwira yang berpengalaman,” kata Alma Fatara. “Aku mendapat kabar dari teliksandiku yang ada di Negeri Tanduk, kemungkinan perang akan terjadi paling cepat satu tahun lagi.”
“Satu tahun?” sebut ulang Permaisuri Kusuma Dewi. “Itu waktu yang sangat sempit untuk membangun angkatan laut yang kuat.”
“Kami sulit untuk mengetahui rencana rinci Negeri Tanduk. Semua teliksandi yang kami kirim ke sana ketahuan dan dibunuh. Jadi kami cukup buta tentang kesiapan Negeri Tanduk untuk menyerang,” kata Prabu Dira.
“Yang perlu Gusti Prabu, Gusti Ratu dan para permaisuri ketahui juga, Negeri Tanduk tidak seorang diri. Mereka menggandeng lima sekutu besar untuk menyerang Tanah Jawi, yaitu Negeri Sumur Gurun, Bangsa Tiga Alam, Negeri Ujung Laut, Negeri Karang Hijau, dan Bangsa Perahu Gajah,” ujar Alma Fatara.
Penyebutan nama-nama negeri itu membuat Prabu Dira dan istri-istrinya terkesiap. Sebab, kelima nama negeri yang Alma Fatara sebut itu tidak pernah mereka dengar sebelumnya.
“Sepertinya baru kali ini kami mendengar nama-nama itu,” kata Prabu Dira. Lalu tanyanya kepada para istrinya, “Apakah kalian sudah pernah mendengarnya?”
“Aku belum pernah mendengarnya,” jawab Ratu Tirana.
Kelima permaisuri terdiam untuk beberapa saat. Hingga akhirnya Permaisuri Getara Cinta menjawab.
“Sepertinya kami pun belum pernah mendengar nama negeri-negeri itu, kecuali nama Negeri Tanduk.”
“Hihihi! Sepertinya Kakang Prabu terlalu cepat menjadi raja, jadi kurang jauh berkelana,” kata Permaisuri Sandaria.
“Jika Kakang Prabu terlalu lama mengembara, setiap pulang bisa-bisa membawa istri baru,” kata Permaisuri Kerling Sukma.
Prabu Dira hanya tersenyum lebar.
“Apakah Gusti Prabu Dira, sebelum mendengar kabar bahwa Negeri Tanduk akan menyerang, pernah mendengar nama Negeri Tanduk?” tanya Alma Fatara.
“Tidak,” jawab Prabu Dira.
“Negeri Sumur Gurun dan Negeri Ujung Laut berada lebih jauh di belakang Negeri Tanduk. Adapun Negeri Karang Hijau posisinya sejajar dengan Negeri Tanduk dan posisinya lebih ke barat. Bangsa Tiga Alam adalah bangsa bukan manusia. Sementara Bangsa Perahu Gajah adalah bangsa yang tidak memiliki tanah, tetapi hidup di atas laut dan samudera,” jelas Alma Fatara.
“Aku tidak menyangka bahwa perang ini akan bisa sebesar itu,” kata Permaisuri Kerling Sukma.
“Karena itulah aku datang untuk mengingatkan Gusti Prabu dan para permaisuri. Sebab, jika ditarik garis lurus, kemungkinan besar Negeri Tanduk akan menyerang pantai selatan negeri barat Tanah Jawi. Adapun kedudukanku hanya sebagai pihak pemberi bantuan dari wilayah ujung timur Tanah Jawi,” tandas Alma Fatara.
“Ini adalah kabar yang sangat penting bagi kami yang bisa membuat kami mempersiapkan kekuatan berdasarkan peta yang telah tergambar,” kata Prabu Dira.
“Mungkin dalam enam purnama ke depan, aku akan datang ke sini kembali untuk memastikan seperti apa kekuatan yang Gusti Prabu persiapkan dalam menyambut perang besar ini,” kata Alma Fatara.
“Tentunya dengan senang hati kami akan menunggu kedatangan Gusti Ratu kembali,” ucap Ratu Tirana dengan senyum yang sejuk.
“Tentunya kedatanganku yang kedua kali akan lebih merepotkan, karena aku akan membawa Pasukan Genggam Jagad-ku. Hahaha!” kata Alma Fatara.
“Aku rasa, kekayaan Sanggana Kecil cukup untuk menyambut dan melayani para tamu dari Kerajaan Siluman,” kata Prabu Dira seraya tersenyum manis.
“Kemudian, aku ingin menyampaikan bahwa tujuanku yang kedua adalah ingin bertemu dengan penghuni Telaga Fatara,” ujar Alma Fatara.
“Apa?” ucap beberapa permaisuri bersamaan karena terkejut mendengar niatan kedua Ratu Siluman.
“Bisakah Gusti Ratu menjelaskan maksud dari kata bertemu itu,” kata Prabu Dira.
“Selama kami membangun peradaban di sekitar Telaga Fatara, kami tidak pernah bertemu atau melihat keberadaan penghuni atau penguasa Telaga Fatara,” kata Ratu Tirana.
“Selain Ratu Siluman, aku juga adalah Ratu Siluman Ikan. Lima belas tahun yang lalu, aku menaklukkan satu bangsa siluman ikan. Ternyata mereka adalah kaum siluman ikan yang berasal dari Telaga Fatara. Namun, mereka dan rajanya diusir oleh Ratu Fatara penguasa Telaga Fatara. Sudah sangat lama aku ingin datang ke Telaga Fatara dan bertemu dengan Ratu Fatara. Aku ingin tahu, seperti apa yang namanya ikan Fatara yang telah lama menjadi legenda bagi para nelayan di negeriku,” tutur Alma Fatara.
“Besok pagi ratuku akan mengantar Gusti Ratu ke Telaga Fatara,” kata Prabu Dira.
“Terima kasih, Gusti Prabu,” ucap Alma Fatara. (RH)
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 308 Episodes
Comments
pembaca komik📖
mantap in kalo ada yang lebih adem
2024-02-04
0
pembaca komik📖
tertawa terus kapan kelar nya/Facepalm/
2024-02-04
0
pembaca komik📖
kalo di sana bisa melihat ikan besar/Smile/
2024-02-04
0