Dilema

Dibawah derasnya air shower yang mengalir, Kirana menagis menahan sesak didadanya. Dia dalam dilema, antara pergi atau bertahan. Dua-duanya sama-sama menyakitkan. Mencintai haruskah sesakit ini. Benarkah abang sepupunya memiliki rasa yang sama seperti yang mama Luna katakan? Kirana tidaka bisa menjawab.

"Kamu pulang dan istirahat dikamarmu, Ken. Adikmu bisa pergi sekolah sama papa" ucap papa Agung saat melihat keadaan keponakannya itu yang tampak kacau.

"Iya Pa" jawab Keanu menuruti ucapan papanya.

"Sarapan dulu, Ken" ajak mama Luna.

"Nanti saja ma, Ken mau menemui papi"

"Keanu" Keanu kembali berbalik mendengar namanya dipanggil papa Agung.

"Bersikaplah dewasa, papimu sangat menyayangi kamu. Hanya kamu miliknya yang paling berharga" Keanu mengangguk walau dia tidak faham sepenuhnya apa maksud perkataan papa Agung.

Kirana berjalan menuju meja makan dimana papa dan mamanya sudah duduk di sana. Baru saja akan berbelok dari kamarnya, tubuhnya ditarik lalu didorong ke tembok.

"Abang ngagetin Kiran tau" protes Kirana saat tahu itu adalah perbuatan sang abang. Keanu tersenyum, dia suka dengan Kirana yang seperti ini.

"Kamu kesekolah sama papa ya sayang. Abang nggak bisa antar kamu." ucap Keanu memberi tahu Kirana sambil mengelus pipi mulus adiknya. Kirana mengangguk.

"Ingat! Jangan dekat-dekat sama anak cowok. Jajan jangan sembarangan, belajar yang rajin. Abang usahakan jemput kamu tepat waktu"

Cup. Kecupan dibibir mengakhiri ritual pagi yang Keanu tetap lakukan untuk melepas Kirana sekolah.

"Hei, Kirana. Kamu dengar apa yang abang katakan?" Kirana mengangguk, tadi dia sempat kehilangan konsentrasi karena belaian lembut dipipinya.

"Abang pulang" ucap Keanu sambil mengusap bibir dan pipi Kirana yang dia kecup.

Sanggupkah Kirana jauh dengan Keanu? Kirana lemah jika Keanu sudah memperlakukannya dengan lembut. Kirana kembali meremas dadanya sabil menatap punggung Keanu yang semakin menjauh dan hilang. Terluka tapi tak berdarah, rasanya lebih sakit.

"Kiran, lo masih marah ya sama gue" sapa Arjuna begitu melihat Kirana yang tidak menyapa atau tersenyum padanya.

"Kiran" panggil Arjuna lagi, karena Kirana tidak mengubris perkataannya.

Puk, Arjuna menepuk bahu Kirana. Gadis itu terkejut dan memandang sekitar, baru menyadari, dia sudah di sekolah.

"Lo lagi ada masalah apa sih?" tanya Arjuna.

"Juna" lirih Kirana dengan mata berkaca-kaca.

"Hei, ada apa? Jangan nagis disini." tanya dan ucap Arjuna yang langsung menarik lengan Kirana dan membawa sepupunya itu ketempat yang sepi.

"Mami benci sama aku, Juna" Kirana menaggis dihadapan Arjuna.

Arjuna menarik Kirana masuk kedalam pelukannya, sejak awal dia melihat Kirana sudah bisa menebak kalau saudari sepeupunya ini tidak baik-baik saja.

"Mami tidak suka Kiran dekat dengan abang Ken" ucap Kirana lagi yang masih dalam pelukan Kirana.

"Mami memang seperti itu sejak dulu, bukan hanya sama lo. Sama gue dan yang lain juga. Enggak usah lo pikirin"

"Mami bertengkar sama abang karena aku, Juna"

Arjuna mengurai pelukannya. Diambilnya sapu tangan yang ada di kantung celananya. Arjuna menghapus jejak air mata Kirana dan merapikan rambut sepupunya.

"Ahh, gue udah kayak pacar lo aja Kiran." Kirana menangis sambil terkekeh, mengambil alih sapu tangan yang ada di tangan Arjuna untuk mengusap air matanya sendiri.

"Kalau orang nggak ngerti, pasti gue dikira pacar lo." Kirana kembali terkekeh.

"Apa yang mami katakan sampai lo seperti ini?"

"Mami..."

"Udahlah, kita masuk ke kelas nanti terlambat. Enggak usah lo masukin ke hati apa yang mami Feni katakan. Bukan hanya elo yang dia nggak suka, tapi sama semua keluarga kita"

Arjuna benar, mami Feni menunjukkan sikap bermusuhan sejak dulu dengan semua keluarganya. Kenapa Kirana harus pusing memikirkan pesan yang baru saja dikirimkan mami Feni tadi sesaat setelah dia turun dari mobil papa Agung. Hingga dia terbawa perasaan dan menangis di pelukan Arjuna.

"Lo risih nggak sih sama pandangan mereka" tanya Arjuna dengan matanyanya yang menyapu semua orang yang melihat kearahnya dan Kirana yang sedang berjalan beriringan.

"Sudah biasa" jawab Kirana.

