Kegelisahan Hati Tomi

Mengapa lelaki itu merasa perlu mengirim bunga mawar putih untuknya? Dan mengapa pula ucapan selamat ulang tahunnya bernada khusus seperti itu? Apa tujuannya?

Asti tercenung seorang diri. Dari pertanyaan-pertanyaan batinnya sendiri yang begitu ramai itu, ia sadar bahwa Tomi dengan segala tingkahnya itu bukanlah sesuatu yang bisa diabaikannya begitu saja.

Entah apa pun yang paling mendominasi hatinya saat ini, amarahkah itu, kebenciankah itu, merasa tersanjungkah itu atau bahkan merasa senangkah itu, yang jelas semua itu merupakan bukti bahwa baginya Tomi adalah sesosok manusia yang telah mengacaukan ketenangan batinnya.

Apa yang sebelum ini tak pernah dirasakannya, kini harus dialaminya (Beginilah isi hati wanita guys, sebenarnya senang banget tapi takut kepedean dan takut nanti terlukanya lebih besar.)

*

*

Kembali ke kampus hari berikutnya sungguh merupakan semacam ujian yang berat bagi Asti.

Ia berharap agar Tomi tidak masuk kuliah supaya ia jangan bertemu muka dengan lelaki itu. Tetapi ternyata harapannya hanyalah harapan sia-sia belaka.

Lelaki itu justru duduk di deretan bangku yang paling depan dan langsung tampak oleh Asti begitu ia masuk ke dalam ruangan tempatnya mengajar itu.

Sepanjang pengalamannya mengajar selama tiga semester itu, baru kali itulah Asti merasakan beratnya beban jabatan yang dipanggulnya.

Sebab saat itu ia semakin sadar bahwa untuk menjadi seorang dosen, dirinya masih muda.

Emosi-emosinya masih harus banyak dikekang agar jangan sampai tercuat keluar karena kemudaan usianya itu.

Lebih-lebih apabila ia berada dalam lingkup pergaulan di dalam kampus tempat ia mengajar itu, sebab ia berada di tempat itu karena tugasnya sebagai seorang dosen.

Citra seorang pengajar haruslah tampak melalui sikap dan tutur bahasanya.

Tetapi, berdiri di depan Tomi yang mempunyai banyak kesempatan untuk menatapinya, sungguh merupakan suatu siksaan karena ia tak mungkin dapat melampiaskan rasa tak suka atau bahkan rasa bencinya itu secara terang-terangan.

Karena pasti akan jelek akibatnya. Sebab bukan saja akan menurunkan penghargaan orang terhadapnya sebagai salah seorang tokoh pengajar di universitas itu, tetapi juga akan menimbulkan tanda tanya atau dugaan yang bukan-bukan saja di kepala orang yang mendengarnya.

Jadi bagaimana pun juga sebelnya Asti terhadap Tomi yang menatapinya sedemikian rupa, ia tetap menahan dirinya untuk tetap bersikap anggun dan sesuai dengan citra seorang pengajar.

Padahal kalau menilik usia mudanya, ingin sekali ia mengusir lelaki itu atau sedikitnya menyuruhnya duduk di kursi yang paling belakang.

Memang tidaklah mudah untuk tetap bersikap dewasa dan anggun pada usianya yang masih muda.

Atau dengan kata lain, memang tidaklah mudah menjadi dosen dengan murid-murid yang usia mereka tak terlalu jauh jaraknya dengan usianya.

Apalagi dengan beberapa mahasiswa yang usianya berada di atas usianya. Seperti Tomi misalnya. Atau seperti Ibu Ina, Ibu Susinah dan Pak Alex yang telah berusia empat puluhan itu.

Usai memberi kuliah, siang itu Asti langsung duduk di kursi untuk menopang kedua belah kakinya yang terasa pegal dan lemas.

Suatu hal yang ia tau betul bahwa itu disebabkan karena ketegangan mentalnya berada di muka Tomi selama sekian waktu lamanya.

Kini ia duduk menunggu sampai para mahasiswa keluar dengan pura-pura sibuk memeriksa lembar-lembar kertas dalam mapnya.

Lega rasanya sesudah ruangan menjadi kosong beberapa saat kemudian.

Asti lalu membereskan kertas-kertas yang tadi dibuka-bukanya untuk kemudian dimasukkannya ke dalam map kembali.

Tetapi belum lagi apa yang dilakukannya itu selesai, sesosok bayangan menimpa kertas-kertas di atas meja yang sedang diaturnya itu.

Kepalanya segera terangkat.

Di mukanya, berdiri Tomi yang menjulang tinggi.

Lelaki itu segera tersenyum manis begitu Asti menengadah ke arahnya.

“Bu Asti, biar pun sudah terlambat sehari, ijinkanlah saya mengucapkan selamat ulang tahun yang ke tiga puluh!” katanya sambil mengulurkan tangannya.

Mau tak mau Asti terpaksa membalas uluran tangan itu dan menerima ucapan selamat dari lelaki itu.

“Terimakasih…” sahutnya, singkat saja. Heh, pikirnya jengkel, tau-taunya jumlah umurku! (wkwkwk….😜).

“Apakah Bu Asti sudah menerima kiriman bunga dari saya?” Tomi berkata lagi.

Asti tidak segera menjawab. Ia berdiri dari tempatnya duduk dan meraih tasnya.

Sedangkan mapnya yang sudah rapi dipeluknya dengan sebelah tangan.

