*Penakluk Hutan Timur (PHT)*
Di saat Pasukan Hantu Sanggana menyiapkan prosesi upacara pemakaman bagi ketiga anggotanya, kedatangan Permaisuri Sandaria sudah ditunggu oleh Prabu Dira Pratakarsa Diwana dan Ratu Tirana. Keenam pendekar yang ikut dalam misi di Hutan Timur juga ikut menghadap.
Permaisuri Sandaria dan keenam pendekar menghadap sang prabu di Taman Dewi Bunga yang letaknya berhadapan dengan Telaga Fatara yang indah.
Pada saat pergi ke Taman Dewi Bunga, di belakang rombongan Permaisuri Sandaria ada Pangeran Arda Handara berjalan membuntuti dalam jarak dua tombak. Permaisuri Sandaria tahu akan keberadaan putra Permaisuri Geger Jagad tersebut, tetapi dia tidak mengindahkannya, membuat keenam pendekar pun membiarkannya.
Jika Arda Handara sedang berjalan keluyuran sendirian seperti itu, berarti dia sedang lepas dari pengawasan pemomongnya. Padahal pada jam itu dia memiliki agenda latihan rutin.
Taman Dewi Bunga menjadi tempat yang biasanya raja dan para permaisurinya berkumpul di kala senja, sambil menyaksikan kesibukan para nelayan Sanggana Kecil jauh di tengah telaga.
Selain Prabu Dira dan Ratu Tirana, saat itu di taman ada pula Permaisuri Getara Cinta dan Kerling Sukma.
Permaisuri Getara Cinta terlihat masih segar. Meski usianya sudah setengah abad, tetapi dia masih seperti yang dulu, yaitu cantik dan terlalu cantik, dengan wajah menunjukkan kematangannya. Sepuluh tahun berlalu tidak membuatnya terlihat menua, karena ia sudah mendapat perlindungan dari Permaisuri Nara, sehingga kecantikannya lestari.
Hari ini ia tampil dengan busana warna biru gelap berhias sulaman perak bermotif capung-capung imut. Perhiasan rambut di kepalanya membuatnya terkemas seperti gadis muda. Seperti emak-emak yang mengenang masa sekolahnya.
Sementara itu, Permaisuri Kerling Sukma tampil dengan pakaian hijau tua. Wanita cantik jelita itu memiliki pupil mata yang berwarna hijau terang. Wajahnya berhidung mancung, berbibir dan berdagu belah, serta memiliki tubuh yang benar-benar aduhai, bentuk tubuh idaman setiap wanita yang peduli dengan tubuh indah. Ia memang seorang pendekar yang memiliki kelenturan tubuh, jadi tubuhnya bersih dari lemak-lemak yang mengganjal. Beranak satu tidak membuatnya malas berlatih ilmu olah kanuragan dan memperdalam kesaktian. Wanita berjuluk Permaisuri Mata Hijau itu akan terus bertambah sakti dan terus bertambah sakti, karena dia adalah murid kesayangan Permaisuri Mata Hati.
Dengan keberadaan Ratu Tirana dan permaisuri yang lain, maka ditempat itu juga ada puluhan dayang berseragam putih-putih berbaris rapi.
“Ye ye ye!” pekik Permaisuri Sandaria sambil mengerenyitkan hidung mancungnya dan sedikit mengeluarkan ujung lidahnya dengan gaya tangan kiri menunjuk langit senja.
Prabu Dira dan ketiga istrinya hanya tertawa kecil melihat tingkah kedatangan Permaisuri Serigala.
“Hormat sembahku, Kakang Prabu, Kakak Ratu,” ucap Permaisuri Sandaria sambil merendahkan tubuh secukupnya.
“Hormat sembah kami, Gusti Prabu, Gusti Ratu, Kakak Permaisuri!” ucap keenam pendekar yang masih membuntuti Permaisuri Sandaria. Ia memang istri Prabu Dira yang paling muda.
“Bangunlah!” perintah Prabu Dira.
