Bab 18

Minggu ini Dave harus pergi ke pulau Bali untuk meninjau proyek yang sedang di kerjakannya di sana.

Perusahaan yang di pimpinnya di percayakan untuk membangun sebuah resort mewah di Bali.

Untuk memastikan semua pekerjaan berjalan dengan baik, dia memutuskan untuk melihat langsung sudah sejauh mana proyek tersebut sudah berjalan.

Dave ingin mengajak Alena untuk pergi bersama selain urusan kerja ia ingin sekalian berlibur.

Menurutnya pulau Bali bisa menjadi tujuan tempat berlibur yang menyenangkan, karena di Bali mempunyai banyak sekali destinasi wisata yang menarik.

Kesibukannya setiap hari mengurus pekerjaannya cukup menguras tenaga dan menguras pikirannya sehingga membuat Dave terkadang sangat lelah.

Dave butuh refreshing supaya tidak menjadi orang yang kurang piknik, sehingga pikiran menjadi sempit dan gampang marah.

"Ehm..." Dave berpikir sebentar sambil menyandarkan kepalanya di belakang kursi kerjanya, memain-mainkan jari telunjukkan di atas keningnya, "ini saatnya untuk bekerja dan sekaligus berlibur" katanya sambil bergumam sendiri.

Mengambil hp benda pipih yang terletak di atas meja kerja dan langsung menekan nomor Alena, panggilan pun tersambung dengan yang empunya sang pemilik nomor telepon.

Tutttt...tuuuuttt...tuuuuttt

"Hallo" terdengar suara lembut Alena.

"Alena, jadwal kamu kosong gak Minggu ini?" tanya Dave.

"Kenapa emangnya, tanya-tanya jadwal segala" jawab Alena bingung.

"Jangan bilang mau ngajak romantic dinner lagi" ledek Alena.

"Aduh...kok kamu mikir kayak gitu? jangan-jangan kamu kepikiran terus sama aku abis dinner kemarin ya" Dave meledek balik.

"Aku punya rencana dua hari lagi berangkat ke pulau Bali untuk melihat proyek yang sedang perusahaanku kerjakan." lanjut Dave.

"Terus apa hubungannya dengan jadwal aku?"

Jawab Alena yang masih belum mengerti.

"Aku punya rencana mengajakmu ke sana sekalian kita liburan, kamu bisa gak?" Dave balik bertanya.

"Kapan? biar aku atur jadwal" jawab Alena.

"Dua hari lagi, aku harap kamu bisa temenin aku. Malas aku kalau liburan sendiri" kata Dave.

"Bentar lihat agenda dulu takut ada meeting penting, ntar aku di tegur papa, di sangka gak tanggung jawab lagi" jawab Alena.

Sambil mengambil agenda di depan mejanya melihat semua kegiatan untuk satu Minggu ke depan.

"Aman, jadwalku kosong" jawab Alena lagi.

"Bagus dong, berarti kamu bisa temenin aku ya" Kata Dave yang terdengar sangat bahagia.

"Kalau gitu aku langsung pesenin aja tiket pesawat buat kita, boleh?" Dave bertanya lagi untuk lebih meyakinkan.

"Boleh, tapi jangan bilang kalau ini Honeymoon. Ingat status kita ya, aku hanya temenin kamu buat liburan." ledek Alena.

"Aku belum amnesia sayang" Dave balik meledek.

"Kamu panggil aku apa barusan? Coba ulangi mungkin aku salah dengar" Tanya Alena

"Sayang, kita kan teman tapi sayang" Ledek Dave lagi.

"Coba dari dulu kamu bersikap begitu sama aku gak akan ada surat cerai. Dulu boro-boro ngomong gitu, kalau gak di tanya duluan kamu gak bakalan ngomong dulu." jawab Alena setengah sedih.

"Manusia bisa berubah sayang, aku belajar dari kesalahan. Intinya tidak ada kata terlambat berubah untuk sesuatu yang lebih baik. Bener gak? Udah jangan sedih lagi, mulai sekarang pikirkan yang baik aja" Dave berusaha menghibur Alena.

"Baiklah, aku cukup senang melihat perubahan sikapmu" jawab Alena.

"Mulai saat ini panggil aku sayang juga dong, sekalipun kamu belum memutuskan siap kembali bersamaku, tetap kita teman tapi sayang. Jangan kalah saing sama anak SMA yang udah sayang-sayangan" pinta Dave.