Sesudah ia merasa siap untuk meninggalkan tempat itu, barulah kepalanya menoleh ke arah Tomi.

“Sudah. Terimakasih!” sahutnya dengan suara enggan.

“Tetapi semestinya Saudara tidak perlu melakukan hal itu!”

“Saya menganggap itu perlu, Bu Asti!” Tomi membantah.

“Sebab berkat Ibu Asti lah saya sekarang menjadi lebih rajin mengikuti kuliah karena menyadari manfaatnya hadir sendiri untuk bertatap muka dengan dosen, sehingga mampu menyerap ilmu secara lebih baik.

Juga berkat Ibu pulalah saya sekarang sadar bahwa usia saya sudah tidak pantas lagi menjadi seorang mahasiswa. Apalagi mahasiswa abadi seperti saya ini!”

Asti tidak ingin memberi komentar terhadap kata-kata Tomi. Sebab pasti panjang buntutnya. Jadi ia memilih pergi.

“Selamat siang!” katanya.

Tomi tidak mau membuang kesempatan yang ada itu dengan menyusul di belakang Asti.

Melihat itu, Asti mempercepat langkah kakinya. Apalagi Tomi mengejarnya dengan pertanyaan yang membuatnya semakin jengkel.

“Ibu menyukai mawar putih kan? Di kebun rumah Ibu, saya lihat mawar putihnya segar dan cantik-cantik!” kata lelaki itu.

Asti masih tetap tidak mau memberi komentar. Tetapi Tomi tidak mau tahu itu.

“Bu, kalau Ibu suka, nanti kalau saya pulang dari atlas, akan saya oleh-olehi pohon mawar putih dari beberapa macam jenis.”

Merasa terganggu, kali ini Asti menghentikan langkah kakinya dengan mendadak. Hampir saja Tomi menabraknya dari belakang.

*

*

‘Saudara Tomi, saya memang menyukai mawar…” kata Asti tidak perduli berdiri hampir berdekatan dengan Tomi.

“Tetapi saya akan berterimakasih kalau Saudara tidak membawakan saya mawar entah dari atlas entah dari mana pun juga.

Saya tidak mempunyai waktu untuk mengurusinya. Dan saya berharap kamu ingat baik-baik apa yang saya sampaikan.

"Saya akan dengan senang hati mau mengurusinya untuk Ibu!” Tomi menawarkan jasanya.

Asti menarik nafas panjang. Bahunya menurun karena jengkel.

Tomi nyata-nyata ingin mencari perhatiannya dan terus melibatkan dirinya. Sungguh menyebalkan!

“Tidak perlu, Saudara Tomi!” desisnya, mulai melampiaskan rasa jengkelnya. Ia sudah tidak mampu lagi menahan dirinya.

“Pokoknya saya tidak ingin menambah pohon bunga mawar barang sebatang pun di kebun rumah orang tua saya.

Cukup jelas kan keterangan saya ini!”

Tetap pada saat Asti sedang melampiaskan kemarahannya, dari ujung lorong muncul Pak Eko.

Dosen tampan yang menaruh hati kepada Asti, ia langsung melihat apa yang terjadi kendati ia tidak mendengar apa yang dikatakan oleh gadis itu kepada mahasiswanya yang ganteng itu.

Tetapi jelas sekali sikap dari air mukanya tampak jengkel sekali. Karenanya ia mempercepat langkah kakinya dan menghampiri kedua orang itu.

“Ada apa Dik Asti?” tanyanya begitu sampai ke dekat Asti.

Lelaki itu bertanya kepada Asti tapi pandang matanya mengarah kepada Tomi dan memandanginya dengan tatapan menyelidik.

Asti kaget mengetahui ada orang lain di dekatnya. Apalagi orang itu adalah Pak Eko.

Betapa pun marahnya ia kepada Tomi, itu adalah urusan pribadinya. Jangan sampai orang lain mengetahuinya.

“Ah, tidak apa-apa kok Mas. Biasa, urusan pengajaran!” sahutnya. Kemudian ia pura-pura terkejut dan mengangkat pergelangan tangannya untuk melihat arlojinya.

“Wah, aku harus buru-buru pulang. Selamat siang Mas Eko. Selamat siang Saudara Tomi!”

“Selamat siang, Bu Asti!” Tomi bergumam perlahan.

Tetapi Pak Eko tidak menjawab ucapan selamat siang Asti. Sebagai gantinya, ia menawari jasa mengantarkannya pulang.

“Dik Asti, ku lihat pagi tadi kau datang dengan taksi. Bagaimana kalau ku antar pulang?”

“Tidak usah Mas. Aku terburu-buru begini justru karena mau dijemput oleh ayahku.

Pasti beliau sudah ada didepan sana. Kalau terlalu lama menunggu, bisa-bisa aku di semprot.

Ayo ah, aku pergi dulu!”.

Melihat Asti melangkah dengan gerakan cepat memperhatikan ketergesaannya namun tanpa kehilangan keluwesannya berjalan dan tetap dengan gerakan tubuh yang memukau karena bentuk tubuhnya yang indah itu, baik Pak Eko maupun Tomi menatap gadis itu sampai tubuhnya lenyap di balik tembok.

Sesudah pemandangan indah tadi lenyap, Tomi menoleh kearah Pak Eko. Tepat saat itu Pak Eko juga sedang menoleh ke arahnya. Tomi lalu tersenyum.

