Sudah 4 jam lebih ruangan itu tak terbuka sama sekali.
Marsel masih setia menunggu di depan ruangan tempat Zivana dioperasi.
"Kenapa lama sekali..??", ucap Marsel makin khawatir.
Satu jam kemudian, dokter keluar dari ruangan operasi dan menemui Marsel.
"Gimana dok operasinya...??", seru Marsel tak sabar.
"Bisa kita keruangan saya..??", seru dokter berjalan menuju ke ruangannya.
Marsel mengikuti dokter tanpa sepatah kata pun, hanya menurut saja pilihannya kali ini.
Bu Rukmi yang penasaran pun memutuskan untuk mengikuti mereka.
"Silahkan duduk mas, buk", ucap Dokter sampai di ruang kerjanya.
"Tolong kasih tau saya dok, sebenarnya apa yang terjadi..??", ucap Marsel tak sabar.
"Begini mas, buk, saya harus menyampaikan kabar buruk dan baik sekaligus", ucap Dokter meminta Marsel untuk menguatkan mentalnya tentang apa yang akan ia dengar.
"Langsung aja dok..!!", seru Bu Rukmi yang merasa dokter terlalu bertele tele.
"Ibu Zivana dan bayinya selamat", ucap Dokter tapi masih dengan wajah yang sedang berusaha mengutarakan sesuatu.
"Alhamdulillah..!!", seru Marsel bahagia.
"Alhamdulillah, cucu cucuku..!!", seru Bu Rukmi kegirangan.
"Maaf buk, seperti yang saya bicarakan tadi, ada kabar baik dan ada pula kabar buruknya", ucap Dokter tak mau Marsel dan bu Rukmi terlalu bahagia sebelum mendengar kenyataan pahitnya.
"Maksud dokter..??", seru Marsel kembali serius.
"Bu Zivana dan bayinya memang selamat, tetapi hanya satu bayi", ucap dokter menjelaskan.
Marsel dan bu Rukmi pun syok, mereka tak menyangka akan kehilangan salah satu anak dan cucu mereka sebelum sempat menggendongnya dan mendengar tangisannya.
"Kenapa bisa begitu dok..??", tangis Marsel pecah seketika.
"Karna bu Zivana terjatuh cukup keras, itu mengakhibatkan kedua bayinya mengalami syok hebat, dan saat mereka lahir, salah satu bayi tak menangis dan dinyatakan meninggal saat itu juga, sedangkan bayi satunya masih berada di pengawasan kami", ucap dokter Menjelaskan penyebabnya.
"Ya Allah Zivana..!!, malang sekali nasib anak kita", seru Marsel tak kuasa membendung kesedihannya.
"Dan..!!, ada satu hal lagi yang terpaksa harus saya sampaikan", ucap dokter sedikit tak tega.
"Apa lagi dok..??", seru Bu Rukmi mengusap air matanya.
"Karna insiden itu, yang terjadi saat rahim meregang maksimal di usia kehamilan yang sudah 9 bulan. Mengakhibatkan rahimnya sobek, dan maaf sekali lagi, kami juga harus mengangkat Rahim bu Zivana", ucap dokter merasa iba terhadap pasangan suami istri itu.
"Jadi...??", ucap Bu Rukmi lebih syok lagi.
"Bu Zivana tidak akan bisa hamil kembali", ucap dokter seakan menampar bu Rukmi dengan keras.
Sedangkan Marsel tak peduli tentang memiliki momongan lagi, ia sudah sangat terluka melihat Zivana kritis dan harus kehilangan satu anaknya juga, bahkan jika pun rahim Zivana tak diangkat, Marsel tak akan mengizinkan Zivana untuk hamil lagi dan menderita lagi.
Bu Rukmi bergegas keluar dari ruangan dokter.
Seakan ia sangat marah mendengar bahwa ia selamanya hanya akan memiliki seorang cucu.
