Kali ini Asti mendengar nada tulus dari bicara Tomi. Tanpa di sadarinya, ia melirik ke arah lelaki itu.
"Tetapi ya kalau saya langsung pulang kerumah?''
katanya dengan suara sedikit lunak.
''Kalau tidak?''
''Kalau tidak, ya tidak apa- apa!'' sahut Tomi.
''Karena saya sudah mengatakan ingin menunjukkan rasa terima kasih saya kepada Ibu. Ke mana pun Ibu pergi saya akan mengantarkannya. Pendek kata siang ini saya menyediakan waktu untuk Bu Asti!''
Sambil berkata seperti itu, Tomi meraih tumpukan buku- buku yang di pinjam oleh Asti dari perpustakaan tadi. Kemudian ia menatap mata Asti dengan pandangan yang menyiratkan kemauan yang tak ingin di bantah.
*
*
Tetapi mana mau Asti menyerah begitu saja. Ia ingin meraih kembali tumpukan buku yang sekarang berada dalam pelukan tangan Tomi itu, nyaris merebutnya begitu saja sampai ia juga lupa bahwa dirinya berada di tempat itu sebagai seorang dosen yang sedang berhadapan dengan salah seorang mahasiswanya.
Untunglah serombongan mahasiswa yang lewat di dekat mereka telah mengingatkan Asti bahwa ia masih berada di kampus.
Karenanya ia segera menahan dirinya agar tidak memperlihatkan sikap kekanak-kanakan di tempat itu.
''Baiklah, ''
katanya kemudian dengan suara nyaris berbisik. Dan sikapnya berubah menjadi anggun meskipun air mukanya masih tetap kelihatan dingin tanpa perasaan.
''Langsung saja di masukkan ke dalam mobil!''
''Baik, Bu!''
Tomi tersenyum dalam hatinya, dan merasa berterima kasih kepada rombongan mahasiswa yang baru lewat itu. Sebab ia tahu apa yang kira- kira berada di dalam fikiran dan perasaan dosennya yang cantik itu. Tadi ia sudah menangkap gejala penolakan gadis itu. Dan begitu melihat mahasiswa - mahasiswa tadi lewat apalagi memberi salam
"selamat siang"
kepada sang dosen itu segera berubah sikap.
''Selamat siang!''
Tomi melihat senyuman mengembang di bibir Asti ketika gadis itu membalas salam dari mahasiswa-mahasiswanya tadi.
Dengan senyum kemenangan, Tomi melangkah melangkah mendahului Asti yang tampaknya sibuk sendirian sedang berusaha untuk bersikap wajar.
Apa yang di lihat Tomi dengan diam-diam itu memang tidak keliru.
Dengan susah- payah Asti berusaha agar sikapnya tampak wajar. Bahwa bukan hal aneh apabila ia meminta bantuan mahasiswanya untuk membawakan barang- barangnya. Hal semacam itu bisa terjadi di mana-mana. Dan ia berharap para mahasiswa yang lewat tadi pun berpandangan yang sama.
Suatu harapan yang wajar. Sebab Asti melalui firasatnya mengetahui bahwa di balik punggungnya ada sebagian mahasiswa yang menggoda Tomi.
Dan godaan itu jelas berkaitan dengan dirinya. Karena tidak sedikit mahasiswa dari beberapa jurusan di universitas itu mengetahui bagaimana Tomi selalu mencari perhatiannya dengan seringnya lelaki itu memonopoli pembicaraan di ruang kuliahnya.
Sepanjang perjalanan menuju ke rumahnya Asti tak mau bicara apa pun. Sekarang ia berada jauh dari jangkauan kampus tempat ia mengajar. Jadi ia tak lagi menahan dirinya agar bersikap sebagaimana seharusnya seorang dosen.
Peduli amat kalau dia ada di dekat Tomi tanpa ada kehadiran orang lain. Mau membisu, mau marah- marah itu terserah padanya.
Tetapi sayang, Asti tak memperhitungkan bahwa dengan dirinya berdiam diri itu, kehadiran Tomi yang duduk di sisinya itu jadi lebih terasakan .
Aroma wewangian lembut entah dari deodorantnya entah dari minyak wangi, entah dari rambutnya atau entah pula dari after shavernya, menyentuh hidung dan terasa nenyegarkan.Yang membuat fikiran Asti melayang entah ke mana dengan aroma harum maskulin ini.
Malah membuat debaran jantung nya lebih terpacu. .(dug,dug,dug bunyi jantung Asti), perasaan apa sich ini, sesal Asti.