"Berarti benarkan, lo yang mereka lihat. Bukan gue"

"Aku udah biasa sejak pertama sekolah disini dipandangin kayak gini. Bukan karena akunya, tapi karena abang Ken." jawab Kirana menjelaskan.

"Sekarang kok lo bisa bilang mereka ngelihatin kita karena gue?" tanya Arjuna.

"Karena mereka heran, kamu satu-satunya anak cowok yang di ijinin sama abang Ken dekat sama aku"

"Hahaha" Arjuna tertawa mendengar penjelasan Kirana.

"Junaaa"

"Sory, gue nggak nyangka, ternyata sesayang itu abang Ken sama lo."

"Anak-anak cowok itu sebal pastinya ya lihat gue bisa rangkul elo." Arjuna bicara sambil melingkarkan tangannya di punggung Kirana.

"Enggak usah dipraktekin juga kali" protes Kirana. Arjuna terkekeh.

"Kalian itu bikin orang-orang salah faham" Elma yang protes begitu Kirana dan Arjuna tiba dikelas.

"Kenapa?" tanya Arjuna.

"Nih" Elma menyerahkan ponselnya yang segera diraih Arjuna.

"Secepat ini?" tanya Arjuna.

"Lagian kalian berdua ngapain sih pake peluk-pelukan di tempat sepi?" tanya Elma.

"Kita lagi ada masalah keluarga" Arjuna yang menjawab pertanyaan Elma.

"Kiran tadi nangis, jadi gue tarik ketempat sepi. Selanjutnya seperti yang ada di video itu"

"Udah biarin aja, nanti juga berhenti sendiri gosipnya" Sahut Kirana.

"Siapa sih yang kepo baget sama lo?" Kirana mengangkat kedua bahunya menjawab pertanyaan Arjuna. Selama ini dia tidak mau tahu dan tidak ingin mencari tahu.

"Pulang sekolah kita nonton, mau nggak?" tanya Arjuna pada Kirana dan Elma.

"Selamat pagi anak-anak" Sapaan ibu Dewi menghentikan percakapan Arjuna, Kirana dan Elma.

"Pagi Bu guru" jawab murid-murid kelas XII IPA 1 itu.

"Kirana, Arjuna kalian keruang BK"

Kirana dan Arjuna saling berpandangan. Ini pasti ada kaitannya denga video yang baru saja beredar. Kenapa secepat ini video itu tersebar yang pastinya sudah sampai ke telinga guru.

"Kalian bisa menjelaskan ini?" tanya bu Sulastri.

"Bisa" jawab Kirana dan Arjuna bersamaan.

Tidak peduli dengan pandangan yang mengarah pada mereka berdua. Kirana dan Arjuna berjalan kembali ke kelas mereka. Masalah mereka sudah selesai, Kirana dan Arjuna sudah menjelaskan pada bu Sulastri. Bahkan mereka menghadirkan mama Luna dan Mommy Key lewat video call untuk membuktikan hubungan mereka sebenarnya.

"Kiran" Kirana menoleh pada Arjuna yang ada disampingnya.

"Jangan larang gue buat cari tahu siapa yang cari masalah sama kita"

Kirana menarik nafas panjang. Itulah perbedaan antara dia dan Arjuna. Jika Kirana tidak akan mengambil pusing dengan apa yang terjadi maka Arjuna tidak pernah mengabaikan orang yang mengusik kehidupannya.

"Terserah" jawab Kirana.

"Juna, kamu mau kuliah dimana?" tanya Kirana.

"Belum kepikiran" jawab Arjuna jujur.

"Elo sendiri?" Arjuna balik bertanya.

"Aku punya rencana kuliah diluar. Kemarin aku udah minta tolong om Zein usahain beasiswa buat aku" jawab Kirana sambil merangkul lengan Arjuna.

"Kenapa repot-repot cari beasiswa. Papi lo kan banyak duitnya, lo minta pasti dikasih"

"Mau cari masalah lagi sama mami?" Arjuna lupa, kalau sepupunya itu baru saja menangis karena wanita itu.

"Kalau lo mau kuliah diluar nanti gue bilang Daddy. Kita bisa kuliah berdua disana"

Keuangan bukan masalah bagi Arjuna, Daddynya seorang pengusaha. Berbeda dengan papa Agung yang hanya seorang pegawai di perusahaan swasta. Bahkan rumah yang mereka tempati saat ini karena papa Agung mendapat warisan dari keluarga ayah kandungnya. Memiliki ayah tiri yang kaya tidak membuatnya merubah diri bergaya seperti anak sultan. Di biyayai sekolah sampai lulus kuliah saja papa Agung sudah sangat bersyukur. Baru kemarin malam Kirana mengetahui semuanya, setelah terbongkarnya rahasia hubungan papi Edwar dana papa Agung. Kirana bangga pada papanya, lebih baik hidup sederhana dengan mengandalkan kemampuan sendiri dari pada hidup mewah dari hasil orang lain.

"Kenapa diam?"

"Tidak apa-apa, aku belum bilang sama mama, sama papa. Takut mereka tidak mengijinkan. Mama dan papanya atau Keanu yang Kirana takutkan tidak mengijinkan? Apa lagi laki-laki itu sudah memohon untuk tidak ditinggalkan.

Tanpa mereka sadari, sepasang mata memperhatikan mereka dari jauh. Siapa dia?

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!