MKPS 5

Inces bergegas menuju ke mobilnya, dia berencana akan pulang ke rumahnya hari ini karena sudah dua hari dia tidak pulang ke sana.

Sampai di rumahnya Inces memarkirkan mobilnya lalu bergegas masuk ke rumahnya itu.

"Masih ingat pulang kamu ?" tanya Bian

papanya Inces

"Eh papa...papa gak ngantor ?"

"Kamu di tanyain malah balik nanya, jawab dulu pertanyaan papa ," ujar Bian dengan suara meninggi

"Emangnya apa peduli papa, apa papa pernah menganggap Inces sebagai anak papa..enggak kan Pa ?"

"Inces...kamu sudah berani ya sama Papa,"

"Serah papa deh, Inces mau ke kamar dulu, Inces capek," Dia kemudian berlari menuju kamarnya.

"Tuh lihat anak kamu pa, Apa yang mama bilang benar kan kalau dia itu sulit di atur, papa sih gak percaya sama mama," ujar Nora mama tirinya Inces

"Lagian sih papa selalu manjain dia, kalau mama saranin nih ya, Papa cabut semua fasilitasnya, nanti kalau dia sudah berubah baru kasih lagi deh," Nora semakin mempengaruhi Bian

Tak lama kemudian Inces keluar dari kamarnya Hendak pergi, awalnya dia ingin mengistirahatkan tubuhnya yang terasa sangat lelah itu, namun kejadian tadi membuatnya ingin segera pergi dari rumah yang seperti neraka itu.

"Mau Kemana lagi kamu ?" tanya Bian yang melihat Inces sudah rapi dengan pakaiannya.

"Mau pergi, Males di rumah yang seperti neraka ini," melangkah keluar

"Inces... selangkah lagi kamu berjalan kamu sudah bukan keluarga Prayoga lagi," ujar Bian

"Papa..." ucapan Inces tertahan karena air mata sudah mengenangi pelupuk matanya, Dia berlari kembali menuju kamarnya sambil menangis.

Di kamarnya Inces membenamkan wajahnya keatas bantal sehingga membuat bantal itu basah akibat air mata Inces yang terus menerus mengalir. Perlahan Dia mengambil sesuatu dari balik bantalnya itu dan ternyata itu adalah sebuah Foto usang ibunya yang masih tersisa, itupun sudah terbakar setengahnya.

"Mama...kenapa mama cepat pergi ninggalin Inces, Inces merasa sendirian ma di dunia ini. Mama bawa Inces bersama mama hu..hu..," tangis Inces pecah dan akhirnya dia tertidur akibat kelelahan menangis.

Inces sekarang berada di sebuah taman yang sangat indah, dia terus berjalan menyusuri taman itu, terlihat olehnya Siska mamanya yang duduk di sebuah kursi taman sedang melambaikan tangan ke arahnya.

Inces menghampiri Siska dengan senyum merekah di bibirnya.

"Mama...!" Inces memeluk Siska erat seakan enggan melepasnya.

"Mama kemana saja, Inces kangen sama mama ,"

"Mama gak kemana-mana kok sayang, mata kamu kenapa sembab seperti ini?

"Papa Jahat ma, papa bentak-bentak Inces ,"

"Kamu yang sabar ya sayang, kamu harus kuat menghadapi papa kamu itu, mama tau papa kamu sangat sayang sama kamu, namun caranya saja yang salah dalam mendidik kamu,"

"Inces lelah ma, Inces mau ikut mama saja,"

"Jangan sayang, belum waktunya kamu ikut mama, perjalanan kamu masih panjang sayang, nanti kamu akan menghadapi banyak Cobaan lagi dalam hidupmu, mama harap kamu kuat menghadapinya sayang,"

"Princess mama kuat, gak lemah..makanya kamu mama beri nama Princes agar kamu Seanggun Putri dalam menghadapi apapun yang terjadi dalam hidupmu nanti," ujar Siska sambil membelai rambut Inces, Inces masih menangis di pangkuan Siska.

"Inces sayang, sudah waktunya mama pergi, semoga kamu selalu kuat menghadapi masalah dalam hidupmu, ingat lah bahwa mama akan selalu bersamamu sayang," Perlahan Siska menghilang dari pandangan Inces.

"Mama..."Inces terbangun dari tidurnya. Nafas Inces masih ngos-ngosan karena mimpinya itu.

"Mama..inces Janji apapun yang terjadi dalam hidup Inces, Inces akan selalu kuat menghadapinya dan akan senantiasa bahagia ma," ucapnya.

