*Penakluk Hutan Timur (PHT)*
Sekeluarnya dari Gerbang Naga yang merupakan gerbang benteng dalam Istana Kerajaan Sanggana Kecil, rombongan tim pencari yang dipimpin oleh Permaisuri Sandaria melewati jembatan kayu yang lebar dan kokoh, di bawahnya adalah parit lebar berair jernih yang terhubung dengan Telaga Fatara.
Jembatan itu merupakan penghubung dengan kota Sanggara, yang merupakan bagian dari Ibu Kota Kerajaan Sanggana Kecil bersama Istana.
Kota Sanggara dibangun luas yang pinggirannya menjangkau Kadipaten Hutan Malam Abadi di sisi barat, Hutan Prabu di sisi utara yang merupakan hutan benteng, dan Hutan Timur di sisi timur yang merupakan hutan larangan, hutan yang menjadi tujuan Permaisuri Serigala dan tim.
Kota Sanggara juga menjadi kota para pejabat, pendekar dan pengusaha Kerajaan Sanggana Kecil. Di kota ini pula pusat pengaturan ekonomi kerajaan secara luas berada. Rumah-rumah yang dibangun umumnya permanen berbahan batu dan pasir, yang pada bagian atasnya terbuat dari kayu sonokeling, salah satu komoditas andalan negeri ini yang banyak diekspor ke negeri-negeri lain. Hutan Malam Abadi adalah penghasil kayu sonokeling yang melimpah.
Sama seperti Kerajaan Sanggana yang dipimpin oleh Raja Anjas Perjanalangit, ayah Prabu Dira, di Hutan Urat Dewa, Kerajaan Sanggana Kecil telah menjelma menjadi tempat tinggal bagi banyak pendekar. Para pendekar itu datang dari berbagai wilayah dan memilih menjadi abdi dan warga kerajaan. Ada pendekar yang datang dengan tujuan menjadi prajurit militer, menjadi prajurit pendekar, pengusaha, atau hidup sebagai warga biasa.
Hingga saat ini, Kerajaan Sanggana Kecil memiliki tiga kerajaan bawahan dan enam wilayah kadipaten.
Tiga kerajaan itu adalah Kerajaan Baturaharja yang diratui oleh Ratu Wilasin cucu dari Prabu Banggarin, Kerajaan Siluman yang diratui oleh Ratu Sri Mayang Sih yang merupakan ibu tiri Prabu Dira, dan Kerajaan Balilitan yang diratui oleh Ratu Mekar Lembayung.
Sementara enam wilayah kadipaten, yaitu Hutan Malam Abadi, Kenangan, Subur, Makmur, Jalur Bukit, dan Batasaman.
Gunung Prabu yang dulu hanya terdiri dari tiga desa kecil, kini telah berkembang menjadi tiga kadipaten. Kadipaten Kenangan bahkan menjadi pusat permukiman bagi para penambang minyak dan emas. Dengan sumber daya alam berupa tambang minyak dan emas, itu cukup membuat Kerajaan Sanggana Kecil kaya raya.
Peran besar pemikiran Permaisuri Yuo Kai dari Negeri Jang sangat mempengaruhi infrastruktur kota Sanggara, termasuk tata kotanya. Tidak heran jika kota ini memiliki sejumlah jalan utama yang lebar meniru jalan-jalan di kota He yang menjadi ibu kota Negeri Jang. Bisa dikatakan bahwa kota Sanggara adalah perpaduan unsur Negeri Jang dan kearifan lokal negeri Tanah Jawi.
“Sembah hormat kepada Permaisuri Serigala!” teriak seorang pendekar yang sedang ada di pinggir jalan, sambil turun menghormat dengan berlutut satu kaki.
“Sembah hormat kepada Permaisuri Serigala!” seru yang lain sambil turun berlutut pula, ketika menyadari kedatangan tiga serigala besar di jalan utama kota Sanggara.
Para pendekar, prajurit, warga, pedagang dan lainnya yang saat itu berada di jalan tersebut segera berlutut menghormat.
Dengan sikap yang dingin dan berwibawa, Permaisuri Serigala dan rombongannya berlalu di depan rakyatnya yang penuh cinta kepada keluarga Istana.
Salah satu yang ada di deretan rakyat yang berlutut adalah seorang kakek berpakaian rapi warna hitam bak layaknya seorang bangsawan. Rambutnya yang putih disisir rapi ke belakang. Pada pinggangnya tergantung sebuah guci perunggu. Dia adalah Linglung Pitura yang berjuluk Pangeran Mabuk, guru dari Surya Kasyara alias Pendekar Gila Mabuk.
Di sisi Linglung Pitura ada dua orang anak lelaki berusia sembilan tahun dan enam tahun. Keduanya adalah putra pasangan Surya Kasyara dan Sugigi Asmara.
Anak berusia sembilan tahun berkepala botak memiliki deretan gigi atas yang agak tonggos. Sepertinya anak yang bernama Wiro Gelegar itu mewarisi gen gigi ibunya. Sementara anak yang berusia enam tahun bertubuh kurus, berambut gondrong dan lebat, sehingga terlihat seperti anak bergizi buruk. Namanya Wiro Geluduk.