Ia tak terlalu menghiraukan. Yang jelas, aroma itu adalah aroma maskulin yang lebih mengingatkannya bahwa ia berada di samping seorang lelaki ganteng, gagah dan yang entah sedikit entah banyak, menaruh perhatian khusus terhadapnya. Apapun sifat khusus itu, yang jelas telah membuat perasaan Asti mulai kalang kabut. Dan ia setengah mati membencinya, karena baru pertama kali inilah hal itu terjadi kepadanya.
Susahnya, ia tak tahu harus berbuat apa untuk mengatasinya!''
*
*
*
"Asti!''
Asti yang sedang menilai salah satu dari tumpukan karya tulis mahasiswanya langsung menghentikan kesibukannya demi ia mendengar namanya di sebut. Suara yang memanggilnya itu milik bibi nya Lastri.
"Asti!''
sekali lagi terdengar suara Bi Lastri memanggilnya. Nadanya terdengar mendesak.
Asti menutup fulpennya sambil menghela napas panjang. Ia merasa jengkel kesibukkanya terganggu.
Dengan langkah kaki ogah- ogahan, Asti keluar dari kamarnya dan segera ke depan.
Melihat Asti muncul, bi Lastri langsung mengatakan apa yang tadi tersimpan dalam hatinya.
''Ada kiriman bunga untukmu"
Bi,,Lastri, Sekaligus mengingatkanku bahwa hari ini hari ulang tahunmu!'' katanya kemudian mencium kedua belah pipinya satu- persatu.
'' Selamat ulang tahun Asti". Kadonya nanti sore ya. Kan hari ulang tahun mu masih separuh hari lebih !''
''Terima kasih !''
Asti tersenyum.. "Kalo tak sempat beli kado untukku, uang nya aja boleh kog!''
''Dasar mata duitan!''
Asti tertawa...
"Tuh lihat ada kiriman bunga untukmu itu. Tadi aku yang menandatangani penerimaannya. Habis lama betul kamu keluar dari kamar!''
Diingatkan tentang kiriman bunga untuknya, Asti mengembalikan perhatian nya ke arah semula.
Di atas meja sudut, ia melihat karangan bunga yang seluruhnya terdiri dari rangkaian mawar putih. Bunganya besar- besar dan masih segar, seolah baru saja di petik.
"Cantik sekali."
Entah siapa yang mengirimnya bunga.
''Dari Ibu dan Bapak ya Bi''?
tanyanya sambil mendekati rangkaian mawar putih itu.
''Bukan, dari pengaggumu barangkali, aku belum pernah mendengar nama itu kau sebut di rumah ini!''
'' Siapa nama pengirim bunga itu, Bi?"
tanyanya kemudian.
''Hartomo!''
Asti tertegun. Darimana lelaki itu tahu hari ini hari ulang tahunnya, pikirnya.
Lastri yang mengetahui bahwa sang ponakan masih belum mau mengikatkan hatinya dengan seseorang yang khusus, menatap wajah cantik didekatnya itu dengan penuh perhatian.
Kerenanya, ia juga sempat menyaksikan perubahan air mukanya.
"Siapa Tomi Hartomo, Asti?" tanyanya menyelidik.
"Seorang mahasiswa ku!"Sahut Asti mencoba bersikap wajar,,
"Wah!..penuh perhatian betul murid mu itu Asti!.."Bi Lastri melontarkan komentarnya dengan suara mengandung arti.
Asti membuang mukanya ketempat lain, khawatir pipinya tampak merah. Sebab, komentar sang bibi itu telah membuat pipinya terasa agak hangat.
"Mungkin cuma sebagai tanda terimakasih terhadap dosennya!" Sahutnya tanpa memandang wajah Bi Lastri.
"Biasa toh? Kita dulukan juga sering memberi sesuatu sebagai kenangan dan tanda terimakasih kepada Guru!.."
"Tetapi tidak dengan kiriman bunga mawar!"
"Memangnya kenapa kalau bunga mawar, Bibi?"
"Mawarkan lambang cinta dan putih tanda ketulusan dan kesucian hati, Bibi tersenyum-senyum.
"Ahh itu pasti hanya suatu kebetulan saja. Pengirimnya, mahasiswaku lo Bik bukan sesama dosen!.. "Bantah Asti…
"Mahasiswa istimewa.."
"Hush!.Asti mencoba untuk tidak menjadi tersipu-sipu di goda oleh sang bibi itu.
"Jangan mengarang!..(Padahal dalam hati Asti sudah berbunga-bunga wkwkwk).
"Ini kenyataan lo Asti aku tidak mengarang!."Sahut Bi Lastri, masih dengan senyum menggodanya itu. Dia tahu hari ini ulang tahun mu.
