Celine frustasi, merasa sangat malu apalagi laki-laki itu terlihat tak peduli padanya. Anak laki-laki itu jelas tak menyukai dijodohkan dengannya. Celine memohon hingga menangis meminta teman-temannya untuk berhenti menjodohkan mereka. Celine takut laki-laki itu semakin membencinya, merasa terganggu oleh olokan teman-teman sekelasnya.
Kadang Celine melihat raut kesal dari laki-laki itu. Terlihat jelas setiap kali mereka diteriaki pacaran. Celine menyesal, kenapa bertanya saat itu, kenapa bertanya tentang anak laki-laki itu. Kenapa harus melihatnya, kenapa iseng bertanya. Kenapa bertanya pada Wanda yang menyebalkan itu.
"Kenapa nanya-nanya, kamu suka ya, hei teman-teman Celine suka sama anak baru itu," teriak Wanda yang tak sempat dihentikan Celine.
Teriakan itu langsung disambut riuh oleh teman-teman sekelasnya. Mereka tertawa-tawa dan sejak itu hari-hari Celine di sekolah menjadi terasa sulit.
Hingga puncaknya saat pelajaran olahraga. Teman-teman sekelas yang tak mau berhenti menjodoh-jodohkan mereka mendorong mereka untuk berdiri berdekatan. Celine didorong anak-anak perempuan itu untuk berdiri mendekati anak baru itu dan anak baru yang ganteng itu pun didorong oleh anak-anak laki-laki mendekati Celine.
Kesal, panik dan malu itulah yang mereka berdua rasakan. Celine pun melihat wajah kesal itu, Celine tak mau anak baru itu semakin marah padanya. Memohon pada teman-temannya untuk menghentikan olokan mereka. Namun, mereka tak peduli, tak mau menghentikan candaan mereka, hingga akhirnya tercetuslah ucapan itu.
"Lonteeee!" teriak anak baru itu pada Celine, anak-anak laki-laki di belakangnya langsung tertawa.
Anak-anak perempuan di belakang Celine pun ikut tertawa, Celine termangu karena tak mengerti arti kata itu. Celine hanya merasa sedih karena kata-kata yang tidak dimengertinya itu, semua orang menertawainya. Saat di kelas Celine bertanya apa arti kata itu, seorang temannya menjawab itu adalah sebutan untuk perempuan yang nggak bener, perempuan yang murahan.
Mendengar itu Celine langsung menangis. Tak menyangka ucapan seperti itu ditujukan padanya. Anak itu sangat tega menyebutnya dengan panggilan seperti itu. Sejak saat itu Celine selalu menghindar dari semua teman-temannya. Saat istirahat gadis kecil itu akan langsung bersembunyi di belakang sekolah sambil menangis seorang diri.
Setiap hari Celine menyesal, seandainya waktu bisa terulang, dia akan diam, tak menanyakan anak baru itu. Andai teman-temannya tak usil padanya. Seandainya dia bisa pindah dengan mudah ke sekolah lain, seandainya dia tak perlu ke sekolah, seandainya dia bisa menghilang.
Andai aku mati saja, batin Celine tak tahan merasakan rasa pedih di dadanya.
"Anak baru itu adalah Mikho?" tanya Tiara setelah mendengar seluruh cerita dari sahabatnya itu.
Celine mengangguk, air mata gadis itu mengalir, hingga saat ini perasaannya masih terasa pedih. Setiap kali melihat wajah Mikho hati Celine terasa perih.
"Itu hanya ucapan anak kecil Cel, jangan diambil hati," bujuk Tiara.
"Saat itu gue juga anak kecil Ra, gue juga belum bisa berpikir dewasa. Tapi kenapa gue harus merasakan sakit Ra. Kenapa dia tega berkata seperti itu? Meski dia benci gue, kenapa harus mengucapkan itu. Anak laki-laki itu menganggap gue ini cewek murahan Ra. Itu nggak bisa gue lupain begitu saja. Sakit Ra, sakit sekali rasanya, sampai sekarang gue nggak bisa lupa. Sampai sekarang masih tetap terasa sakit," ucap Celine sambil terisak-isak.
Tiara memeluk Celine, meski tak melihat secara langsung kejadian itu. Namun, mendengar suara Celine yang bergetar, Tiara bisa merasakan sakit yang dirasakan Celine benar-benar sangat dalam.
"Gue selalu tersiksa dengan ucapan itu, gue menjalani hari-hari di sekolah dengan perasaan sedih dan gue nggak bisa cerita ama orang tua gue. Gue bahkan berharap mati aja Ra," ucap Celine sambil menepuk dadanya, gadis itu terisak.
