Justru karena pak Eko belum mengatakannya, maka aku ingin menunjukkan sikap yang akan membuatnya mengerti bahwa aku hanya menganggapnya sebagai seorang rekan saja, tidak lebih!"
Asti mengatakan pada ibu bahwa ia akan menjaga jarak dengan pak Eko sebelum pak Eko menyatakan perasaannya.
" Itu kau lakukan karena kau tidak mencintai pak Eko, bukan?''
Tanya ibu yang melihat sikap tegas Asti pada pak Eko.
" Tepat sekali, Bu! Asti tidak mencintai pak Eko dan tidak ingin memberikan harapan palsu padanya. "
Asti mengatakan jika Asti tidak mencintai pak Eko dan tidak ingin memberikan harapan pada pak Eko.
" Lalu lelaki seperti apakah yang kau nantikan, Asti ?
Sebaik dan seganteng nak Eko pun kau tolak! Lalu yang seperti apa lelaki yang kau inginkan? "
Tanya ibu yang merasa heran, karena Asti menolak laki-laki yang sempurna seperti pak Eko, menurut ibu.
Asti melirik pada ibunya sekejap dan memahami pemikiran perempuan setengah baya itu.
" Mungkin seorang laki-laki yang jauh dari kata ganteng, Bu! " kata Asti pada ibu.
Lalu Asti menyambung kata-katanya barusan pada ibu.
" Tetapi aku mencintainya dan ada sesuatu yang mengikatkan hati dan bathinku padanya."
" Kau terlalu bersikap romantis, Asti!''
Kata ibu dengan kesal setelah mendengar apa yang asi katakan.
" Itu tidak benar, Bu. Justru yang aku cari adalah sosok lelaki yang sederhana saja. Yang sepaham dan sepemikiran.
Rasanya hanya seperti itu saja."
Seloroh Asti santai pada ibunya.
" Tidak perlu harus yang ganteng, tidak perlu harus yang cemerlang otaknya, tidak perlu harus bisa berhasil dalam karirnya!
Yang terpenting dia menyayangi dan mencintai Asti dengan tulus, begitu pula Asti menyayangi dan mencintainya. "
Asti menyambung kata-katanya secara diplomatis pada ibu.
Asti mengatakan sambil tersenyum, seolah tengah membayangkan sosok lelaki impiannya.
*
''Ahh, terserahlah, Asti! Terserah mana yang baik menurutmu! "
Ibunya merasa jengkel berbaur bosan. Tak pernah ada akhir pembicaraan yang enak antara dirinya dengan Asti jika itu sudah menyangkut masalah kehidupan asmara.
" Pokoknya Ibu ingin kau segera memikirkan masa depanmu! Jangan hanya memikirkan pekerjaan dan kesenangan mu saja, ingat umur mu sudah berapa sekarang? "
Kata ibu dengan kesal karena Asti selalu punya jawaban dan alasan untuk membicarakan mengenai laki-laki.
'' Sudah, Bu. Apakah selama ini Ibu tidak melihat segala usahaku untuk mengisi kehidupan ini demi masa depanku? Aku sudah bekerja sebagai seorang dosen, dan sekarang sedang menambah ilmu dengan mengikuti kursus untuk menunjang pekerjaan ku. "
Asti menjawab pertanyaan ibu tentang apa yang terbaik untuk dirinya.
" Pura- pura tidak tahu maksud Ibu, dan tidak mau menjelaskan tentang siapa yang nanti akan menjadi pendamping hidupmu? "
Ibunya menggerutu melihat sikap Asti yang seperti tidak perduli dengan apa yang ibunya katakan.
" Padahal kamu tahu betul apa yang ibu bicarakan.
Ibu ingin segera melihatmu mempunyai seseorang yang nantinya akan menjadi pendamping hidupmu.
Jangan sampai kau jadi perawan tua! "
Ibu mengatakan dengan jelas apa keinginannya pada Asti.
Asti hanya diam saja. Kalau Ibunya sudah terang terangan mengatakan apa yang diinginkannya, pasti akan jadi panjang buntut pembicaraan mereka.
Sebab biasanya, Asti pasti akan terus membantahnya. Karena ia memang belum mau memikirkan hal -hal yang berkaitan dengan cinta atau semacam itu. Apalagi sampai ke jenjang perkawinan.
Asti masih ingin memiliki dirinya sendiri, Ingin bebas merealisasikan kemampuan dan potensi- potensi yang ada pada dirinya.
" Ah.. Mengapa ibu tidak mengerti keinginanku, selalu takut aku menjadi perawan tua. Menikah itu bukan sebuah tuntutan karena usia, tapi memang suatu hal yang terjadi karena jodoh sudah ada di depan mata.