Inces kemudian menuju ke kamar mandinya untuk membersihkan tubuhnya yang di penuhi peluh itu.

"Ma...tolong panggil Inces buat sarapan," suruh Bian pada Nora

"Iya pa," ucap Nora namun dalam hatinya ngedumel

Kenapa sih semalam dia gak pergi saja, kalau dia pergi kan gak akan ada lagi penghalang buat gue menguasai hartanya mas Bian, bikin repot saja,, Batin Nora

"Inces...di suruh papamu buat sarapan," Inces mendengarnya tapi malas menjawabnya

"Gimana ? apa Inces mau turun ?" tanya Bian

"Gak tau Pa, padahal aku sudah manggil- manggil dia dari tadi tapi dia gak nyahut-nyahut, mungkin dia masih tidur kali Pa,"

"Anak gadis jam segini masih tidur, mau jadi apa dia nanti," ujar Bian, Nora tertawa dalam hatinya

Mampus kamu Inces, aku akan mempengaruhi papa kamu agar semakin membenci kamu,, Batin Nora sambil menyerigai

"Aku sudah bangun kok pa, malahan dari tadi subuh," Ujar Inces yang sudah berada di tangga.

Dia berjalan menuju ke meja makan lalu duduk di sana. Aroma bawang yang menyengat membuat perut inces mual.

Ueeek....ueeeekk...

Inces menuju ke kamar mandi yang ada di dapur lalu memuntahkan semua isi perutnya. Bian yang melihatnya langsung menyusulnya.

Bian memijit-mijit tengkuk Inces untuk menguragi rasa mual Inces.

"Inces kamu kenapa nak, apa magh kamu kambuh lagi," tanya Bian Khawatir, Saat Inces bangun kepalanya terasa pusing dan akhirnya dia tak sadarkan diri, Bian segera melarikannya ke rumah sakit.

Sementara di sebuah Mansion seorang pemuda yang tidak lain adalah Arvan sedang memuntahkan isi perutnya di dalam toilet, dia tidak tahan dengan bau Farfumnya sendiri. Sudah beberapa kali dia menganti bajunya tapi tetap saja dia mual-mual dan akhirnya dia menghubungi Ferdi.

"Hallo Fer, lo cepat ke mansion gue, tolong bawa gue ke rumah sakit," Arvan menutup sambungan telponnya karena kembali mual.

Ferdi bergegas menuju ke Mansionnya Arvan dan menemukan Arvan yang sudah lemah dan tergeletak di Sofa kamarnya, Ferdi segera memapahnya lalu membawanya ke rumah sakit.

Setelah menempuh perjalanan yang tidak begitu lama Ferdi akhirnya sampai juga di Rumah sakit itu berbarengan dengan Sampainya Bian di sana yang membopong putrinya itu.

"Suster...Dokter...tolong anak saya," teriak Bian

"Suster...Dokter...tolong Bos saya," teriak Ferdi

Kebetulan Brankarnya hanya tinggal satu sehingga mereka jadi rebutan Brankar.

"Ini untuk anak saya ," ujar Bian

"Ini untuk Bos saya, saya yang duluan datang," ucap Ferdi

"Enak saja kamu, ini untuk anak saya ," ujar Bian lalu membaringkan Inces di sana

"Enak saja, bapak cari yang lain sana," ujar Ferdi gak mau ngalah

"Sudahlah Fer..gue bisa jalan kok," gak tau kenapa Arvan terlihat kembali segar ketika berada di rumah sakit itu, Bian bersama Suster itu mendorong Brankarnya Amel menuju ruang pemeriksaan dan Arvan berjalan sendiri menuju ruang dokter pribadinya.

Setelah pemeriksaan Inces terbaring lemah di brankarnya. Dokter keluar dari sana dengan senyum di bibirnya.

"Bagaimana dok, putri saya sakit apa dok ?" tanya Bian yang masih sangat khawatir

"Bapak jangan khawatir, putri bapak baik-baik saja kok,"

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Jangan lupa Like dan Comentnya ya

Terpopuler

Comments

Debbie Teguh

Debbie Teguh

bisaan aj pas masuk RS barengan, ketemu jg dong akhirnya

2022-09-02

0

Maya●●●

Maya●●●

semangat buat kak author😁

2022-08-12

0

Donna

Donna

hamil muda, inces ngidam

Bacanya nyicil dulu y KK

2022-06-30

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!