*Penakluk Hutan Timur (PHT)*
“Kakang Delik Rangka, makhluk apa yang kau lihat tadi?” tanya Tangkil Ilir setelah insiden kecil yang sempat mengejutkan barusan.
“Aku sepertinya … melihat ular hitam,” jawab Delik Rangka ragu. Lalu ia justru bertanya kepada Badirat, “Bukankah kau juga melihatnya, Badirat?”
“Iya, seperti ular. Tapi … aku tidak tidak melihatnya meliuk dan tidak melihat kepalanya, hanya melihat ekornya yang cepat bersembunyi di balik batang,” kata Badirat yang juga mengandung keraguan.
“Itu bukan ular!” sahut Permaisuri Sandaria dari belakang mereka.
“Hah!” kejut Delik Rangka dan Badirat.
Mereka berdua jelas-jelas melihat satu penampakan makhluk panjang dan hitam serta bergerak. Jika bukan ular, lalu binatang apa?
“Jika bukan ular, lalu makhluk apa itu, Gusti Permaisuri?” tanya Delik Rangka, terlihat jelas wajah bingungnya.
“Aku juga tidak tahu. Namun, mereka bisa berada di sekeliling kalian. Jadi, waspadalah. Jika makhluk itu menyerang, baru lawan!” tandas Permaisuri Sandaria.
Semakin bingunglah para pendekar dan prajurit itu mendengar definisi permaisuri mereka. Semakin tinggi nuansa ketegangan yang mereka rasakan. Semakin tinggi pula kewaspadaan yang mereka terapkan.
Sesuai fakta bahwa yang Delik Rangka dan Badirat lihat adalah makhluk seperti ular. Namun, mereka tidak bisa dan tidak berani membantah kesimpulan dari kesaktian Permaisuri Sandaria yang sudah tidak bisa diragukan lagi. Bisa disimpulkan bahwa makhluk itu seperti ular dan jumlahnya banyak, karena bisa berada di sekeliling mereka.
“Iiih, makhluk apa sebenarnya penghuni hutan ini?” ucap Tangkil Ilir begitu penasaran. Pustaka memorinya tidak menemukan makhluk yang cocok untuk definisi gabungan antara hasil penglihatan Delik Rangka dan Badirat dengan ciri-ciri yang diungkap sang permaisuri.
“Apakah Kakang bisa menerka makhluk yang dimaksud Gusti Permaisuri?” tanya Sugigi Asmara setengah berbisik kepada suaminya.
“Tidak. Kita waspada saja,” jawab Surya Kasyara.
Permaisuri Sandaria sendiri sebenarnya bisa merasakan kehadiran banyak binatang di sekitar mereka. Kondisi itu adalah hal yang wajar karena mereka berada di dalam hutan rimba belantara. Ia bisa mendeteksi keberadaan ular di sejumlah pohon atau di dalam rerumputan yang tinggi, keberadaan burung-burung, monyet yang mengintip, serangga-serangga berbisa dan banyak binatang lainnya.
Namun, Permaisuri Sandaria juga bisa mendeteksi kehadiran makhluk lain yang jumlahnya tidak hanya satu, tetapi ilmu peraba dan perasanya tidak pernah mengenal jenis dari makhluk itu.
Brass!
Tiba-tiba terdengar suara riuh dari sisi atas. Serentak mereka mengalihkan pandangan ke sumber suara di atas. Mereka melihat ada banyak burung terbang terkejut dari atas pohon yang rimbun dan tinggi.
“Sepertinya ada binatang yang mengusik burung-burung itu,” kata Lengking kepada Delik Rangka.
Namun, mereka tidak melihat ada pergerakan satu makhluk atau binatang yang menjadi penyebab kaum burung terbang pergi.
Kejadian itu membuat mereka kian waspada. Lengking sudah menyiapkan tongkat sabitnya, Badirat sudah menghunus pedang, Tangkil Ilir sudah cabut gunting raksasanya, dan Sugigi Asmara sudah pegang kerisnya sendiri.
Mereka terus bergerak maju mengikuti jejak. Hingga pada akhirnya, ….
“Sepertinya jejaknya sampai di sini,” kata Lengking.
“Coba cari dengan teliti!” perintah Delik Rangka kepada para prajurit.
Karena jejak yang mereka ikuti terputus, para prajurit itu bergerak menyebar untuk mencari lanjutan cerita si jejak.
“Bagaimana?” tanya Surya Kasyara yang juga turut mencari jejak lanjutan.
“Belum ketemu!” sahut salah satu prajurit.
“Aku menemukan golok besar di sini!” teriak Tangkil Ilir kepada rekan-rekannya.
Serentak Delik Rangka dan Lengking berkelebat pergi ke tempat Tangkil Ilir berada. Tangkil Ilir memungut pedang yang tergeletak di akar pohon dan nyaris ditutupi oleh semak belukar.
“Itu golok milik Segar Rempak,” kata Delik Rangka yang langsung mengenali senjata milik bawahannya.
Tiba-tiba serigala yang bernama Bintang berlari agak kencang pada medan yang agak sulit baginya.
“Cepat ikuti!” perintah Permaisuri Sandaria.
Keenam pendekar cepat berkelebat mengikuti Bintang. Pergerakan cepat mereka membuat para prajurit ditinggal.