"Mahasiswa mu yang lain apakah juga tahu? Ku rasa tidak!.. "
Pipi Asti terasa hangat kembali dan seperti tadi ia lekas-lekas membuang pandangannya ke arah lain agar bibi nya tidak melihat perubahan air mukanya.
"Mungkin dia mengetahui hal itu dari sekretariat secara kebetulan, Kartu-kartu identitasku kan tersimpan disana!.." Sahutnya asal saja.
Tetapi tiba-tiba ia teringat ketika ia memfotocopy kartu penduduknya diruang sekretariat. Pasti Tomi melihat kartu itu ketika pegawai sekretariat menarunya di atas meja!..Jadi jawabannya kepada Bi Lastri tadi rasanya taklah jauh dari kenyataan, pikirnya.
"Apapun itu Asti, aku mempunyai dugaan kuat bahwa mahasiswa mu itu mengagumi mu.." kata Bi Lastri lagi.
"Jangan ngawur lo bibi!..Malahan mungkin saja ia termasuk orang yang mempunyai problem semacam Oedipus complex!"
Bi Lastri bicara tanpa mengindahkan bantahan Asti.
"Hussssh.. Ngawur saja bibi ini!.."
"Itu mungkin saja lo Asti.
Berapa umur pemuda itu? 20 Tahun, atau 21 tahun?.."
Asti mengatupkan bibirnya
Pasti bibi akan semakin ceriwis kalau dia mengetahui bahwa mahasiswa yang mengirim bunga itu sudah berumur 30 tahun lebih!
"Hei, kok diam saja sih Asti?"
Bi Lastri menggelengkan kepalanya dan melirik sang ponakan dengan penuh perhatian.
"Aku harus bilang apa, bibi?" Asti mulai bersungut-sungut.
"Aku toh tidak minta dikirimin bunga. Dan aku juga tak tahu apa motif mahasiswa ku itu mengirimi ku mawar seperti ini.
Aku tak perduli apapun pendapat bibi, oke?"
"Kok tersinggung?.."
"Aku tidak tersinggung, hanya merasa terganggu oleh pendapat dan pertanyaan yang tak ada kaitannya dengan diri ku.
Bagiku seorang mahasiswa mengirimi bunga ataupun barang-barang lainnya untuk salah seorang dosennya, merupakan sesuatu yang wajar terjadi!.. "
Sahut Asti. "Jadi bibi tak perlu sibuk sediri dengan macam-macam dugaan bibi.."
"Tetapi mawar putih dan dengan kartu ucapan khusus itu?"
Bi lastri menunjuk kearah rangkaian bunga mawar puti yang memang tampak cantik berada di sudut rungan itu. Warna tirai jendela yang berwarna merah hati sungguh merupakan latar belakang yang kontras dan membentuk suatu perpaduan yang menawan.
"Ucapan khusus apa?"
"Bacalah kartu ucapannya dulu, baru kau memberi komentar atas kata-kata ku tadi!.."ujar Bi Lastri.
Asti membungkuk dan mengambil kartu dalam amplop yang terselip diantara rangkaian mawar putih itu.
Astri tersenyum simpul melihatnya.
"Maaf, aku tadi sudah lebih dulu membacanya!.."
Kata Bi Lastri.
Asti diam saja dan membuka kartu ucapan ditangannya untuk kemudian membacanya.
“Selamat Ulang Tahun."
Saya tahu, Anda menyukai mawar putih. Bunga itulah yang tergenggam di tangan Anda ketika pertama kalinya Saya melihat Anda.(degup jantung Asti berdetak tidak karuan hehe🥰…)
"Nahhh..gimana menurutmu Asti?"
Bi Lastri yang dengan sabar menunggu sampai Asti selesai membaca kartu ucapan selamat itu menyela pikiran Asti yang mendadak menjadi kacau oleh kata-kata ucapan dari Tomi.
Asti berusaha setengah mati menahan perasaannya mendengar pertanyaan bibi nya itu. Sebab apa yang di tulis oleh Tomi pada kartu ucapannya itu benar-benar membuatnya bingung. Rasanya, lelaki itu telah melangkahi batas hubungan antara seorang dosen dengan mahasiswanya.
Dan kalau mau jujur Asti harus mengakui bahwa ucapan selamat Tomi itu menyebabkan adanya cahaya berkelip-kelip yang muncul dari dasar hatinya. (Emangnya bintang berkelip-kelip wkwk🤩)
Padahal, kalimat yang di tulis oleh Tomi itu tak terlalu istimewa dan tak terlalu bersifat pribadi. Namun toh ia yakin bahwa apapun itu, Tomi seperti hendak menyiratkan bahwa ia menaruh perhatian yang bersifat amat khusus terhadapnya. Ingatannya tentang mawar putih yang digenggamnya waktu itu tampaknya terekam kuat dalam kepala lelaki itu.
