Mikho datang lebih cepat dari biasanya demi bisa bertemu dengan Celine. Ketos tampan itu ingin bicara empat mata dengan wakilnya. Wakilnya? Terdengar seperti bawahannya tapi dalam kenyataannya Celine sama sekali tak seperti bawahannya. Jangankan bawahan, sejajaran aja enggak!
Celine justru terkesan meremehkannya. Apa pun yang dilakukan Mikho ditentang oleh Celine, mending kalau ditentang secara langsung. Gadis itu hanya tinggal berkata 'tak setuju' maka anggota lain akan ikut ucapannya.
Semua berawal dari perkenalan semua anggota OSIS yang terpilih. Saat Mikho sebagai Ketos yang terpilih laki-laki itu maju ke depan untuk memperkenalkan diri. Semua orang bertepuk tangan menyambut Ketua OSIS baru itu. Di mana Mikho di gosipkan adalah Ketos paling tampan sepanjang sejarah sekolah itu.
Tak hanya tampan, cowok bertubuh tinggi atletis itu juga berasal dari keluarga kaya raya. Bisa dipastikan seluruh kegiatan yang melibatkan masalah keuangan akan bisa di handle olehnya. Mikho, seperti sebuah harapan bagi para penghuni sekolah.
Harapan apa? Jangankan dia turun tangan dalam setiap kegiatan. Semua ide Mikho ditentang habis oleh wakilnya tanpa bicara langsung dengannya. Semua hanya langsung setuju pada ide sang waketos.
Ada yang aneh dengan gadis itu, saat gue sapa dia langsung cemberut. Emang gue ini salah apa? Kenal juga enggak, emang gue pernah nyenggol dagangan dia atau dia pernah kena cipratan dari roda motor gue? Aaaah kayak sinetron aja. Nonton juga nggak, tapi serasa hidup di sinetron, cewek dan cowok gondok-gondokan nggak jelas, batin Mikho.
Cowok ganteng itu mondar-mandir menunggu Celine. Rasa kesalnya sudah naik hingga ke ubun-ubun, tinggal lepas landas bisa naik ke angkasa. Gara-gara pertemuan terakhir Mikho yang telat. Pertemuan anggota OSIS itu pun bubar tepat saat dia berada di depan kelas.
Dia itu sengaja permalukan gue, kalau datang terlambat, pertemuan bubar tak masalah tapi anggota lain yang langsung ketawa itu membuat gue malu setengah hidup. Apa dia sadar itu? Apa dia terlahir untuk permalukan orang? Cantik sih cantik tapi kejam betul, gerutu Mikho dalam hati.
Begitu melihat Celine yang melangkah sambil menunduk. Mikho langsung menghampirinya, tak cukup sampai di situ, Mikho mengajaknya ke samping gedung sekolah agar bisa bebas menginterogasi gadis itu.
"Gue ingin bicara sama loe," ucap Mikho tiba-tiba berdiri menghadang Celine.
Gadis itu hanya diam, Mikho tak sabar lalu menggenggam erat lengan Celine hingga membuat gadis itu terpaksa ikut kemana langkah kaki Mikho. Laki-laki itu ingin membawa gadis itu ke samping gedung sekolah. Begitu lengannya dilepas Celine langsung berupaya melarikan diri. Mikho langsung menangkap pergelangan tangan gadis itu.
"Gue bilang, gue ingin bicara sama loe."
Celine tak peduli. Gadis itu tetap ingin melangkah menuju kelasnya. Alhasil dengan sedikit pemaksaan, Mikho berhasil menyeret gadis itu ke samping gedung sekolah.
"Ini tentang masa lalu."
Kata-kata itu berhasil membuat Celine tercenung.
Eh bisa diem juga dia? Emangnya kenapa dengan masa lalu? Apa itu password untuk menjinakkannya? Tapi aneh, kenapa setiap kali melihat dia, perasaan kok kayak pernah kenal dia? Tapi di mana ya? Batin Mikho bertanya-tanya.
"Apa? Ayo cepetan bicara!" ujar Celine dengan wajah kesal.
Ditambah lagi posisi Mikho yang mendesaknya ke dinding gara-gara Celine mencoba untuk kabur. Seperti di film romantis, cowok ganteng itu membuat Celine menempel di dinding, karena kalau di amplop itu perangko, kalau di surat perjanjian itu meterai.
"Kenapa … itu … kamu … waktu itu …."
Aaahhh, kenapa jadi susah bicara begini sih? Tapi ... cantik banget, makin dekat makin cantik, batin Mikho terpana.
