'' Satu lagi,'' Asti berkata dengan suara lemah.
seperti halnya ilmu- ilmu lainnya yang mempunyai cara kerjanya sendiri, demikian juga filsafat manusia cara kerja tertentu.
Coba sebutkan beberapa metode filsafat manusia.!''
''Semuanya? Maksud saya, juga termasuk filsafat kuno?''
''Ya, semuanya. Dan jelaskan secara terperinci!''
Tomi menarik napas panjang lagi.
''Wah, Bu Asti ini tampaknya benar- benar ingin mengujiku, pikir Tomi, sambil berpikir seperti itu, Tomi mulai menjawab semua pertanyaan Asti dengan lancar.
Bahkan juga ketika Asti menyudutkan dengan pertanyaan yang paling rumit pun akhirnya Tomy mampu menjawab semuanya dengan cukup baik.
(Dalam hati Tomi, terima kasih Asti karena pengen dekat dirimu aku jadi bersemangat dalam belajar, semuanya ku jalani asal selalu bersama mu).
iih so sweet banget🥰.
Masih ada lagi, Bu Asti tanyanya dengan nada menantang yang terdengar nyata.
''Cukup!'' Asti melirik arlojinya. Saudara boleh keluar.''
''Terima kasih.'' Tomi menjawab sambil berdiri.
Air mukanya menunjukan rasa puasnya.
Apakah saya sudah tahu berapa nilai saya untuk ujian mata kuliah ini..?
Belum!..Asti menjawab pendek.
''Tetapi...?
''Tetapi apa ?'' Asti menyela bicara Tomi dengan dahi berkerut.
Saudara merasa puas karena menganggap pertanyaan yang di ajukan kepada saudara tadi bisa saudara jawab dengan lancar ?. Jangan terlalu besar hati dulu. Ada beberapa hal yang saudara tidak jelaskan secara lebih terperinci !''
''Saya memakai pandangan sebagai seorang mahasiswa yang bukan mahasiswa jurusan filsafat, Bu !''
Tomi mengingatkan.
Asti mengatupkan bibirnya beberapa saat lamanya.
Entah mengapa, selalu saja ia ingin marah dan menumpahkan rasa jengkelnya kepada lelaki dihadapannya itu. Tetapi tentu saja itu tidak boleh, di sini ia berdiri sebagai dosen. Bukan sebagai diri pribadi Asti.
''Bagaimana pun juga, nilai ujian semester hanya menghasilkan tiga puluh persen dari nilai keseluruhan pada akhir semester !' katanya kemudian .
Tomi tertawa lebar.
''Setidaknya, perjuangan saya sudah saya mulai tanpa sia- sia, Bu Asti ujar Tomi.
Asti menatap mata lelaki itu dengan pandangan mata tajam seolah membuat Tomi bergidik (sereeem bathin Tomi dalam hati, tapi kamu makin cantik aja kalau marah begini🤩).
Kita baru sampai pada separuh dari semesteran yang harus Saudara tempuh!
katanya..
Belum lagi mencapai tujuh puluh lima persen dari seluruh tatap muka kita di ruang kuliah.
Jadi masih perlu di buktikan lagi apakah untuk setengah semester berikutnya Saudara masih tetap akan rajin seperti sekarang !''
Jangan khawatir, Bu Asti . Sekali seseorang jatuh terperosok, dia tidak akam mengulangi jalan di tempat ia bisa terperosok lagi .!''
Bagus itu. Saya lihat, Saudara sebenarnya mempunyai kemauan yang baik dan daya juang yang patut di hargai !''
Sahut Asti. Boleh saya tahu, siapa orang tua Saudara?''
Orang tua saya datang dari keluarga prajurit, Bu Asti.
Ayah saya pensiunan Mayor Jenderal Angkatan Darat.
Dan Ibu saya, putri seorang pejuang yang meninggal dalam perang kemerdekaan.'' Tomi menjawab dengan suara takzim.
Asti menatap Tomi dengan pandangan menghargai.
Ternyata Saudara datang dari keluarga yang tinggi dedikasinya terhadap nusa dan bangsa!'' komentarnya kemudian.
''Dan menilik hasil ujian saudara baru saja tadi, juga mendengar jawaban- jawaban maupun pertanyaan yang pernah saudara ucapkan di ruang kuliah, saya mengambil kesimpulan bahwa Saudara sebenarnya berotak cerdas dan memiliki cukup daya juang. Nah saran saya. Realisasikan itu semua secara kongkret pada tempat dan waktu yang tepat dan benar. Jangan membuang- buang waktu lagi. Mentang- mentang Saudara anak orang kaya dan bisa memakai mobil bagus kemana- mana dan berpakaian parlente begini.