Serigala yang bernama Belang juga berlari pergi menyusul saudaranya, tetapi tidak bagi Satria yang ditunggangi oleh Permaisuri Sandaria.
Sang permaisuri diam mematung di tengkuk Satria. Kedua belas prajurit bergerak hendak menyusul serigala dan para pendekar.
Set! Ctar!
Tiba-tiba Permaisuri Sandaria menusukkan ujung tongkat birunya ke arah sesuatu, di mana ada pergerakan semak belukar yang halus menuju posisi salah satu prajurit. Suara ledakan nyaring terjadi satu tombak di sisi kiri prajurit tersebut.
Semua prajurit terkejut mendengar suara ledakan itu dan langsung menengok apa yang terjadi. Mereka bisa melihat dengan jelas pergerakan semak belukar seperti ada binatang yang bergerak cepat di dalamnya. Gerakannya terlihat jelas menjauhi posisi prajurit.
“Cepat bergerak, jangan berpencar!” perintah Permaisuri Sandaria.
“Baik, Gusti Permaisuri!” sahut mereka patuh.
Para prajurit segera merapat untuk bersatu. Sementara Permaisuri Sandaria menjadi penjaga mereka.
Dari arah kepergian para pendekar, muncul Surya Kasyara dengan wajah tegang. Ia datang karena mendengar suara ledakan tadi.
“Makhluk itu menyerang. Cepat kembali bersama, penghuni hutan ini mulai menyerang!” seru Permaisuri Sandaria.
Para prajurit bergegas pergi mengejar Bintang dan Belang. Surya Kasyara berjalan paling belakang, menjaga para prajurit.
Tidak jauh dari tempat itu, Bintang dan Belang bersama lima pendekar lainnya kini berdiri diam di akar-akar besar pohon raksasa. Diameter akar-akarnya bahkan lebih besar dari tubuh manusia.
Mereka sepakat memandang ke seberang jurang.
Di seberang jurang ada tebing tanah yang di atasnya ada sebatang pohon besar yang tumbuh melangit. Pada salah satu dahan besarnya ada menggantung tiga sosok manusia yang sudah mati.
Ketiga sosok mayat itu digantung terbalik menggunakan lilitan tumbuhan jalar yang kuat. Meski jaraknya cukup jauh di seberang dan di atas, kondisi ketiga mayat itu masih bisa terlihat dengan jelas. Warna kulit dan bekas darah pada wajah mereka menunjukkan bahwa mereka sudah tewas selama lebih dari satu hari. Arah angin membuat bau busuk ketiga mayat itu tidak sampai kepada posisi para pendekar.
“Mereka semua sudah mati,” ucap Delik Rangka lemah dan sedih.
“Setidaknya kita tahu nasib mereka,” timpal Lengking yang turut sedih.
“Menurut kalian, apakah itu dilakukan oleh manusia?” tanya Tangkil Ilir.
“Ketiganya berada di sini ketika diserang. Lalu bagaimana caranya bisa menyeberangkan ketiganya dan menggantungnya di atas pohon setinggi itu?” kata Sugigi Asmara.
“Bukan binatang dan bukan manusia, berarti dedemit alias jurig!” kata Badirat menyimpulkan.
Tidak berapa lama, rombongan prajurit tiba di tempat itu bersama Permaisuri Sandaria dan Surya Kasyara.
Para prajurit hanya bisa ternganga ketika melihat pemandangan di seberang atas.
“Bagaimana bisa?” tanya Surya Kasyara terkejut pula.
“Bagaimana ini, Gusti Permaisuri?” tanya Delik Rangka.
“Pikirkan itu nanti, kita sudah dikepung!” jawab Permaisuri Sandaria.
Seketika mereka semua terkejut dan melihat ke sekitar. Namun, mereka tidak melihat keberadaan musuh atau binatang buas, atau makhluk siluman.
“Aku bisa merasakan kehadiran mereka,” kata Surya Kasyara.
Grrr!
Terdengar ketiga serigala Permaisuri Sandaria menggeram, seolah ikut merasakan kehadiran pihak yang tidak bersahabat.
“Waspada!” pekik Permaisuri Sandaria.
Sreet! Sreet! Sreet …!
Tiba-tiba, dari balik pepohonan, dari balik semak belukar, bahkan dari atas pohon di sekitar mereka, bermunculan belalai-belalai hitam yang panjang, merayap sangat cepat.
Makhluk itu memiliki tebal seperti lengan lelaki dewasa dan panjang seperti ular. Satu ujungnya runcing seperti ekor ular, ujung yang lain tebal tanpa memiliki kepala. Makhluk-makhluk yang berkecepatan tinggi itu seperti belalai-belalai yang terpotong.
Makhluk yang menyerang serentak itu berjumlah tujuh ekor. (RH)
\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=
Sambil menunggu up Arda Handara, yuk baca karya Om Rudi lainnya yang berjudul "Perjalanan Alma Mencari Ibu"!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 308 Episodes
Comments
rajes salam lubis
kopi meluncur
2023-02-02
1
rajes salam lubis
mantap
2023-02-02
1
🦂⃟sɪᷤsᷤɪᷫʟ🕊️⃝ᥴͨᏼᷛ
makhluk apa itu yang menyerang ibunda dan prajurit nya
2022-12-27
2