Bab 16

Rudi memang teman satu kantor dengan Alena dan ia sangat dekat dengan wanita itu.

Alena menganggap Rudi sahabatnya tetapi Pria itu memiliki perasaan lebih terhadap Alena.

Rudi memendam rasa cinta kepada Alena, tetapi sampai saat ini ia belum berani menyatakan perasaannya.

Dave yang masih bersama Alena saat ini melangkah menuju lobby mall.

"Alena, coba hubungi temanmu itu supaya ia balik duluan ke kantor. Nanti kamu biar aku yang antar" kata Dave .

"Kenapa harus begitu? Nanti aku jadi mengganggu waktumu," jawab Alena.

"Sudahlah, jangan banyak pertanyaan. Lakukan saja seperti yang ku suruh." Dave kembali menjawab

"Aku tidak menerima penolakan, dan kamu tau aku adalah pimpinan di perusahaanku jadi tidak ada yang bisa memarahiku." lanjutnya.

"Baiklah, aku akan menghubungi Rudi supaya dia balik duluan," Alena kembali menjawab.

Perempuan itu lalu mengambil hp di dalam tasnya, lalu segera menghubungi Rudi untuk memintanya kembali duluan ke kantor.

Setelah mendapat telepon dari Alena, Rudi segera melajukan mobilnya menuju kantor.

Sebenarnya ia kecewa Alena tidak kembali bersama dengannya.

Bahkan ia tidak tau bagaimana perasaan Alena saat ini terhadap Dave sebagai mantan suami.

Yang ia lihat sepertinya Alena memiliki rasa cemburu terhadap Dave ketika bersama wanita lain.

Jangan-jangan Alena masih mencintai Dave?

Rudi masih bermain dengan pikirannya sendiri. Ini tidak boleh terjadi katanya dalam hati.

Dave mengantar Alena kembali ke kantornya, sekarang mereka berdua berada di dalam mobil yang sama, mobil milik Dave.

Mereka duduk di kursi penumpang, sedangkan pak Eko yang mengendarai mobilnya.

Dave kembali membuka suara.

"Alena, aku harap kamu bisa jaga jarak dengan Rudi. Mungkin kamu menganggap dia sahabatmu tetapi bisa jadi dia menganggapmu lebih dari itu." katanya sambil melihat Alena

"Aku menganggap Rudi itu sahabatku, kami memang dekat tetapi hanya sebatas teman biasa.

Lagian Rudi tidak pernah mengatakan apa pun tentang perasaannya padaku.

Aku tidak melihat ada hal yang aneh dalam diri Rudi, kenapa kamu sampai berpikir jauh tentang dia?" Alena balik bertanya.

"Aku seseorang laki-laki paling tidak aku bisa melihat dan menilai dari sikapnya kepadamu.

Aku punya insting kalau ia punya perasaan suka terhadapmu.

Mungkin saat ini kamu belum menyadarinya, tetapi cobalah untuk menjaga jarak" jawab Dave sambil menggenggam tangan Alena.

"Baiklah, aku akan mengikuti saranmu dan mencoba menjaga jarak pelan-pelan dengannya.

Tetapi jangan terlalu berpikir negatif terhadap Rudi, sejauh ini aku berteman dengannya ia memperlakukan aku dengan baik." Alena setuju dengan permintaan Dave.

"Aku percaya denganmu dan aku yakin kamu pasti bijak dalam mengambil keputusan." Dave mengacak-ngacak rambut Alena sambil tersenyum.

"Ih, apaan sih nanti berantakan nih rambut aku" ucap Alena sambil mengecurutkan bibirnya.

"Aku gemes kalau kamu lihat kayak gitu, jadi pengen cium tau." goda Dave.

"Sejak kapan kamu jadi berubah mesum kayak gini sih? Seperti bukan Dave yang aku kenal, orang yang kaku, diam dan wajah tanpa ekspresi," ledek Alena sambil terkekeh.

"Sejak kamu di hatiku dan sejak aku jatuh cinta pada malam pertemuan kita yang kemarin," balas Dave.

Alena jadi malu dengan godaan Dave, pipinya udah memerah seperti memakai blush on.

Dia gak menyangka Dave sekarang pandai menggodanya.

Sekarang mobil Dave sudah memasuki jalan kantor Alena.

Tidak lagi ada rasa canggung di antara mereka berdua, sekarang mereka bisa melepas candaan satu dengan yang lain.

Alena mengucapkan terima kasih dan pamit kepada Dave untuk segera kembali ke kantor dan Dave mencium kening Alena sebelum wanita itu turun meninggalkannya.