Laki-laki itu mendekat, ingin melihat lebih dekat lagi. Ternyata semakin dekat memang semakin cantik. Mikho terus mendekat, mendekat, semakin mendekat, lebih dekat lagi, lalu menempelkan bibirnya di bibir gadis cantik itu. Celine diam, Celine tak menolak bahkan melingkarkan tangannya di leher laki-laki itu dan membalas ciuman Mikho.
Apa itu mungkin? Mungkin saja, karena itu khayalan Mikho. Tak ada yang bisa mencegat khayalannya hingga sejauh apa pun tapi kenyataannya tentu berbeda. Melihat Mikho yang menatapnya begitu lama, Celine justru mendorongnya. Dengan tatapan mata yang tajam gadis itu berjalan meninggalkan Mikho yang termangu.
Bicara, bicara, bicara, katanya mau bicara. Tentang masa lalu lagi uuuhhh, hampir saja jantungku copot. Giliran disuruh bicara malah bengong kayak orang goblok. Kadar kegantengannya meningkat pesat, kadar otaknya yang merosot drastis, batin Celine sambil melangkah dengan kesal hingga menghentak-hentakkan kakinya.
Bukan cuma Celine yang kesal sendiri, Mikho pun kesal. Cowok ganteng itu bahkan meninju dinding gedung. Untung saja Mikho anak tunggal kalau adiknya Clark Kent bisa hancur itu gedung.
"Goblok! Goblok! Goblok!"
Jika Celine tahu, gadis itu akan tertawa mendengar umpatan Mikho. Baru kali ini Celine setuju dengan ucapan ketos ganteng itu. Jika saja laki-laki itu berkata seperti itu di depan anggota OSIS, Celine akan mengangguk setuju dengan penuh semangat.
"Sial! Kenapa sih? Udah bela-belain pasang alarm dari semalam, bangun pagi, nggak sarapan, lari-larian ke kelasnya. Eeeh, begitu ketemu malah … aaahhh, dia cantik banget sih. Bikin otakku tanpa izin traveling dulu. Aaahhh, kapan lagi mau bicara, gimana cara tahu isi hatinya? Nggak mungkin pakai dukun, nggak keren amat sih," umpat Mikho.
Laki-laki itu melangkah gontai kembali ke kelasnya. Begitu menyesal hingga menelungkupkan wajahnya di atas meja. Sahabatnya Rifo langsung menepuk pundak laki-laki itu.
"Jangan ganggu gue!" bentak Mikho.
"Ho.. ho.. ho.. ada yang lagi kesal nih, nggak mungkin ditolak cewek kan? Apa gara-gara anak IPS itu lagi?" tebak Rifo.
Mikho akhirnya mengangkat kepalanya. Rifo tertawa melihat mata Mikho yang terlihat sendu. Sahabatnya itu langsung duduk di samping Mikho.
"Kenapa?"
"Dia cantik banget." Rifo tertawa, bukannya menjelaskan masalahnya, sahabatnya yang tampan itu justru memuji gadis yang selalu membuatnya kesal itu.
"Cewek cantik emang banyak di IPS, apa kita pindah jurusan aja?" tanya Rifo.
"Bukan itu masalahnya! Gue pengen masalah gue sama dia itu tuntas. Gue udah nyusun daftar pertanyaan yang ingin gue tanyain, tapi begitu dia berdiri di hadapan gue … gue … gue mati kutu."
"Baguslah! Nggak gatel lagi," ucap Rifo langsung tertawa.
Mikho langsung menoleh dengan tatapan mata yang tajam ke arah sahabatnya itu. Mikho tahu laki-laki itu mengerti apa yang dimaksudkannya. Setiap kali ada masalah dalam organisasi siswa itu khususnya melibatkan Celine, Rifo adalah tempat curahan hatinya. Jika Rifo sok berlagak sibuk, tak segan-segan Mikho menyeretnya sekedar untuk mendengarkan keluh kesahnya. Lagi pula kesibukan Rifo cuma satu, menggoda siswi-siswi IPS yang manis-manis.
Sekarang sahabatnya sedang patah semangat lagi. Mumpung tak ada objekkan, Rifo menghampiri Mikho dan benar saja cowok ganteng itu lagi-lagi bermasalah dengan wakil ketos-nya.
"Gue rasa … gue jatuh cinta sama dia."
Ucapan Mikho membuat mulut Rifo ternganga. Rifo merasa ada yang tak beres dengan kepala Mikho. Gadis yang jelas-jelas suka mempermalukannya itu justru membuatnya jatuh cinta. Rifo terperangah, terduduk, nyaris terkapar.
...~ Bersambung ~...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 102 Episodes
Comments
Sis Fauzi
setipis jarak cinta dan benci
2022-08-18
0
👑Ria_rr🍁
Habis ini tu si Miko bucin tingkat kecamatan dah🤭
2022-08-09
1
veronicarismaa1
semangatttttt
2022-08-09
1