Terlebih kekesalannya pun di picu oleh salah satu cucunya yang telah meninggal, yang ia anggap sebagai kesalahan dari Zivana.
"Jika saja Marsel menurut padaku, sudah aku pisahkan mereka berdua", ucap Bu Rukmi emosi.
2 Jam kemudian.
Zivana telah dipindahkan dari ruangan operasi.
Ia masih belum sadar setelah operasi besar yang telah ia jalani.
Marsel duduk di samping ranjang Zivana, ia pegangi tangannya.
Sambil menangis tersedu sedu ia memikirkan apa yang harus ia katakan pada Zivana saat ia siuman nanti.
Tiba tiba tangan Zivana mulai bergerak, tanda Zivana telah kembali sadar.
Perlahan ia membuka matanya, ia tatap wajah suaminya yang tepat berada di depannya.
Zivana mengingat samar kejadian yang menimpanya saat didapur pagi itu.
Seketika tangan Zivana meraba perutnya.
Ia syok meraba perutnya yang telah rata.
"Mas..!!!, anak anak kita mana...!!", seru Zivana mulai histeris.
"Tenang sayang, mereka ada kok, aku akan kasih tau semuanya ke kamu, tapi kamu janji tenangin diri kamu ya..!!", ucap Marsel berusaha menenangkan Zivana.
Kemudian Marsel mulai menceritakan apa yang telah Zivana alami beserta anak anak mereka.
Kenyataan pahit itu membuat pipi Zivana banjir air mata.
Sesekali ia memberontak dan kemudian beristigfar kepada Allah.
Ia tak menyangka satu bayi mereka akan diambil oleh Allah secepat itu.
Dan yang membuat Zivana bertambah syok ialah bahwa sekarang ia tak memiliki Rahim, ia tak akan bisa mengandung dan melahirkan lagi.
Ya Allah, baru saja engkau memberi kebahagiaan padaku, tapi kenapa mahal sekali harga yang harus kami bayar untuk semua itu, gumam Zivana dalam hati
"Aku mau liat anak kita untuk yang terakhir kali mas", seru Zivana memaksa.
"Ya sudah, aku antar kamu", seru Marsel menggendong Zivana dan meletakkannya di atas kursi roda.
Marsel mendorong Kursi roda Zivana menuju ke tempat anak mereka yang tak selamat.
"Mas, kami orang tua dari bayi perempuan yang lahir pagi ini, boleh kami melihatnya sekali lagi..?", ucap Marsel memohon.
"Mari silahkan", ucap petugas itu mempersilahkan Marsel dan Zivana masuk.
Saat Mereka melihat bayi perempuan yang cantik dan masih merah di atas ranjang mayat.
Seakan hati mereka tersayat seribu sayatan.
Begitu hancurnya hati orang tua yang melihat anaknya terbaring kaku dihadapannya.
Zivana berusaha menghentikan tangisannya dan mencoba untuk tegar.
Ia mengusap air matanya dan mencoba menggendong anak mereka untuk yang pertama dan yang terakhir kali.
"Assalammualaikum sayang, ini mama sama papa, istirahat dengan tenang ya sayang", ucap Zivana mengecup pipi anaknya.
Marsel mengusap air matanya yang terus jatuh, ia harus bisa kuat seperti istrinya.
Jika ia lemah, otomatis Zivana pun juga akan kehilangan kekuatannya.
"Mas, boleh aku namai dia Nur..??, sumber cahaya untuk kita", ucap Zivana lagi lagi mengusap air matanya yang menetes.
"Iya sayang, nama yang cantik", ucap Marsel merangkul anak dan istrinya itu.
Ya Allah aku terima semua ini sebagai takdir, dan semoga engkau tak mengujiku lebih dari ini, gumam Zivana dalam hati sembari meletakkan anaknya di tempat semula dan berlalu pergi dari tempat itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 108 Episodes
Comments
Noviyanti
yang sabar ya zivana..
2022-06-29
1