Tetapi Pak Eko tidak membalas senyum lelaki muda itu. Sebagai gantinya lelaki itu menatapi Tomi lagi seperti tadi dengan pandangan menyelidik.

“Saudara dari fakultas apa?” tanyanya.

“Dari psikologi, Pak”

“Jadi Saudara yang bernama Tomi ya? tadi saya dengar Ibu Asti menyebut nama Saudara!”

“Iya, Pak.”

Tomi menjawab pertanyaan Pak Eko sambil berpikir. Rupanya, lelaki yang banyak mengajar di fakultas ekonomi itu sudah pernah mendengar namanya kendati belum pernah menjadi mahasiswanya.

“Apakah Saudara sudah mengetahui bahwa ada sedikit desas-desus mengenai Saudara?”

“Maksud Bapak?”

“Saya akan langsung mengatakannya!” Ada sebagian orang yang bercerita mengenai kelakuan Saudara di ruang kuliah apabila Ibu Asti yang sedang mengajar.”

“Kelakuan saya? Apakah ada yang seharusnya tidak saya lakukan dan saya tidak menyadarinya, Pak?” Tomi menjawab sambil berpikir lagi.

Rupanya telinga-telinga orang-orang di kampus ini cukup tajam. Entah apa yang didengar oleh Pak Eko itu. Dan entah apa pula penilaiannya, Tomi ingin tahu.

“Saudara mencoba menarik perhatian Ibu Asti dengan berbagai macam hal. Sejak dari pertanyaan-pertanyaan yang diajukan sampai kepada hal-hal yang seharusnnya tidak perlu dikemukakan dalam ruang kuliah, karena relevansinya dengan materi yang diajarkan saat itu belum ada!” Pak Eko menjawab dengan terus-terang.

“Tetapi apa pun kebenarannya dan apa pun ketidak benarannya, bukan itu yang menjadi persoalan bagi saya.

Yang ingin saya garis bawahi adalah harapan saya agar Saudara lebih jauh berpikir, jangan berbuat sesuatu yang sekirannya akan dapat menodai nama baik Ibu Asti!”

“Saya tidak bermaksud demikian..”

“Itu pasti!”

Pak Eko memotong bicara Tomi yang belum selesai bicara.

“Justru karena itulah saya sekarang berbicara begini kepada Saudara.

Memang benar, hak setiap individulah untuk menaruh perhatian khusus terhadap siapa pun. Terhadap dosennya sekali pun.

Dan bukan salah seorang mahasiswa kalau dia tertarik kepada seorang dosen yang amat menarik seperti halnya Ibu Asti.

Tetapi ingat, tempat ini adalah kampus. Kalau seseorang berada di tempat ini sebagai mahasiswa, ya berlaku dan bersikaplah seperti seorang mahasiswa jika berhadapan dengan dosennya.

Jangan membuatnya merasa tersudut!”

Tomi mulai merasa tersinggung oleh perkataan Pak Eko yang begitu terus-terang itu.

Namun bagaimana pun ia menghargainya karena berbicara secara terbuka dengan seseorang betapa pun tidak enaknya isi bicaranya, masih tetap merupakan sesuatu yang fair sifatnya.

Dan itu lebih mudah diatasi secara rasional.

“Saya mengerti maksud baik Bapak,” sahut Tomi kemudian.

“Tetapi harap Bapak ketahui bahwa saya tidak pernah ingin menyudutkan Ibu Asti!”

“Lalu kenapa beliau tadi marah kepada Saudara?”

Tomi agak tertegun. Sejujurnya ia harus mengakui bahwa selama ini ia memang ingin sekali meraih perhatian Asti sehingga tanpa disadarinya ia telah menyudutkannya agar gadis itu memalingkan mata ke arahnya.

Bukankah mengirimkannya rangkaian bunga mawar putih itu juga bagian dari usahanya? Dan bukankah pula usahanya belajar mati-matian mengenai mata kuliah yang diajarkan oleh dosennya yang cantik itu pun merupakan bagian dari hasratnya meraih perhatian gadis itu sampai-sampai ia lupa bahwa ada hal-hal yang menyebabkan yang bersangkutan itu merasa tersudut.

Adanya desas-desus bernada spekulatif yang berasal dari godaan teman-temannya itu misalnya.

Sampai-sampai Pak Eko pun mendengarnya.

Namun meskipun Tomi merasa bersalah, pada wajahnya hal itu tak kelihatan.

Pikirnya, apa pun juga itu semua, orang lain tidak perlu tahu. Sebab bukan urusan mereka, melainkan urusannya sendiri.

Berpikir seperti itu, Tomi langsung mengangkat kepalanya dan menatap Pak Eko.

“Kemarahan Bu Asti tadi karena masalah paper, Pak!” katanya berdusta.

“Saya belum menyerahkan tugas saya dan beliau marah karena hal semacam ini sudah kedua kalinya terjadi. Alasan yang saya ajukan ditolaknya, sehingga tentu saja saya memprotesnya karena alasan saya itu bukan sesuatu yang mengada-ngada.

Tetapi ternyata, beliau tadi malah marah!”.

Pak Eko mencerna sesaat perkataan Tomi, kemudian ia menganggukkan kepalanya. Air mukanya yang semula tampak tegang, mulai mengendur.

“Baiklah, Saudara Tomi. Saya tidak akan memperpanjang masalah ini!” katanya kemudian.

“Cuma saya harap agar Saudara lebih berwawasan luas untuk tidak menempatkan Bu Asti pada posisi yang tidak menyenangkan.