Janganlah mengira masa muda seorang manusia itu akan sampai seribu tahun lamanya. Maaf kalau saya ikut campur urusan pribadi Saudara, tetapi saya merasa tak enak kalau tidak mengatakan bahwa melihat usia Saudara, seharusnya Saudara sudah beberapa tahun yang silam meninggalkan bangku kuliah. Jangan sia- siakan perjuangan orang tua dan kakek Saudara.!''
Tomi menganggukkan kepalanya dan menyembunyikan senyum yang nyaris terkuak dari bibirnya. Ia merasa lucu di nasehati oleh seorang gadis yang lebih muda darinya dan saat itu bersikap seperti orang tua.
Terima kasih atas nasehat Bu Asti!''
Katanya kemudian untuk segera berlalu dari ruang ujian itu.
Tampak sekali ia ingin buru- buru keluar dan melepaskan tawa yang sedang di tahan- tahannya itu.
Kalau tidak ingat apa pun, maulah Asti melempar punggung gagah yang sedang bergerak ke arah pintu itu dengan sepatunya. Tampaknya, Tomi itu selalu menganggapnya seperti anak kecil yang sedang berlagak menjadi orang tua. Meskipun di tutupinya, tetapi Asti masih bisa melihatnya.
Sungguh, bukan main letihnya ia menghadapi manusia satu itu. Menghadapi mahasiswa- mahasiswa lainnya, ia dapat bersikap santai dan wajar. Tetapi menghadapi Tomi, ia bukan saja kehilangan ketenangan bathinnya, tetapi juga mengacaukan emosinya.
Dan itu sesuatu yang tak pernah di alaminya sebelum ini!
Merasa ketenangannya semakin terancam, Asti mulai mencoba menghindari perjumpaan- perjumpaan dengan Tomi di luar ruang kuliah. Setiap matanya seperti melihat bayangan Tomi, ia segera memutar mencari jalan lain. Kalau kebetulan ada di perpustakaan misalnya, dan melihat Tomi sedang berjalan ke arah tempat itu, ia segera keluar dari pintu lain. Begitu seterusnya
(seperti maen petak umpet aja Asti hehehe😜).
Lama- kelamaan, ia merasa cape sendiri, sehingga akhirnya ia kembali bersikap semula, yaitu membiarkan saja perjumpaan- perjumpaan yang entah di sengaja entah tidak itu terjadi. Dengan demikian, ia juga terpaksa membiarkan Tomi tersenyum manis kepadanya sambil menyapa hangat seperti biasanya.
Selamat siang, Bu Asti!'' atau mau pulang Bu Asti..?
Pada suatu siang, ketika Asti sedang di sekretariat dan meminta bantuan salah seorang dari pegawai tata usaha di tempat itu untuk memfotocopy kan kartu tanda penduduknya. Tomi masuk ke tempat yang sama dengan beberapa lembar kertas catatan di tangannya. Melihat Asti ada di tempat itu, ia tersenyum manis seperti biasanya kalau mereka bertemu.
Selamat siang, Bu Asti!''
sapanya.
Selamat siang!''
Asti menjawab pendek mengalihkan pandang matanya ke arah sudut, tempat pegawai tata usaha itu sedang memfotocopy kartu tanda penduduknya tadi.
Belum pulang, Bu?''
Sebentar lagi, menunggu fotocopyan itu.
Saya juga mau titip catatan ini untuk di fotocopy.
Tolong ya pak Jaya, besok pagi saya ambil sekalian membayar ongkosnya!''
Tomi bicara kepada ke dua orang sekaligus.
Seharusnya mahasiswa tidak boleh memfotocopy di sini, Mas''!
sahut pak Jaya.
Tetapi di depan sana, dekat perpustakaan.!''
Ah, sekalian dengan yang punya Bu Asti, pak Jaya. Hanya untuk sekali ini saja.!
Sungguh lho ya!''
Sungguh !''
Tomi menjawab kata- kata pak Jaya tadi. Kemudian menoleh kembali ke arah Asti.
Saya juga akan pulang, Bu. Apakah saya boleh mengantar Ibu pulang?''
Terima kasih...
Asti menjawab dengan cepat.
Saya membawa...''
Belum selesai Asti mengatakan membawa mobil'' sebagai alasan untuk menolak tawaran lelaki itu, Tomi sudah menyela bicaranya.