Wiro Gelegar dan adiknya sejak tadi tersenyum dan tidak berlutut. Dia sejak tadi mencari-cari wajah ayah dan ibunya.
“Ayaaah! Ibuuu!” teriak Wiro Gelegar sambil melompat-lompat kecil di tempat dan melambai-lambai tangan kepada Surya Kasyara dan Sugigi Asmara.
Dengan gembira, Surya Kasyara dan Sugigi Asmara balas melambai kepada kedua putranya.
Ketika rombongan tiba di depan Pangeran Mabuk, Surya Kasyara dan Sugigi Asmara turun dari kudanya dan dengan buru-buru mereka memeluk dan mencium pipi kedua putranya, tapi tidak memeluk dan mencium Linglung Pitura.
“Ibu dan Ayah pergi sebentar untuk menyelamatkan orang. Jangan nakal kepada Kakek Guru,” pesan Sugigi Asmara kepada kedua putra kesayangannya.
“Guru, aku titip Dua Wiro sebentar,” kata Surya Kasyara kepada Linglung Pitura.
“Berhati-hatilah. Hutan Timur itu berbahaya,” pesan Linglung Pitura, dalam posisi yang masih berlutut.
Setelah itu, suami istri tersebut segera kembali naik ke kudanya.
Permaisuri Sandaria membiarkan Pengawal Dewi Bunga-nya melakukan hal itu.
Mayoritas pendekar dari Pasukan Pangawal Bunga, Pasukan Hantu Sanggana, Pasukan Pedang Putri, dan pasukan-pasukan jenis lainnya dirumahkan di kota tersebut. Sebab itulah, kota Sanggara disebut juga Kota Pendekar.
Di sepanjang jalan Ibu Kota itu, rombongan Permaisuri Sandaria mendapat penghormatan, hingga kemudian mereka keluar dari pinggiran timur Ibu Kota.
Sekeluarnya dari Ibu Kota, mereka kini berhadapan dengan kebesaran Hutan Timur.
Antara pinggiran timur kota Sanggara dengan pinggiran Hutan Timur ada ruang kosong yang ditumbuhi semak belukar yang tinggi. Lahan liar itu tidak memiliki jalur menuju ke hutan. Rombongan terpaksa menerobos semak belukar dengan kaki-kaki binatang tunggangan mereka.
Pada akhirnya, rombongan pimpinan Permaisuri Sandaria mulai memasuki hutan terlarang itu. Ketika masuk sedalam beberapa tombak, langkah kaki Satria berhenti yang diikuti oleh dua serigala lainnya. Keenam pendekar dan kedua belas prajurit berpedang juga ikut berhenti.
Pada saat itu, ilmu kepekaan Permaisuri Sandaria merasakan sesuatu yang luar biasa.
“Benar kata Permaisuri Guru, penghuni hutan ini berkekuatan besar,” kata Permaisuri Sandaria yang didengar oleh pasukannya.
“Jika Gusti Permaisuri bisa merasakan kekuatannya, berarti Gusti Ratu juga bisa tahu apakah penghuni hutan ini manusia atau binatang?” tanya Tangkil Ilir.
“Penghuni hutan ini bukan binatang,” jawab Permaisuri Sandaria.
Jawaban itu mematahkan keyakinan mereka bahwa penghuni Hutan Timur bukanlah manusia.
“Tambatkan kuda di sini!” perintah Permaisuri Sandaria.
Para pendekar dan prajurit itupun segera turun dan menambatkan kuda-kudanya. Tidak adanya jalan yang biasa dilalui manusia membuat binatang jenis kuda sulit untuk dipakai berjalan memasuki hutan.
Namun, mungkin berbeda dengan serigala piaraan sang permaisuri yang memiliki kelebihan khusus.
“Bintang, Belang, cari jejak manusia lain di hutan ini!” perintah Permaisuri Sandaria kepada dua serigalanya yang lain.
Serigala yang bernama Bintang dan Belang segera maju lebih dulu untuk mencari jejak dengan penciuman mereka.
Para prajurit juga segera maju dengan pedang terhunus. Fungsi mereka adalah menebasi semak belukar dan ranting-ranting yang menghalangi jalan. Keenam pendekar juga menyebar untuk mencari jejak.
Satria kemudian berjalan mengikuti pergerakan Belang, karena binatang itu memberi sinyal menemukan tanda-tanda bahwa manusia pernah lewat di titik tempatnya berada.
Delik Rangka dan Lengking segera berkelebat ke posisi Belang. Tidak lama kemudian, ….
“Di sini ada jejak tebasan pedang!” teriak Lengking. Lalu teriaknya lagi, “Arahnya ke sana!” (RH)
\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=
Sambil menunggu up Arda Handara, yuk baca karya Om Rudi lainnya yang berjudul "Perjalanan Alma Mencari Ibu"!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 308 Episodes
Comments
pembaca komik📖
wah kok lompat-lompat sambil teriak memang ada apa itu?
2023-10-20
1
✤͙❁͙⃟͙Z͙S͙༻ɢ⃟꙰ⓂSARTINI️⏳⃟⃝㉉
lalu siapa pnhhuni hutan itu
2023-02-28
1
rajes salam lubis
lanjutkan mantap bener bener
2023-01-28
1