Tetapi kalau hal itu masih tetap berlanjut, saya akan meminta pertanggung jawaban kepada Saudara!”.

Usai berkata seperti itu, Pak Eko langsung membalikkan tubuhnya dan melangkah pergi. Dan Tomi pun termangu-mangu seorang diri.

Dalam hatinya ia mempunyai lintasan dugaan yang kuat, bahwa entah sedikit entah banyak, Pak Eko menaruh perasaan tertentu kepada Ibu Asti.

Itu artinya, ia mempunyai saingan yang amat berat!...(Si Tomi ada saingan nich wkwkwkwk😜).

*

Pikiran itu menggelisahkan hati Tomi sedemikian kuatnya. Sebab pada saat itu kesadarannya telah berhadapan dengan kenyataan di mana ia harus mengakui kepada dirinya sendiri bahwa ia mencintai Asti.

Memang pada awalnya ia hanya merasa tertarik dan gemas terhadap gadis muda yang berlaku sebagai orang tua dalam profesinya sebagai dosen itu.

Tidak pernah ia melihat apalagi berhadapan muka dengan seorang gadis seunik Asti.

Sekarang ia tahu bahwa gadis yang dicintainya itu bukan saja berada di seberang jangkauan tangannya, tetapi juga menjadi gadis yang dicintai oleh Pak Eko.

Sewajarnyalah kalau Tomi menjadi gelisah karena hal itu.

Di kampus ini, Pak Eko terkenal karena ketampanan dan kepribadiannya yang telah menarik banyak perhatian para mahasiswi sedangkan Tomi hanyalah seorang mahasiswa yang dikenal sebagai mahasiswa penggoda dosen muda yang cantik itu.

Kalau Asti berpikir secara rasional, pasti ia akan jauh lebih memilih Pak Eko.