Sementara Arda Handara pergi bersandar pada pangkuan Ratu Tirana. Selain kepada Permaisuri Asap Racun, Arda Handara juga cukup akrab dengan Ratu Tirana yang tidak pernah memarahinya.
“Kok sendirian, Sayang?” tanya Ratu Tirana lembut kepada Arda Handara.
“Tadi aku mau latihan, tetapi karena melihat Ibunda Serigala sudah pulang, aku tertarik ingin mendengar cerita tentang Hutan Timur,” kilah Arda Handara.
“Oooh,” desah Ratu Tirana mengerti sambil membelai sekali kepala bocah itu.
“Aku dengar, Permaisuri Serigala berhasil menemukan ketiga pendekar Pasukan Hantu Sanggana,” kata Permaisuri Getara Cinta sekedar basa dan basi.
“Penghuni Hutan Timur terlalu takut melihat pesona kecantikanku. Hihihi …!” kata Permaisuri Sandaria lalu tertawa terkikik.
“Hahaha!” tawa Prabu Dira bersama ratu dan permaisurinya.
Keenam pendekar di belakang Permaisuri Sandaria hanya tersenyum lebar mendengar kelakar junjungannya.
“Ceritakanlah kepada kami, apa yang kalian temukan di dalam Hutan Timur!” perintah Prabu Dira.
“Baik, Kakang Prabu,” ucap Permaisuri Sandaria patuh. Lalu katanya kepada keenam pendekar di belakangnya, “Surya, Delik, aku akan bercerita. Hal yang sebelumnya kalian belum tahu, jangan kalian ceritakan kepada pendekar yang lain di dalam pasukan kalian masing-masing!”
“Baik, Gusti Permaisuri,” ucap keenam pendekar tersebut.
“Kakang Prabu, Gusti Ratu, kami tidak begitu mengalami kesulitan untuk menemukan ketiga pendekar Pasukan Hantu Sanggana. Jejaknya mudah ditemukan,” tutur Permaisuri Sandaria memulai ceritanya.
Sebelumnya, ketika masih di dalam Hutan Timur.
Surya Kasyara dan rekan-rekan mengalami kebingungan tentang cara mengambil ketiga jasad rekan mereka, yang tergantung di atas tebing seberang jurang. Sementara Permaisuri Sandaria memilih bersantai dengan ketiga serigalanya, setelah mereka menaklukkan para penghuni Hutan Timur yang mereka namai Cumi Hutan.
“Apakah kalian sudah menemukan ide untuk menurunkan ketiganya?” tanya Permaisuri Sandaria tiba-tiba berjalan kepada para pendekar.
“Sudah, Gusti Permaisuri,” jawab Delik Rangka. “Kami akan turun ke jurang lalu naik ke tebing.”
“Hihihi!” tawa Permaisuri Sandaria, seolah ide para pendekarnya adalah hal yang lucu. “Kalian akan mati jika turun ke jurang.”
Terkejutlah keenam pendekar dan kedua belas prajurit tersebut mendengar perkataan Permaisuri Sandaria.
Zersss!
Tiba-tiba dari dalam tubuh Permaisuri Sandaria melesat keluar sinar ungu besar berwujud kuda bersayap burung yang kokoh dan panjang. Makhluk sinar itu memiliki kobaran api ungu pada pucuk kepalanya seperti mahkota. Ekornya seperti ekor macan dan pada ujungnya juga berapi ungu.
Itulah wujud makhluk Cincin Mata Langit milik Permaisuri Sandaria yang bernama Sansa.
Makhluk sinar ungu itu melesat terbang ke seberang jurang dan naik ke arah pohon, di mana mayat Segar Rempak, Jumawa dan Linggo Aji tergantung.
Dengan Sansa maka ketiga mayat bisa diambil lalu kemudian dibawa pulang.
“Tangkil Ilir, tunjukkan buah tangan yang kau bawa pulang dari Hutan Timur kepada Gusti Prabu!” perintah Permaisuri Sandaria kepada Tangkil Ilir.