Tiara tercengang mendengar ucapan Celine lalu kembali mendekat dan memeluk Celine. Tiara prihatin dengan cerita Celine. Gadis itu bertekad akan membantu mereka menyelesaikan masalah ini. Tiara pun sangat ingin mendengar penjelasan dari Mikho.
"Gue harus tanyain soal ini–"
"Nggak! Jangan pernah usik lagi masa lalu gue. Jangan pernah bicara tentang ini apalagi padanya. Kalau lu nekat berbuat itu, gue nggak mau kenal ama lu lagi!" teriak Celine.
"Trus gimana dong? Kalau dia nggak tahu kesalahannya, bagaimana dia akan minta maaf. Mungkin sekarang dia telah menyadarinya dan menyesal–"
"Nggak! Pokoknya nggak! Sampai kapan pun gue nggak mau bahas ini lagi. Gue percaya ama lu, makanya gue cerita. Kalau enggak, gue bakal bawa cerita ini sampai mati," ucap Celine berdiri dan menatap taman dari balik jendela kaca kamarnya.
"Kenapa sih Cel? Lu nggak kasih kesempatan orang untuk perbaiki kesalahan. Apalagi itu kesalahan di masa kecil. Dia sendiri belum tentu tahu apa arti kata-kata itu," ucap Tiara.
"Gue masih ingat tatapan matanya saat menyebut gue dengan panggilan itu. Sangat merendahkan, sangat menghina. Gue yakin dia tahu artinya, karena itu memanggil gue dengan cara seperti itu karena dia kesal, dia menganggap gue cewek murahan Ra. Sejak saat itu gue merasa bersedih atas diri gue. Apa iya gue ini murahan? Apa iya karena menyukainya gue harus di cap seperti itu? Kenapa Ra? Kenapa gue harus ketemu dengan dia lagi. Gue benci, gue bener-bener benci dia," ungkap Celine dengan tersedu-sedu.
Tangannya tak henti-hentinya menghapus air matanya yang terus mengalir. Dadanya yang terasa sakit seperti diremuk, terhimpit, tertekan. Celine berpikir jika dirinya bercerita beban itu akan berkurang tapi ternyata tidak. Beban itu terasa sama. Tetap sangat berat.
Tiara tak menyangka, gadis yang begitu cantik, ceria, di sukai siapa saja. Ternyata menyimpan beban luka sejak masih sangat kecil.
"Apa karena itu lu nggak mau pacaran? Karena menurut lu, semua orang akan menganggap lu cewek murahan, iya 'kan?" tanya Tiara. Celine hanya diam, Tiara langsung menutup mulutnya tak percaya.
"Ya ampun Cel, sampai segitunya?" tanya Tiara tak percaya.
"Lu nggak pernah digituin 'kan? Lu nggak tahu gimana rasanya 'kan? Sampai sekarang gue masih ingat seperti apa ekspresinya. Itu benar-benar melukai hati gue. Luka yang sangat dalam dan berbekas," ucap Celine sambil mengerjapkan matanya untuk menghilangkannya air kembali menggenang di pelupuk matanya.
Tiara tak tahu lagi harus berbuat apa. Gadis itu tak tahu harus bagaimana menolong sahabatnya itu karena Celine sendiri tak ingin menuntaskannya bersama Mikho.
Keesokan harinya Celine melangkah ke sekolah itu dengan perasaan yang tak menentu. Sejak menceritakan tentang masa lalu itu pada Tiara, Celine merasa seperti telah membuka aibnya. Menceritakan bagaimana pandangan seseorang terhadapnya membuat Celine merasa seperti sedang dinilai oleh orang-orang.
"Gue ingin bicara sama loe," ucap Mikho tiba-tiba berdiri menghadang Celine.
Gadis itu hanya diam, Mikho tak sabar lalu menggenggam erat lengan Celine hingga membuat gadis itu terpaksa ikut kemana langkah kaki Mikho. Laki-laki itu ingin membawa gadis itu ke samping gedung sekolah. Begitu lengannya dilepas Celine langsung berupaya melarikan diri. Mikho langsung mendesak gadis itu ke dinding.
"Gue bilang, gue ingin bicara sama loe."
"Nggak ada yang perlu gue bicarain sama loe," balas Celine.
"Ada! Ini tentang masa lalu," ujar Mikho.
Celine tercenung, mengira Tiara telah tega membahas tentang masa lalu yang ingin disimpannya dan Mikho sekarang telah mengetahuinya. Celine merasa Mikho akan semakin memandang rendah dirinya.
...~ Bersambung ~...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 102 Episodes
Comments
Sis Fauzi
semangat Celine 🔥
2022-08-18
0
👑Ria_rr🍁
Miko Miko mbok jangan kasar-kasar agar Celine tidak emosi lihat km
2022-08-09
1
veronicarismaa1
cinta SMA 💗
2022-08-09
2