Terpopuler

Comments

༄༅⃟𝐐ahNyaak moon.༐༐༅⃟𝓮𝓵

༄༅⃟𝐐ahNyaak moon.༐༐༅⃟𝓮𝓵

maklum lah tom, kan bnyak kang jilat.. 🤣🤣

2022-12-21

2

🇦 ​🇹 ​🇯 ​🇺

🇦 ​🇹 ​🇯 ​🇺

ya pasti semangat lah belajar nya wong dosen nya cantik pujaan hati babang tomi

2022-12-20

1

🍒⃞⃟🦅ˡᵃαռռαᴾᴳ ֟፝ ꯭⑉꯭͠ ࿐

🍒⃞⃟🦅ˡᵃαռռαᴾᴳ ֟፝ ꯭⑉꯭͠ ࿐

makin pinter ngocehnya ya tom😆😆😆🤣🤣

2022-12-14

4

lihat semua
Episodes
1 Pengunduran Diri Asti
2 Asti Mengenang Masa Lalu
3 Ayah Kecewa Dengan Keputusan Asti
4 Asti Melamar Jadi Dosen
5 Asti Diminta Untuk Segera Menikah
6 Tamu misterius yang kurang Sopan.
7 Tamu Misterius Kurang Sopan 2
8 Mahasiswa Yang Tidak Mengenali Dosennya
9 Kemarahan Asti yang terpendam
10 Bab. 10.Permohonan Maaf Tomi
11 Bab.11. Hukuman Buat Tomi
12 Bab.12. Keinginan Asti Untuk Melanjutkan Study
13 Bab 13. Pak Eko Naksir Sama Asti
14 Bab 14. Asti Merasa Terkekang
15 Bab 15 Perdebatan Ibu Dan Asti.
16 Bab 16 Asti Mulai Beraktifitas Di Kampus.
17 Tomi Memperkenalkan Dirinya Di ruang Kuliah
18 Tomi Menantang Asti
19 Senyum Kemenangan Tomi
20 Kegelisahan Hati Tomi
21 Ketika Buaya Ketemu Pawangnya
22 Syarat Dari Asti
23 Bab 23 Tomi Merasa Kehilangan Asti.
24 Bab 24 Hati Tomi Yang Bergelora.
25 Bab 25 Tomi Tidak Sengaja Memeluk Asti.
26 Bab 26 Kekuatan Cinta Yang Mulai Mengganggu.
27 Bab 27 Pikiran Asti Mulai Goyah Atas Kehadiran Tomi.
28 Bab 28 Hubungan Kedua Sejoli Itu Semakin Dekat Tanpa Mereka Sadari.
29 Bab 29 Asti Terlalu Melawan Dengan Bathinnya Sendiri.
30 Bab 30 Tomi Menyatakan Cintanya.
31 Bab 31 Hari Apes Pak Eko.
32 Bab 32 Penolakan Asti Secara Halus.
33 Bab 33 Pesona Asti Dimata Pak Eko.
34 Bab 34 Tomi Pamit Kepada Asti.
35 Bab 35 Curahan Isi Hati Tomi.
36 Bab 36 Asti Merasa Kehilangan.
37 Bab 37 Kecerobohan Pak Eko.
38 Bab 38 Menghindari Ajakan Pak Eko.
39 Bab 39 Surat Dari Tomi.
40 Asti Liburan Mendadak
41 Asti Malu Malu Kucing
42 Asti Di Gerogoti Dua Jenis Penyakit
43 Asti Mengalami Kecelakaan
44 Asti Di Larikan Ke Rumah Sakit
45 Suara Dokter Yang Mirip Dengan Suara Tomi
46 Asti Terkejut Ternyata Tomi Seorang Dokter
47 Asti Sangat Marah Karena Merasa Dipermainkan
48 Asti Mengalami Perasaan Aneh Terhadap Tomi
49 Asti Mencari Informasi Mengenai Tomi
50 Rasa Cemburu Yang Semakin Membesar
51 Asti Di Goda Kakak Sepupunya
52 Tomi Cemburu
53 Asti Yang Mempunyai Sifat Manja
54 Pergolakan Bathin Pada Diri Tomi
55 Asti Seperti Petasan Injak
56 Tomi Penasaran Dengan Aryanto
57 Bagaikan Ombak Yang Menghepaskan Batu Karang
58 Asti Check Up Ke Dokter
59 Hati Tomi Sudah Dicuri Asti
60 Ternyata Dokter Indah Ada Hati Kepada Tomi
61 Cobaan Apa Lagi Ini
62 Tomi Merayu Asti
63 Asti Berdamai Dengan Hatinya Sendiri
64 Jalan Yang Berliku- Liku
65 Asti Cemburu Kepada Dokter Indah
66 Kerinduan Yang Berbaur Luapan Kemesraan
67 Pernyataan Cinta Yang Masih Menggantung
68 Rasa Yang Belum Terungkap
69 Perbicangan Dari Hati ke Hati
70 Rasa Ini Tak Tertahan
71 Tomi Bernyanyi
72 Kecemburuan Dokter Indah Terhadap Tomi
73 Kekesalan Indah
74 Terluka Tapi Tak Berdarah
75 Lebih Baik Sakit Gigi Daripada Sakit Hati
76 Jalan-Jalan Ke Malioboro
77 Berburu aksesoris
78 Aku Bukan Pujangga
79 Pesan Erik Pada Indah
80 Kumpul Di Rumah Eyang
81 Eyang Menitipkan Asti Pada Tomi
82 Mahasiswa Tukang Gombal
83 Asti Pulang Ke Jakarta
84 Tomi Si Alien Tampan
85 Group Bucin
86 Gelang Yang Indah Untuk Si Cantik
87 Kocak nya Geng Bucin
88 Pertemuan Tak Terduga
89 Pertemuan Rudy dan Fyth
90 Group Chat Ralove
91 Fyth Ingin Curhat
92 Ternyata Rudy Masih Mencintai Fyth
93 Persahabatan Yang Saling Mengingatkan Dan Saling Mendoakan
94 Mungkin Jodoh Kita Masih Di Jaga Sama Orang Lain.
95 Cafe Ralove
96 Makanan Dan Minuman Favorit
97 Balasan Cinta Asti
98 Keseruan Group Ralove
99 Perjodohan Di Group Ralove
100 Janji Temu Di Restoran Arkara Hinata.
101 Suasana Di Restoran Arkara Hinata
102 Permohonan Maaf Rudy
103 Bersatunya Kembali Kisah Lama
104 Bab 104 Kabar Bahagia Fyth Dan Rudy
105 Saling Merasa Nyaman Antara Satu dan Lainnya
106 Ara Panggilan Sayang Baru
107 Janjian Makan Siang