Tangkil Ilir lalu maju dan meletakkan di meja ujung Cumi Hantu yang disunatnya waktu mereka diserang di Hutan Timur.
Prabu Dira lalu mengambil benda empuk berkulit tebal yang sudah mati itu. Ia memperhatikan daging berwarna hitam itu.
Permaisuri Getara Cinta dan Kerling Sukma jadi mendekat kepada Prabu Dira untuk melihat jelas benda sepanjang satu jengkal tersebut. Arda Handara bahkan ikut menekan-nekan benda itu dengan ujung jari telunjuknya.
“Tidak ada darahnya,” ucap Prabu Dira.
“Ini bagian apanya dari makhluk itu?” tanya Kerling Sukma.
“Kami menamai makhluk itu Cumi Hutan. Cumi Hutan berbentuk seperti belalai terpotong. Ini adalah bagian ekornya. Pangkalnya tebal tanpa memiliki kepala, mata, hidung, dan telinga. Sifat mereka seperti ular, gerakannya lebih gesit dari ular. Kulitnya kebal terhadap senjata biasa. Jumlah mereka bisa banyak. Yang kami lakukan hanyalah bertahan ketika kami diserang, jadi bukan kami yang menyerang, Kakang Prabu,” ujar Permaisuri Sandaria.
“Tapi menurutku tidak sesederhana itu kalian bisa mengalahkan Cumi Hutan tersebut,” kata Ratu Tirana. “Permaisuri Guru sudah mengingatkan sejak dulu bahwa penghuni Hutan Timur memiliki kekuatan yang besar, karena itu kita memilih tidak mengusik. Kesaktian Permaisuri Serigala pasti bisa merasakan selain dari apa yang telah diceritakan.”
“Hihihi!” tawa Permaisuri Sandaria yang mengejutkan keenam pendekar di belakangnya. Itu menunjukkan bahwa sang permaisuri masih menyimpan satu rahasia tentang penghuni Hutan Timur.
Permaisuri mungil itu lalu memonyongkan sebentar bibir mungilnya. Lalu ia pun berkata.
“Belalai-belalai yang menyerang kami ibaratnya hanya kuku-kuku dari penghuni Hutan Timur. Jadi, penghuni Hutan Timur masih memiliki wujud dan kekuatan besar yang belum kita lihat, jauh lebih besar dari yang kita hadapi tadi di hutan.”
“Apa?!” kejut Surya Kasyara dan rekan-rekan.
“Jika Cumi Hutan itu hanya bagian dari kuku-kuku penghuni Hutan Timur, itu berarti penghuni itu adalah sesuatu yang sangat besar,” ucap Badirat dengan pikiran yang sudah berilustrasi menciptakan tokoh lelaki sakti yang memiliki pasukan Cumi Hutan berjumlah ribuan.
“Lalu apa kesimpulanmu, Sayang?” tanya Prabu Dira kepada permaisuri mungilnya.
“Biarkan Hutan Timur kembali menjadi hutan terlarang. Aku khawatir di kemudian hari, akan ada pendekar yang kembali ingin menjajal keangkeran Hutan Timur,” jawab Permaisuri Sandaria.
“Keberhasilan kalian membawa pulang tiga pendekar yang tewas, akan mematahkan keangkeran hutan terlarang di benak para pendekar kita. Padahal sesungguhnya masih ada kekuatan yang lebih besar di dalam hutan tersebut. Umumkan kepada seluruh pendekar dan rakyat, siapa pun yang masuk ke Hutan Timur, maka dia bertanggung jawab atas dirinya. Kerajaan tidak akan turun tangan membantu apa pun!” tandas Prabu Dira memutuskan, demi mencegah ada orang yang kembali masuk ke Hutan Timur. (RH)
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 308 Episodes
Comments
pembaca komik📖
/Doubt//Doubt//Doubt/
2023-10-20
1
Budi Efendi
lanjutkan mantappp thorrr
2023-02-24
0
rajes salam lubis
lanjutkan
2023-02-12
0