Hari ini kembali ada pertemuan OSIS untuk membahas kegiatan siswa sebelum liburan semester. Mikho telah lebih dulu duduk di ruangan itu. Matanya tajam menatap Celine yang baru saja masuk ke ruangan itu.
Seperti biasa, senyum gadis itu saat melangkah sambil bercanda dengan Tiara langsung hilang saat melihat Mikho di ruangan itu. Agak terkejut karena mendapati Mikho telah duduk di bangku Ketos sambil melipat kedua tangan di depan dadanya.
Celine langsung bingung, dilihat dari segi jabatan, harusnya Celine duduk di samping Mikho. Jika selama ini, Celine selalu memulai rapat tanpa Ketos itu dia merasa aman-aman saja. Namun, sekarang situasi berbeda. Tiara langsung mengangkat dagunya menunjuk bangku kosong di samping Mikho.
Tentu saja untuk meminta gadis itu duduk di sana. Celine menoleh ke arah bangku itu lalu beralih menatap Tiara dengan tatapan gusar. Tiara justru tersenyum, entah kenapa dalam hatinya terbersit untuk membuat kedua orang itu menjadi akur. Syukur bisa langsung jadian, setelah mendengar perjodohan sahabatnya itu di masa lalu.
"Kamu akan mengelak? Artinya kamu kalah dong? Bisanya cuma menghindar," bisik Tiara.
"Siapa yang kalah? Siapa yang mengelak?" tanya gadis itu yang tak perlu jawaban.
Celine melangkah menuju bangku di sebelah kiri Ketua OSIS itu. Mikho langsung melirik dengan tatapan mata yang tajam. Melihat gadis itu dari ujung kaki hingga ke ujung kepalanya. Tak mau kalah, Celine juga menatap Mikho dengan tatapan yang juga tajam.
Seluruh anggota OSIS tersenyum melihat kedua anak manusia itu yang saling tatap-tatapan. Keduanya seperti tak mau kalah. Diam dari luar namun berisik dari dalam. Bukan hanya pikiran mereka yang saling umpat satu sama lain. Namun, jantung mereka yang juga ikutan mengadakan konser dadakan.
"Ngapain mereka?" tanya seorang anggota OSIS.
"Entahlah! Biar aja mereka saling tatap sampai matanya beraer," jawab anggota OSIS lain.
Ya ampun, keras kepala sekali gadis ini, batin Mikho yang mulai lelah menatap mata Celine.
Jangan pikir aku mau mengalah darimu. Gara-gara kamu, hidup nyamanku jadi terusik, batin Celine masih terus menatap Mikho.
Oh ya ampun, aku nggak kuat lagi, batin Mikho yang akhirnya memalingkan wajahnya ke arah depan.
Para anggota OSIS langsung bernapas lega, mereka seperti ikut menahan napas selama kedua mata mereka beradu. Sebagian anggota senang hingga melakukan hi five, karena jagoannya menang dan itu kebanyakan anggota cowok sedangkan para anggota cewek menghembuskan napas berat.
Harus bagaimana lagi, Mikho sudah tak sanggup lagi menantang Celine. Jantungnya terasa sudah mau copot. Semakin lama menatap, debaran jantungnya semakin kencang. Mikho bisa terkena serangan jantung lama-lama. Laki-laki itu melengos kalah sementara Celine tersenyum tertahan. Tak sia-sia dia berlatih menatap mata boneka. Sebuah kegiatan yang unik tapi ternyata bermanfaat.
Mereka pun memulai rapat untuk menentukan kegiatan liburan bersama itu. Mereka sepakat melakukan kegiatan mendaki gunung. Berbagai nama gunung menjadi pilihan. Mikho memilih gunung yang biasa didaki untuk pemula. Sementara Celine memilih gunung yang lain.
"Gunung itu bahaya bagi pemula, kamu udah pernah mendaki sebelumnya?" tanya Mikho saat pilihannya ditolak Celine.
"Belum pernah. Ini yang pertama kali tapi aku 'kan tidak pergi sendiri. Banyak yang menemani dan mereka bukan pemula lagi," jawab Celine.
"Kamu … kenapa sih kamu selalu menentangku? Apa sih pertimbangan kamu memilih gunung itu?" tanya Mikho hingga memiringkan duduk nya menghadap ke arah Celine.
Sementara itu Celine tetap menghadap ke depan. Gadis itu paling anti menatap wajah Mikho. Jika tadi mau menatap mata Mikho itu karena sebuah ambisi mengalahkan Ketos tampan itu.
"Simpel aja, bagi pemula semua gunung itu sama. Mau itu gunung yang susah atau mudah. Sama-sama belum pernah dicoba, jadi bagi peminat pemula mau gunung apa aja nggak masalah mereka pasti ikut. Tapi kalau memilih gunung yang mudah, para pendaki yang udah expert nggak tertarik lagi untuk mendaki gunung. Peminatnya akan berkurang," jelas Celine.
"SETUJUUUUU" ucap sebagian anggota.
Celine tersenyum dengan senyum kemenangan. Beberapa anggota telah lebih dulu menyetujuinya. Mikho menggelengkan kepalanya, karena belum apa-apa telah menyatakan setuju.
"Tapi gunung-gunung itu tidak sama. Tingkat kesulitannya beda Celiiiiiine," jawab Mikho melunak dengan nada yang panjang.
"Yuu-huuu, mesra banget manggilnya," teriak seorang anggota di belakang. Semua tertawa.