Membawa buku- buku dari perpustakaan kan Bu?''
Kata lelaki itu sambil melirik tumpukan buku yang terletak di atas meja pemisah yang membatasi mereka dengan meja- meja di ruang sekretariat itu.
Saya tadi melihat Ibu meminjam sejumlah buku dari perpustakaan. Justru karena itulah saya ingin mengantar Ibu pulang sebab pagi tadi saya melihat Ibu turun dari kendaraan umum.''
Tahu aja nich bocah, klo aku tidak bawa mobil bathin asti.
Asti mengetatkan gerahamnya. Mobil ayahnya yang biasa di pakainya untuk pergi mengajar memang lagi di bawa ayahnya untuk servis bulanan.
Kesal dia bahwa mata Tomi begitu awasnya sampai tahu apa saja yang di lakukannya hari ini.
Lebih- lebih ketika lelaki itu menyudutkannya dengan kata- katanya yang sulit di bantah.
Membawa buku- buku sebanyak itu tentulah agak merepotkan kalau harus berdesakan di dalam bis yang sarat dengan penumpang !''
kata Tomi, menambah kejengkelan Asti.
Rupanya Saudara termasuk orang yang serba tahu!''
Kata Asti dengan suara dingin, melampiaskan rasa jengkelnya tadi.
Tomi tersenyum seolah tak mengerti bahwa dosenya itu lagi jengkel.!''
Hanya tentang hal- hal tertentu saja kok Bu!'' sahutnya kalem. Sebab kalau benar saya ini serba tahu, tentunya sudah tidak kuliah lagi, Bu!''
''Syukurlah kalau saudara sekarang sudah menyadari hal itu!''
Asti tak mau kalah bicara. Perhatiannya tercurah kepada Tomi sehingga tak menyadari pak Jaya telah meletakkan kartu tanda penduduk berikut fotocopyannya di atas meja. Meskipun kesadarannya itu datangnya agak terlambat. Tetapi daripada tidak, dan daripada hanya tahu hal- hal yang mudah di dapat saja bukan?''
Alis mata Tomi terangkat. Seperti ketika mereka berdua di ruang ujian beberapa waktu lalu kali ini pun kedua bola mata lelaki itu tampak geli sementara bibirnya menahan senyum waktu mendengar teguran Asti.
Untunglah Asti tak melihatnya.
Apa yang Ibu maksud dengan hal- hal yang mudah di dapat ?''
Lelaki itu bertanya sesudah menguasai rasa gelinya.
Berapa banyaknya itu, saya tidak tahu!'' jawab Asti sejujurnya. Tetapi yang jelas, saudara menikmati kemudahan- kemudahan atau fasilitas dari orang tua.
Untung sekarang Saudara sudah lebih memiliki kesadaran bahwa menikmati hasil perjuangan sendiri itu lebih memberi kepuasan bathin. Jadi saya harap kesadaran Saudara mengenai pentingnya kuliah juga menyulut semangat juang Saudara dan tidak lagi membuang- buang waktu. Ingat masa muda seorang manusia itu tidaklah lama!''
Tomi menganggukan kepalanya. Tanpa sengaja, matanya menemukan kartu tanda penduduk yang terletak di atas meja, tak jauh dari tempatnya berdiri. Ia merekam tanggal kelahiran Asti yang tertera pada kartu penduduk itu, sekaligus juga membuktikan kebenaran dugaannya selama ini bahwa Asti lebih muda daripada umurnya yang sudah tiga puluh satu tahun ini.
Terima kasih atas nasehat Bu Asti yang kesekian kalinya ini.!''
Sahut Tomi kemudian sambil menganggukkan kepalanya.
Saya sungguh beruntung di perhatikan sedemikian rupa oleh seorang dosen seperti Ibu Asti ini!''
(ini anak pinter banget membolak- balikkan kata- kata maksud hati Asti tadi mau menyindir Tomi eh malah dia yg kena).
Pipi Asti agak memerah mendengar ucapan Tomi tadi.
Perhatiannya di alihkan kembali kepada tujuannya datang ke ruang ini. Ketika melihat kartu penduduk dan fotocopyannya telah terletak di atas meja, diambilnya benda itu. Setelah mengeluar kan sejumlah uang untuk biaya memfotocopy KTP nya tadi, ia segera berlalu dari tempat itu.
Namun baru beberapa langkah ia keluar dari pintu, Tomi menyusul di sampingnya.
Urusan saya juga sudah selesai, Bu Asti.
Mari saya antar Ibu ke rumah!'' katanya.
Terima kasih !''