Dan tanpa terlalu mengingat batasan yang ada di antara dirinya sebagai mahasiswa dan Asti sebagai dosennya, lelaki itu dengan sengaja dan tentu saja dengan keterusterangan, mengungkapkannya secara hitam di atas putih. Pada kartu bergambar ucapan selamat ulang tahun pula. Seolah hendak mengatakan bahwa ucapan dan kata-kata yang di tulisnya itu merupakan sesuatu yang sungguh istimewa.
"Heiiii….. Kok diam saja sih Asti?"
Suara Bi Lastri yang terdengar tak sabar memasuki telinga Asti dan segera mengenyahkan pikiran yang membuatnya bingung tadi.
"Apa katamu tadi?"
Asti membalikan tubuhnya.
"Nah, kau tampak kacau!"
Bi Lastri menyeringai lebar. Sampai-sampai tak mendengar perkataan ku!..
"Aku masih memikirkan pekerjaan ku di kamar bibi!"
Asti berusaha lagi agar sikapnya kembali wajar. Setidaknya, jangan sampai pipinya menjadi merah oleh godaan sang bibi itu.
"Kamu sih mengganggu ku dengan hal sepele begini. Aku berani memastikan bahwa kau tidak sedang tidak memikirkan pekerjaan mu.
Tetapi memikirkan pengirim bunga itu!.."
Asti menggerakkan tubuhnya agar dapat menatap mata bibi nya. Ia harus bisa menguasai dirinya dengan baik saat ini. Sebab kalau tidak, bisa-bisa orang serumah akan memikirkan siapa yang mengirim mawar putih itu. Padahal ia tidak ingin nama Tomi di sebut-sebut dalam rumah ini.
Ia ingin mengembalikan ketenangan hidupnya seperti semula ketika lelaki itu belum di kenalnya. Ia juga ingin bersikap rasional seperti biasanya. Kalau pun aku memikirkannya, katanya dengan sikap bersungguh-sungguh agar Bi Lastri mau mendengar kata-katanya dengan serius. Itu karena aku harus memikirkan sesuatu cara agar mahasiswaku yang bernama Tomi itu bersikap lebih proporsional.
"Sebab boleh jadi, dia seperti yang kau sangka itu mengalami semacam keadaan Oedipus compleks. Kalau iya, sebagai dosennya akukan harus melakukan sesuatu agar keadaan semacam itu tak berlarut-larut!"
Bi Lastri mulai bersikap serius, persis sebagaimana yang di harapkan oleh Asti demi mendengar kata-kata seperti itu.
"Mudah-mudahan kau dapat mengatasinya, Asti." kata Bi Lastri.
"Sebab kasihan sekali kalau anak bermasalah seperti itu di biarkan saja. Bisa-bisa kelak dia mempunyai istri yang seumur Ibunya!"
Asti menganggukan kepalanya, menahan agar ia jangan tersenyum sendiri ketika membayangkan bagaimana wajah Bi Lastri kalau tahu mahasiswa pengirim bunga mawar itu bukan seorang remaja melainkan seorang lelaki dewasa yang ganteng, gagah dan amat menarik.
"Ahh..barang kali juga tidak akan sampai sedemikian jauhnya, bibi!.. Katanya sekenanya. Itukan hanya semacam penyakit musiman. Biasakan seorang murid merasa kagum kepada gurunya yang dianggapnya serba bisa dan serba tahu.
"Nanti perasaan seperti itukan akan hilang dengan sendirinya seiring dengan perkembangan mentalnya. Jadi sudahlah. Aku mau kembali ke kamarku dulu!"
Usai berbicara seperti itu, Asti bergerak melangkah pergi. Tetapi ketika ia sudah berada di dalam kamarnya, sulit sekali baginya mengembalikan dirinya agar kembali menekuni pekerjaannya lagi. Ingatannya kembali melayang ke sosok Tomi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 218 Episodes
Comments
༄༅⃟𝐐ahNyaak moon.༐༐༅⃟𝓮𝓵
kenceng amat bunyinya bu dosen.. 🤭
2022-12-21
1
🇦 🇹 🇯 🇺
yng dapet kiriman bunga dari babang tomi sampai ga emut buat ngelakuin pekerjaan nya lg malah terbayang bayang babang tomi
2022-12-20
0
⸙ᵍᵏ•ᴋͫᴇͣɪͬɴͨɴͪᴀͤʀᷞᴀᷞ•Kᵝ⃟ᴸ
di jantung asti ada yg main dram nih 🤣🤣🤣 goda trus bi Lastri biar asti sadar
2022-12-18
2