"Kayak dengerin suami istri lagi debat yah," teriak yang lain. Kembali semua tertawa.
"Ntar lama-lama debatnya bukan milih gunung lagi. Nentuin jumlah anak." Terdengar kembali suara anggota dari belakang. Semua kembali tertawa bahkan lebih lama dari yang tadi.
Mikho senyum tertahan, saking tak bisa menahannya laki-laki itu bahkan hingga tertunduk untuk menyembunyikan rasa salah tingkahnya. Berbeda dengan Celine yang langsung berwajah tegang.
Jangan lagi! Jangan lagi! Jangan lagiiii! Jangan coba-coba jodohkan aku lagi! teriak Celine dalam hati.
Gadis itu langsung menggebrak meja dan melangkah pergi meninggalkan ruang OSIS itu. Mikho kaget melihat respon Celine, laki-laki itu langsung mengejar. Menahan lengan Celine hingga langkah kaki Celine terhenti. Mikho menatap gadis itu lekat-lekat. Meski langkahnya terhenti namun Celine membuang muka.
"Kenapa keluar, rapatnya belum selesai," ucap Mikho.
Sejujurnya hati laki-laki itu berbunga-bunga mendengar candaan para anggota OSIS tadi karena dia sendiri telah menyukai Celine. Dijodohkan pun tak masalah baginya. Berbeda dengan Celine yang terlihat trauma dengan perjodohan yang dilakukan teman-teman anggota OSIS itu.
Mikho membujuk Celine kembali ke ruang OSIS untuk melanjutkan rapat. Tak masalah bagi Mikho, Celine berdebat dengannya. Mikho bahagia hanya mendengar suara Celine bicara padanya meski untuk menentangnya. Dibandingkan sebelumnya, Celine yang selalu menghindar darinya. Tatapan mata yang tajam, suara lantang menentang sangat disukainya daripada gadis itu mengabaikannya.
"Kita kembali ya?" ajak Mikho.
Sayang, batin Mikho melanjutkan.
"Putuskan saja sendiri, gue mundur," ucap Celine tetap memutuskan melangkah pergi.
Mikho kembali meraih tangan Celine, gadis itu menghentakkan tangannya hingga terlepas. Sontak menatap mata Mikho dengan tatapan mata yang tajam. Mikho hanya tersenyum, laki-laki itu bersikap sangat sabar menghadapi gadis yang telah menggugah hatinya itu.
"Jangan mundur begitu, kita bisa bicarakan baik-baik semua usulan itu ya?" tanya Mikho membujuk sambil tersenyum.
Hari ini Mikho benar-benar bahagia, bisa bicara lebih banyak dengan gadis cantik itu. Tak peduli gadis itu bicara hanya untuk menentangnya atau hanya mengucapkan kata-kata ketus padanya.
Mikho menatap gadis itu lekat-lekat. Perlahan memeluk gadis itu lalu membenamkan bibirnya ke bibir gadis itu. Namun, hanya sebentar, segera Mikho menggelengkan kepalanya agar kembali sadar.
Celine akhirnya bersedia kembali ke ruang OSIS, hati Mikho sangat bahagia. Saat masuk ke ruangan itu kembali terdengar teriakan dari salah seorang anggota.
"Akhirnya sang istri berhasil di bujuk suami," ucap anggota OSIS laki-laki itu.
Tiara langsung memukul tengkuk laki-laki itu dengan gulungan kertas. Anggota yang satu itu seperti tak bisa melihat situasi. Tak sadar jika Celine sangat benci dijodoh-jodohkan. Mikho hanya tersenyum simpul. Lalu kembali memulai rapat penentuan lokasi wisata.
Rapat kembali berlangsung dengan sengit. Kali ini Mikho mendapat dukungan dari beberapa anggota OSIS perempuan. Memang dari tadi mereka merasa kesal dengan sikap Celine yang tak mau mengalah. Mereka pun tahu kalau semua itu hanya untuk menentang Mikho.
"Baiklah, kalau begitu kita putuskan memilih gunung yang Celine pilih tapi demi keamanan, bagi pemula hanya sampai pesanggrahan," ungkap Mikho.
"Pesanggrahan? Apa itu?" tanya Celine.
"Itu tempat persinggahan, di sana juga bisa menikmati alam pegunungan. Tetap mendaki tapi tidak sampai ke puncak–"
"Tidak sampai ke puncak? Mendaki macam apa itu kalau tidak sampai puncak?" tanya Celine dengan terheran-heran.
"Jangan Celine, di sana itu berbahaya untuk pemula–"
"Baiklah kalau begitu dibagi dua, bagi yang ingin sampai pesanggrahan terserah tapi tetap ada pilihan bagi yang ingin sampai di puncak," ucap Celine memutuskan.
Mikho tak bisa berkata apa-apa lagi. Memang tidak terlalu mengkhawatirkan bagi para pendaki yang telah biasa. Tapi bagi pemula, Mikho memang menyarankan untuk berhenti hingga pesanggrahan saja. Mikho khawatir dan hanya bisa berharap Celine akhirnya menyerah dan memutuskan batal mencapai puncak.
...~ Bersambung ~...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 102 Episodes
Comments
Sis Fauzi
Bagus ceritanya 👍
2022-08-18
2
Astuty Nuraeni
kejang2 bacanya wkwkwkw
2022-08-11
1
Astuty Nuraeni
Tiara jadi makjonggrang, eh makcomblang hahah
2022-08-11
0