Sahut Asti masih tetap berjalan dengan langkah tetap, tanpa memperlihatkan bahwa sebenarnya ia merasa terganggu oleh kehadiran lelaki itu. Tetapi saya ingin naik kendaraan umum dan tidak suka merepotkan orang lain!''
Saya tidak merasa di repotkan, Bu. Justru saya merasa berterima kasih kepada Ibu, kalau Ibu mau saya antar kan pulang. Sebab dengan demikian saya mempunyai kesempatan untuk membalas kebaikan Ibu yang telah begitu memperhatikan saya!''
Asti melirik Tomi sejenak.
Kewajiban seorang dosen adalah memperhatikan mahasiswa- mahasiswanya!''
Katanya kemudian.
Lebih- lebih kalau mahasiswa itu memang perlu di perhatikan.
Tentu sudah banyak mahasiswa lain yang juga Ibu perhatikan dan Ibu nasehati !'' pancing Tomi.
Asti mengatupkan bibirnya sesaat merasa kejujuranya tertantang. Dan dia tak mau bersembunyi di balik kebohongan sebagus apa pun bentuknya.(kenapa ya aku selalu kalah berdebat dengan Tomi Bathin Asti).
Tidak!''
Baru sekali inilah saya memberi teguran kepada mahasiswa saya!''
Sahutnya terus terang, sesuai dengan kenyataan yang sebenarnya.
Wah, saya boleh berbangga hati?'' kalau begitu!''
Saudara berbangga hati ?''
Asti merasa kejengkelannya mulai memuncak. Lelaki satu ini sungguh menyebalkan. Suaranya terdengar mengandung godaan, tetapi sulit membuktikan apakah memang dia bermaksud menggodanya. Atau jangan- jangan hanya perasaan Asti saja yang berlebihan kepada Tomi.
Pikiran gadis itu bisa di mengerti. Berdekatan dengan Tomi, ia merasa rasionya tak berjalan dengan semestinya.
Sebaliknya, emosinya justru meloncat- loncat tidak karuan dan jantung nya berdebar- debar tidak semestinya.
Ya,,, Saya merasa bangga mendapat teguran dari Ibu, sebab itu artinya Ibu menaruh perhatian kepada saya.!''
Tomi menyela pikiran Asti.
Lagi- lagi Asti merasa dadanya bergolak di kacau oleh emosinya. Tomi bersikap seperti seorang mahasiswa yang baik dan tahu berterima kasih. Tetapi entah mengapa telinganya menangkap nada lain dari suara lelaki itu. Ada bunyi godaan yang setiap kali berbicara kepadanya, porsinya pun semakin bertambah!'' Susahnya, Asti tidak berani memastikan apakah telinganya betul menangkap nada menggoda itu, ataukah hanya karena perasaannya saja.
Melihat perubahan air muka Asti, Tomi menatap sisi wajah cantik yang berjalan di sampingnya itu.
Apakah rasa bangga itu keliru, Bu Asti tanyanya. Tidak bolehkah itu saya rasakan?''
''Saya tidak tahu!''
Asti menjawab dengan suara dingin.
Tetapi andaikata saya berada di tempat Saudara, saya merasa malu. Di banding teman- teman kuliah yang seangkatan, Saudara pasti sedikitnya berusia enam atau tujuh tahun di atas rata- rata mereka. Tetapi justru yang saya tegur adalah Saudara. Dan bukannya mereka!''
''Ooh begitu!''
Tomi menganggukkan kepalannya.
''Sudah beberapa kali Bu Asti mengingatkan keterlambatan saya sebagai mahasiswa. Saya akui, dalam hal ini Ibu tidak salah. Justru karena itulah sebagai murid yang tahu berterima kasih atas perhatian khusus ini, ijinkanlah saya untuk sekali ini mengantarkan Ibu pulang sampai ke rumah!''
Ini anak tidak kata menyerah ya bathin Asti.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 218 Episodes
Comments
🦋⃟ℛIke🦋Ⓩᴬ∙ᴴ࿐B⃟c
udah main kejar daku, kau ku tangkap aja 🤭
2023-01-02
1
༄༅⃟𝐐ahNyaak moon.༐༐༅⃟𝓮𝓵
mau juga di perjuangin kayak asti.. 🤧
2022-12-21
1
⸙ᵍᵏ•ᴋͫᴇͣɪͬɴͨɴͪᴀͤʀᷞᴀᷞ•Kᵝ⃟ᴸ
Semangay Tomi pepet trus 📢📢
🤣🤣🤣
2022-12-18
2