108 Ramainya Group Ralove
109 Ralove Merupakan Satu Kesatuan Dalam Menjalin Pertemanan.
110 Rencana Kegiatan Amal
111 Maryam Kecelakaan
112 Perkenalan Maryam Dan Yudha
113 Yudha Mengantar Maryam pulang
114 Kedekatan Yudha Pada Keluarga Maryam
115 Liburan Melepas Masa Lajang
116 Panggilan Sayang Asti Di Keluarga Tomi
117 Meleleh Hati Hatae
118 Acara Barbeque Group Ralove
119 Persahabatan Bagai Kepompong
120 TM Nembak Asma
121 Buka Dulu Topeng Mu
122 Persiapan Acara Lamaran
123 Tomi Nervous
124 Tomi Dan Asti Resmi Bertunangan
125 Mengerti Dan Memahami Profesi Pasangan
126 Perkenalan Aryanto Dengan Group Ralove
127 Jomblo Ngenes
128 Akhirnya Ucup Dan Anny, Sah
129 Menikahimu
130 Rencana Keberangkatan Tomi
131 keberangkatan Tomi
132 Sesaknya Nafas Di Dadaku
133 Pelipur Hati Yang Lara
134 Rencana Kopdar Di Cafe Ralove
135 Suster Mirah dan Suster Novie, Asisten dokter Tomi
136 Pembicaraan dokter Atalim Dan dokter Tyas
137 Rahasia Aryanto Dan Maryam
138 Bab 138. Saling Menjodohkan
139 Bab.139 Tomi Menempati Mess
140 Bab 140. Tersenyum Dia Nya Padaku
141 Bab 141. Desti Naksir Pak Eko
142 Bab 142. Long Distance Relationship
143 Bab 143 Strategi Pak Eko
144 Bab 144. Kejujuran Asti
145 Bab 145 Hancurnya Hati Pak Eko
146 Bab 146 Mantra Endah
147 Bab 147 Speed Terhantam Gelombang.
148 Bab 148 Tomi Tidak Di Temukan.
149 Bab 149 Firasat Tidak Baik.
150 Bab 150 Asti Tertusuk Duri.
151 Bab 151 Tomi Belum Di Temukan.
152 Bab 152 Tomi Di Temukan Nelayan.
153 Bab 153 Kamu Siapa? Saya Dimana?
154 Bab 154 Asti..Asti..Asti..
155 Bab 155 Nama Yang Sama.
156 Bab 156 Mendapat Kabar Tidak Baik.
157 Bab 157 Keyakinan Keluarga Tomi Selamat.
158 Bab 158 Perhatian Papa dan Riki.
159 Bab 159 Nomor Yang Ada Tuju Tidak Bisa Di Hubungi.
160 Bab 160 Hanya Air Mata Yang Mengalir.
161 Bab 161 Ya Allah, Jaga Dan Lindungi Tomi.
162 Bab 162 Asti Berdoa Untuk Keselamatan Tomi.
163 Bab 163 Rencana Bapak Dan Ibu.
164 Bab 164 Semua Keluarga Merasakan Kesedihan.
165 Bab 165 Asti Berangkat Ke Kendari.
166 Bab 166 Asti Memiliki Teman- Teman Yang Baik.
167 Bab 167 Fyth, Indri, Asma Menuju Rumah Asti.
168 Bab 168 Asti Dan Riki Tiba Di Kendari.
169 Bab 169 Ketemu Suster Novie.
170 Bab 170 Mas Tomi Kamu Di Mana?
171 Bab 171 Munajat Asti Untuk Tomi.
172 Bab 172 Keberadaan Tomi Belum Di Ketahui.
173 Bab 173 Asti Merindukan Saat -Saat Bersama Tomi.
174 Bab 174 Memandang Foto Tomi.
175 Bab 175 Asti Bertemu dokter Atalim.
176 Bab 176 dokter Tyas Berusaha Menenangkan Asti.
177 Bab 177 Riki Berinisiatif Mencari Sendiri Keberadaan Tomi.
178 Bab 178 Rencana Riki
179 Bab 179 Telfon Dari Aryanto.
180 Bab 180 Tomi Merasa Familiar Dengan Nama Tomi.
181 Bab 181 Sosok Wanita Di Mimpi Tomi.
182 Bab 182 Ngeles Kaya Bajaj.
183 Bab 183 Bella Ada Hati Sama Tomi.
184 Bab 184 Bella Merasa Kesal.
185 Bab 185 Siapa Perempuan Yang Bernama Asti.
186 Bab 186 Renungan Bella.
187 Bab 187 Arya Dan Rya Merancanakan Pernikahan.
188 Bab 188 Persiapan Keberangkatan Riki.
189 Bab 189. Tiba Di Kendari.
190 Bab 190 Perjalanan Menggunakan Speedboat
191 Bab 191 Si Pelang.
192 Bab 192 Mendapat Kabar Keberadaan Tomi.
193 Bab 193 Tomi Berusaha Mengingat Dirinya.
194 Bab 194 Tomi Belum Mengenali Mereka Bertiga.
195 Bab 195 Tomi Melihat Foto Dirinya.
196 Bab 196 Bella Ingin Ikut Ke Jakarta.
197 Bab 197 Riki Merasa Terharu.
198 Bab 198 Asti Sangat Bersyukur.
199 Bab 199 Tomi Masuk IGD
200 Bab 200 Bella Ketemu Asti
201 Bab 201 Tomi Merasa Bersyukur.
202 Bab 202 Bella Merasa Sakit Hati.
203 Bab 203 Berkumpul Dan Bersama Lagi.
204 Bab 204 Toke Ikan
205 Bab 205 Syukuran.
206 Bab 206 Shalat berjama'ah.
207 Bab 207 Ada perasaan tidak rela di hati Bella
208 Bab 208 Konsep Pernikahan.
209 Bab 209 Seharian Bersama Tomi.
210 Bab 210 Kata Sepakat.
211 Bab 211 Persiapan pernikahan.
212 Bab 212 Rencana Aryanto.
213 Bab 213 Calon Mantu
214 Bab 214 Nasehat Eyang.
215 Bab 215. Kesibukan Mama Tomi.
216 Bab 216 Acara siraman Tomi Dan Asti
217 Bab 217 Akad Nikah.
218 Bab 218 Obrolan Asti Dan Tomi
Episodes

