Nisa, Bian, beserta papah rian dan bu sumi sudah duduk manis di rumah sang penghulu, karna ijab kabul dilakukan secara tertutup dan tidak mengundang siapapun maka itu akan menjadi rahasia sementara di kampung.
"Wali nikah mempelai laki-laki nya mana?" tanya penghulu karna hanya melihat saksi mempelai wanita, yaitu papah rian.
"Sebentar lagi pak, mungkin masih dijalan" jawab bian diangguki oleh penghulu yang hanya memakai peci, kaos putih oblong dan sarung.
Beberapa menit setelah itu, datang lah orang yang ditunggu-tunggu oleh semua orang yang berada di dalam rumah itu.
"Nah akhirnya datang juga si pak kades" seru penghulu diakhiri tawa bersama kecuali pak kades yang baru duduk.
"Tadi macet" cetus pak kades dengan napas setengah ngos-ngosan.
"Bukan kota pak, ngapain macet?" sahut bu sumi dengan menaikkan alis nya sebelah.
"Perut saya yang macet sumi" balas pak kades sedikit sinis, bu sumi dan pak kades adalah teman sejak masih dibangku SD jadi sudah tidak canggung lagi.
"Ya ya"
"Baiklah, kita mulai langsung aja ya" cetus pak penghulu membuat kedua mempelai cukup tegang.
"Hapalin dulu bian, biar gak ngulang-ngulang lagi" titah pak penghulu setelah menulis kan sebuah kalimat singkat.
Bian menerima kertas bertuliskan kalimat ijab kabul, dia hanya menghapal nama nisa beserta nama papah rian yang baru dia ketahui.
"Sudah hapal bian?" tanya pak penghulu setelah 5 menit waktu berjalan.
"Inshallah pak" jawab bian dengan yakin.
"Ijab kabul nya langsung sampean yang ngucapin pak" ucap pak penghulu kepada papah rian selaku wali nikah mempelai wanita.
"Iya pak penghulu" sahut papah rian dengan siap.
"Bismillahirrahmanirrahim"
Bian dan papah rian berjabat tangan bersiap mengucap ijab kabul yang dilakukan secara dadakan.
Papah rian menghentakkan sedikit jabatan nya agar bian mulai mengucapkan ijab kabul setelah nya tadi yang cukup panjang.
"Saya terima nikah dan kawin nya Annisa Safira Anggraini binti Arian Anggara dengan seperangkat alat sholat dibayar tunai"
"Bagaimana saksi, sah?"
"Sah!"
"Barrakaullah" semua yang mendengar mengucapkan kan hamdalah karena tidak ada kesalahan dalam pengucapan.
"Kalian berdua belum bisa dapat buku nikah karena masih belum terdaftar di catatan dan belum secara negara, kalian baru nikah siri" ucap pak penghulu menyerahkan buku nikah kepada bian dan nisa.
"Ragu ya pak ngeliat muka mempelai wanita? kayak bukan umur 17 tahun ya kan pak" cetus istri pak penghulu diangguki yang lain.
Nisa hanya menunduk, ditambah dia sekarang sudah berubah status bahkan sudah menjadi milik orang, lelaki yang berada di samping nya yang terlihat lega setelah pengucapan ijab kabul.
Gw gak nyangka secepat ini gw jadi istri orang, gw kira kabur ke kampung orang bakal bisa hidup sendiri, haha tau nya.
Baru menyesal setelah sah? tidak! nisa tidak menyesal hanya saja ini terlalu cepat bahkan dia baru berada di kampung ini baru sehari, tapi sudah menikah.
Ini karena papah rian tak ingin mamah nayla menjodohkan nya lagi dengan pilihan mamah nayla yang sangat berbanding terbalik dengan sifat nisa.
"Cium tangan suami nya dulu lah" cetus pak penghulu menyadarkan nisa dari lamunan nya.
..._____...
"Papah langsung pulang?" tanya nisa seakan tak ingin papah rian kembali ke kota.
"Mau gimana lagi, papah tadi bilang ke mamah kamu kalau ada meeting dadakan diluar kota gak nginap, jadi biar papah gak dicurigai" jawab papah rian menjelaskan bagaimana dia bisa ke kampung itu sendirian.
"Bila ada waktu luang, papah akan menjenguk kamu kesini, bila sempat" lanjut papah rian tak mendapat respon dari nisa.
Papah rian membiarkan nisa yang nampak murung menundukkan kepalanya menatap tanah.
"Bian, sekarang nisa adalah tanggung jawab kamu, papah mohon kamu jaga dia baik-baik, jangan buat dia menangis, bila kamu tak sanggup katakan jangan menyiksa nya ya" ucap papah rian dengan tulus kepada bian.
"Saya berjanji akan menjaga dan membuat nisa bahagia, tak kan ada setetes pun air mata kesedihan yang keluar" balas bian penuh keseriusan.
Papah rian tersenyum lega, "papah pulang dulu" pamit papah rian setelah mengucapkan hal penting untuk bian dan nisa.
"Pah!" panggil nisa membuat papah rian menoleh ke belakang dan hampir oleng karena tubuh nya dipeluk secara tiba-tiba.
"Hati-hati dijalan, semoga papah selamat sampai rumah" doa nisa disela pelukan nya yang dia beri kepada papah nya untuk terakhir sebelum berpisah.
"Iya sayang, papah udah sedia kopi buat nemenin perjalanan" sahut papah rian mencoba menenangkan nisa yang seperti nya akan menangis.
Papah rian menatap bian seakan meminta agar mengambil nisa dari pelukan nya, beliau tak kuat bila melepas pelukan dari sang anak yang akan dia rindukan.
Bian menarik tubuh nisa dan mendekap hangat nisa agar isakan tangis nisa tak terlalu terdengar.
"Saya duluan, assalamualaikum" pamit papah rian kepada pak kades, bu sumi, pak penghulu sekeluarga.
"Waalaikumsalam"
...____...
...cih cih kurang dapat feel lagi...
...Jangan lupa jempol nya kak, biar makin rajin up hehe😃...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 76 Episodes
Comments
Chitra Kirana
maaf thor mau kasih masukan dikit setauku kl nikah dadakan biasanya gk langsung dpt buku nikah, karena banyak dokumen yg hrs diurus dan lumayan mkn waktu jg gk bs sehari beres. kl dadakan biasanya nikah agama dl br nanti disuruh melengkapi dokumen untuk didaftarkan untuk sidang istbat biar bs sah jg dimata hukum dan dpt buku nikah.. semangat author & sukses selalu
2022-06-07
0
Widianty Rahayu
Ortunya bian kmn
2022-05-31
0
Lo ayank gue titik!
maaf bom like kk bls dendam kok ke novel nya kak Makka Chan
2022-05-29
1