Sebelum jodoh itu datang menghampiri, lebih baik aku isi kesendirianku dengan hal yang bermanfaat baik bagi diriku maupun untuk orang lain. "
Asti mencoba memberikan penjelasan pada ibunya tentang apa yang dia ingin lakukan saat ini tanpa harus memikirkan dan mencari jodoh hanya karena usianya yang tidak lagi muda.
Asti bukanya tak pernah pacaran sebelum ini.
Dulu semasa awal dia kuliah, ia pernah berpacaran dengan mahasiswa seniornya. Dan memang ada banyak keindahan dan kemanisan yang teruntai dalam rentang waktu hubungan mereka berdua. Tetapi ketika ia merasa dirinya di perbudak oleh perasaan- perasaan tak menyenangkan seperti rasa cemburu, rasa ingin dinomor satukan dan seterusnya.
Asti memberontak.
Asti tidak menyukai segala sesuatu yang mengekang dirinya dan kehidupannya.
Lebih- lebih ketika Asti merasa dituntut dari pihak kekasihnya.
Ada banyak larangan dan aturan yang harus Asti lakukan, dan hal itu membuat kebebasannya hilang.
Asti merasa tidak sanggup menjalankan hal-hal yang semacam mengikat dirinya tanpa dia bisa menolak atau memberontak.
Pergi dengan teman- temannya pun tak boleh.
Asti hanya bisa pergi jika dengan kekasihnya.
Seolah, dirinya harus menjadi milik sang kekasih sepenuhnya.
Asti seolah tidak diperbolehkan untuk berinteraksi dengan orang lain.
Belum lagi bila hubungan mereka meruncing dalam ketegangan, suasana menjadi serba salah dan tak menyenangkan lagi.
Seolah dirinyalah yang bersalah karena tidak mengikuti aturan yang diterapkan oleh kekasihnya.
Dan kemudian apabila berbaikan, ia harus berusaha untuk mengendalikan diri agar jangan sampai menoreh kembali luka- luka sebelumnya yang menyebabkan hubungan mereka retak.
Sungguh, sebuah hubungan yang sangat melelahkan dan membuang- buang waktu percuma saja.
Belum lagi prestasinya di bidang study melorot karenanya, membuat ia hilang konsentrasi dalam belajar.
Membuat Asti merasa sia-sia menjalani sebuah hubungan.
Seharusnya ia bisa lebih bersemangat dan berprestasi dalam belajar karena ada yang mensupport kegiatannya, tapi semua justru sebaliknya.
Berdasarkan pengalaman- pengalaman tak menyenangkan itulah akhirnya Asti memilih untuk membatasi dirinya agar jangan sampai jatuh cinta lagi.
Banyak hal- hal lain yang lebih berguna daripada berpacaran.
Asti mengisi waktu kesendiriannya dengan belajar agar bisa berprestasi, mengejar ketertinggalannya semasa ia berpacaran.
Ibunya yang sangat mengenal sifat Asti, tidak lagi berani mendahului memberi lampu hijau kepada Eko ketika lelaki itu datang lagi dan tidak berjumpa dengan Asti.
Berulang kali Eko datang dengan berusaha menemui Asti, bahkan sampai menyusul hingga ke tempat kursus bahasa Perancis yang waktu itu ia datangi, tapi Asti tidak berhasil dia temui.
Dengan begitu, sampai liburan akhir semester berakhir, Eko tak berhasil mengajak gadis itu pergi lagi.
Bahkan bertemu muka dengan Asti saja tidak bisa lagi.
Berulang kaki bertanya kepada ibunya dimana Asti berada, ibu Asti hanya menjawab tidak tahu dan Asti tidak memberitahukan dimana ia kursus ataupun les tambahan.
Hari- hari pertama tahun ajaran baru tidak terlalu banyak menyita tenaga dan pikiran Asti karena masih dalam masa ospek mahasiswa baru.
Sesudah masa itu berlalu, kegiatan rutin sebagaimana biasanya pun kembali di gelutinya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 218 Episodes
Comments
⸙ᵍᵏ•ᴋͫᴇͣɪͬɴͨɴͪᴀͤʀᷞᴀᷞ•Kᵝ⃟ᴸ
Pernikahan itu kehidupan panjang bu dngn 1 org yg sama, jadi bersabar yh bu, Ku jg gk suka sama pak Eko bu, 🤭
2022-12-16
0
nah, itu ibu tau
2022-12-11
2
@MeG4 ⍣⃝క🎸N⃟ʲᵃᵃ𝓐𝔂⃝❥
sabar bu mungkin asti pengen hidup bebas dulu, kalau udah nikah kan pasti terikat dan harus nurut sama suami, kalau di kampung usia 25 blum nikah udah pada rame bilang perawan tua😀
2022-12-02
3