Updated 218 Episodes

1
Pengunduran Diri Asti
2
Asti Mengenang Masa Lalu
3
Ayah Kecewa Dengan Keputusan Asti
4
Asti Melamar Jadi Dosen
5
Asti Diminta Untuk Segera Menikah
6
Tamu misterius yang kurang Sopan.
7
Tamu Misterius Kurang Sopan 2
8
Mahasiswa Yang Tidak Mengenali Dosennya
9
Kemarahan Asti yang terpendam
10
Bab. 10.Permohonan Maaf Tomi
11
Bab.11. Hukuman Buat Tomi
12
Bab.12. Keinginan Asti Untuk Melanjutkan Study
13
Bab 13. Pak Eko Naksir Sama Asti
14
Bab 14. Asti Merasa Terkekang
15
Bab 15 Perdebatan Ibu Dan Asti.
16
Bab 16 Asti Mulai Beraktifitas Di Kampus.
17
Tomi Memperkenalkan Dirinya Di ruang Kuliah
18
Tomi Menantang Asti
19
Senyum Kemenangan Tomi
20
Kegelisahan Hati Tomi
21
Ketika Buaya Ketemu Pawangnya
22
Syarat Dari Asti
23
Bab 23 Tomi Merasa Kehilangan Asti.
24
Bab 24 Hati Tomi Yang Bergelora.
25
Bab 25 Tomi Tidak Sengaja Memeluk Asti.
26
Bab 26 Kekuatan Cinta Yang Mulai Mengganggu.
27
Bab 27 Pikiran Asti Mulai Goyah Atas Kehadiran Tomi.
28
Bab 28 Hubungan Kedua Sejoli Itu Semakin Dekat Tanpa Mereka Sadari.
29
Bab 29 Asti Terlalu Melawan Dengan Bathinnya Sendiri.
30
Bab 30 Tomi Menyatakan Cintanya.
31
Bab 31 Hari Apes Pak Eko.
32
Bab 32 Penolakan Asti Secara Halus.
33
Bab 33 Pesona Asti Dimata Pak Eko.
34
Bab 34 Tomi Pamit Kepada Asti.
35
Bab 35 Curahan Isi Hati Tomi.
36
Bab 36 Asti Merasa Kehilangan.
37
Bab 37 Kecerobohan Pak Eko.
38
Bab 38 Menghindari Ajakan Pak Eko.
39
Bab 39 Surat Dari Tomi.
40
Asti Liburan Mendadak
41
Asti Malu Malu Kucing
42
Asti Di Gerogoti Dua Jenis Penyakit
43
Asti Mengalami Kecelakaan
44
Asti Di Larikan Ke Rumah Sakit
45
Suara Dokter Yang Mirip Dengan Suara Tomi
46
Asti Terkejut Ternyata Tomi Seorang Dokter
47
Asti Sangat Marah Karena Merasa Dipermainkan
48
Asti Mengalami Perasaan Aneh Terhadap Tomi
49
Asti Mencari Informasi Mengenai Tomi
50
Rasa Cemburu Yang Semakin Membesar
51
Asti Di Goda Kakak Sepupunya
52
Tomi Cemburu
53
Asti Yang Mempunyai Sifat Manja
54
Pergolakan Bathin Pada Diri Tomi
55
Asti Seperti Petasan Injak
56
Tomi Penasaran Dengan Aryanto
57
Bagaikan Ombak Yang Menghepaskan Batu Karang
58
Asti Check Up Ke Dokter
59
Hati Tomi Sudah Dicuri Asti
60
Ternyata Dokter Indah Ada Hati Kepada Tomi
61
Cobaan Apa Lagi Ini
62
Tomi Merayu Asti
63
Asti Berdamai Dengan Hatinya Sendiri
64
Jalan Yang Berliku- Liku
65
Asti Cemburu Kepada Dokter Indah
66
Kerinduan Yang Berbaur Luapan Kemesraan
67
Pernyataan Cinta Yang Masih Menggantung
68
Rasa Yang Belum Terungkap
69
Perbicangan Dari Hati ke Hati
70
Rasa Ini Tak Tertahan
71
Tomi Bernyanyi
72
Kecemburuan Dokter Indah Terhadap Tomi
73
Kekesalan Indah
74
Terluka Tapi Tak Berdarah
75
Lebih Baik Sakit Gigi Daripada Sakit Hati
76
Jalan-Jalan Ke Malioboro
77
Berburu aksesoris
78
Aku Bukan Pujangga
79
Pesan Erik Pada Indah
80
Kumpul Di Rumah Eyang
81
Eyang Menitipkan Asti Pada Tomi
82
Mahasiswa Tukang Gombal
83
Asti Pulang Ke Jakarta
84
Tomi Si Alien Tampan
85
Group Bucin
86
Gelang Yang Indah Untuk Si Cantik
87
Kocak nya Geng Bucin
88
Pertemuan Tak Terduga
89
Pertemuan Rudy dan Fyth
90
Group Chat Ralove
91
Fyth Ingin Curhat
92
Ternyata Rudy Masih Mencintai Fyth
93
Persahabatan Yang Saling Mengingatkan Dan Saling Mendoakan
94
Mungkin Jodoh Kita Masih Di Jaga Sama Orang Lain.
95
Cafe Ralove
96
Makanan Dan Minuman Favorit
97
Balasan Cinta Asti
98
Keseruan Group Ralove
99
Perjodohan Di Group Ralove
100
Janji Temu Di Restoran Arkara Hinata.
101
Suasana Di Restoran Arkara Hinata
102
Permohonan Maaf Rudy
103
Bersatunya Kembali Kisah Lama
104
Bab 104 Kabar Bahagia Fyth Dan Rudy
105
Saling Merasa Nyaman Antara Satu dan Lainnya
106
Ara Panggilan Sayang Baru
107
Janjian Makan Siang
108
Ramainya Group Ralove
109
Ralove Merupakan Satu Kesatuan Dalam Menjalin Pertemanan.
110
Rencana Kegiatan Amal
111
Maryam Kecelakaan
112
Perkenalan Maryam Dan Yudha
113
Yudha Mengantar Maryam pulang
114
Kedekatan Yudha Pada Keluarga Maryam
115
Liburan Melepas Masa Lajang
116
Panggilan Sayang Asti Di Keluarga Tomi
117
Meleleh Hati Hatae
118
Acara Barbeque Group Ralove
119
Persahabatan Bagai Kepompong
120
TM Nembak Asma
121
Buka Dulu Topeng Mu
122
Persiapan Acara Lamaran
123
Tomi Nervous
124
Tomi Dan Asti Resmi Bertunangan
125
Mengerti Dan Memahami Profesi Pasangan
126
Perkenalan Aryanto Dengan Group Ralove
127
Jomblo Ngenes
128
Akhirnya Ucup Dan Anny, Sah
129
Menikahimu
130
Rencana Keberangkatan Tomi
131
keberangkatan Tomi
132
Sesaknya Nafas Di Dadaku
133
Pelipur Hati Yang Lara
134
Rencana Kopdar Di Cafe Ralove
135
Suster Mirah dan Suster Novie, Asisten dokter Tomi
136
Pembicaraan dokter Atalim Dan dokter Tyas
137
Rahasia Aryanto Dan Maryam
138
Bab 138. Saling Menjodohkan
139
Bab.139 Tomi Menempati Mess
140
Bab 140. Tersenyum Dia Nya Padaku
141
Bab 141. Desti Naksir Pak Eko
142
Bab 142. Long Distance Relationship
143
Bab 143 Strategi Pak Eko
144
Bab 144. Kejujuran Asti
145
Bab 145 Hancurnya Hati Pak Eko
146
Bab 146 Mantra Endah
147
Bab 147 Speed Terhantam Gelombang.
148
Bab 148 Tomi Tidak Di Temukan.
149
Bab 149 Firasat Tidak Baik.
150
Bab 150 Asti Tertusuk Duri.
151
Bab 151 Tomi Belum Di Temukan.
152
Bab 152 Tomi Di Temukan Nelayan.
153
Bab 153 Kamu Siapa? Saya Dimana?
154
Bab 154 Asti..Asti..Asti..
155
Bab 155 Nama Yang Sama.
156
Bab 156 Mendapat Kabar Tidak Baik.
157
Bab 157 Keyakinan Keluarga Tomi Selamat.
158
Bab 158 Perhatian Papa dan Riki.
159
Bab 159 Nomor Yang Ada Tuju Tidak Bisa Di Hubungi.
160
Bab 160 Hanya Air Mata Yang Mengalir.
161
Bab 161 Ya Allah, Jaga Dan Lindungi Tomi.
162
Bab 162 Asti Berdoa Untuk Keselamatan Tomi.
163
Bab 163 Rencana Bapak Dan Ibu.
164
Bab 164 Semua Keluarga Merasakan Kesedihan.
165
Bab 165 Asti Berangkat Ke Kendari.
166
Bab 166 Asti Memiliki Teman- Teman Yang Baik.
167
Bab 167 Fyth, Indri, Asma Menuju Rumah Asti.
168
Bab 168 Asti Dan Riki Tiba Di Kendari.
169
Bab 169 Ketemu Suster Novie.
170
Bab 170 Mas Tomi Kamu Di Mana?
171
Bab 171 Munajat Asti Untuk Tomi.
172
Bab 172 Keberadaan Tomi Belum Di Ketahui.
173
Bab 173 Asti Merindukan Saat -Saat Bersama Tomi.
174
Bab 174 Memandang Foto Tomi.
175
Bab 175 Asti Bertemu dokter Atalim.
176
Bab 176 dokter Tyas Berusaha Menenangkan Asti.
177
Bab 177 Riki Berinisiatif Mencari Sendiri Keberadaan Tomi.
178
Bab 178 Rencana Riki
179
Bab 179 Telfon Dari Aryanto.
180
Bab 180 Tomi Merasa Familiar Dengan Nama Tomi.
181
Bab 181 Sosok Wanita Di Mimpi Tomi.
182
Bab 182 Ngeles Kaya Bajaj.
183
Bab 183 Bella Ada Hati Sama Tomi.
184
Bab 184 Bella Merasa Kesal.
185
Bab 185 Siapa Perempuan Yang Bernama Asti.
186
Bab 186 Renungan Bella.
187
Bab 187 Arya Dan Rya Merancanakan Pernikahan.
188
Bab 188 Persiapan Keberangkatan Riki.
189
Bab 189. Tiba Di Kendari.
190
Bab 190 Perjalanan Menggunakan Speedboat
191
Bab 191 Si Pelang.
192
Bab 192 Mendapat Kabar Keberadaan Tomi.
193
Bab 193 Tomi Berusaha Mengingat Dirinya.
194
Bab 194 Tomi Belum Mengenali Mereka Bertiga.
195
Bab 195 Tomi Melihat Foto Dirinya.
196
Bab 196 Bella Ingin Ikut Ke Jakarta.
197
Bab 197 Riki Merasa Terharu.
198
Bab 198 Asti Sangat Bersyukur.
199
Bab 199 Tomi Masuk IGD
200
Bab 200 Bella Ketemu Asti
201
Bab 201 Tomi Merasa Bersyukur.
202
Bab 202 Bella Merasa Sakit Hati.
203
Bab 203 Berkumpul Dan Bersama Lagi.
204
Bab 204 Toke Ikan
205
Bab 205 Syukuran.
206
Bab 206 Shalat berjama'ah.
207
Bab 207 Ada perasaan tidak rela di hati Bella
208
Bab 208 Konsep Pernikahan.
209
Bab 209 Seharian Bersama Tomi.
210
Bab 210 Kata Sepakat.
211
Bab 211 Persiapan pernikahan.
212
Bab 212 Rencana Aryanto.
213
Bab 213 Calon Mantu
214
Bab 214 Nasehat Eyang.
215
Bab 215. Kesibukan Mama Tomi.
216
Bab 216 Acara siraman Tomi Dan Asti
217
Bab 217 Akad Nikah.
218
Bab 218 Obrolan Asti Dan Tomi

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!