Pak Eko dengan senang hati mengajak Asti menuju mobil yang diparkir dipinggir jalan.
Pak Eko tahu jika tadi Asti mencari-cari alasan untuk menolak ajakannya.
" Wah, nanti aku ditunggu- tunggu orang rumah Mas!''
Asti sempat menolak ajakan pak Eko, tapi pak Eko sudah ada cara untuk mewujudkan keinginannya agar bisa pergi bersama dengan Asti.
" Aku sudah minta ijin Ibumu, tadi.
Dan beliau mengijinkan, malah mengatakan bahwa kau perlu sedikit bersantai, masa terus- menerus belajar, bekerja dan sibuk dengan ini dan itu saja.
Begitu ibumu tadi mengatakan ke padaku!''
Kata pak Eko yang mempunyai alasan untuk mengajak Asti pergi malam ini.
" Ahh, Ibu, kenapa harus mengatakan hal itu pada mas Eko. Seharusnya ibu tidak memberi tahu mas Eko alamat tempat aku kursus, sehingga ia tak perlu menjemput aku. "
Asti menggerutu dalam hati, menyalahkan ibunya yang memberikan alamat kursusnya pada pak Eko.
Memang kemarin dulu ibunya sudah menyinggung tentang hal itu. Dan juga mengatakan bahwa sudah beberapa kali Eko datang mencarinya. Tetapi bahwa sang ibu juga memberi izin kepada lelaki itu untuk menjemputnya, apalagi mengajaknya menonton film, itu
sudah seperti akal- akalan nya Eko saja.
Ingin sekali menolak ajakan Pak Eko itu, dengan tujuan agar jangan sampai terjadi salah tafsir dari pak Eko, seolah Asti memberikan lampu hijau.
Tetapi Asti tak sampai hati. Lelaki itu sudah berulang kali kerumah nya dan pulang dengan kecewa. Dan sekarang, ia sengaja datang untuk menjemputnya.
Akhirnya dengan alasan telah mendapatkan izin dari ibu Asti, pak Eko berhasil mengajak Asti makan malam.
" Tidak apa, saat ini pergi makan malam dulu, lain kali pasti akan ada jalan untuk mengajaknya nonton, atau pada saat makan aku akan membujuknya untuk pergi nonton. "
Monolog pak Eko dalam hati sambil tersenyum penuh kemenangan.
Tadi pak Eko telah bersusah payah untuk membujuk Asti agar mau pergi bersamanya.
" Ayolah, Dik Asti, sekali ini saja dek Asti mau ikut dengan saya. "
Desak Eko ketika melihat Asti berdiri mematung dengan bimbang.
" Bagaimana kalau pada lain kesempatan, Mas?"
Dalam kebimbangannya, Asti masih mencoba untuk mengulur waktu dan mencari alasan untuk tidak jadi pergi bersama pak Eko.
" Kesempatan lain, akan kita isi lagi dengan acara yang lain Dik."
Kata pak Eko yang setengah memaksa Asti.
" Tetapi untuk kali ini saja ya Mas ...''
Akhirnya Asti mengalah.
Setelah Asti duduk disampingnya yang mengemudikan mobil, pak Eko melajukan mobilnya meninggalkan tempat Asti kursus.
Pak Eko mencari tempat makan yang nyaman bagi mereka berdua.
Saat mereka tengah makan, pak Eko kembali membujuk Asti untuk pergi menonton.
" Terus terang saja, aku tak begitu suka nonton film di bioskop, kurang santai."
ujar Asti.
" Tetapi ini filmnya benar- benar bagus kok Dik Asti.
Apa yang dikatakan oleh pak Eko memang tidak salah. Filmnya memang bagus dan Asti menyukainya.
Akhirnya Asti mengalah untuk pergi nonton bersama pak Eko, rencana hanya makan malam malah berlanjut nonton film.
Andai saja pergi nonton filmnya bersama orang tua dan keluarganya pasti akan lebih menyenangkan.
Bepergian dengan pak Eko membuatnya risih. Lelaki itu terlalu menerapkan aturan- aturan baku mengenai etiket pergaulan. Asti merasa terkekang dan tidak leluasa, sebab ia terpaksa harus mengimbanginya. Padahal dalam suasana santai, ia juga menginginkan suasananya santai pula.
Lebih- lebih selama ini terutama selama ia mempunyai peran sebagai seorang dosen, ia harus mampu menunjukkan diri maupun penampilannya sesuai dengan citra sebagai seorang pengajar.
Hal itu tidaklah mudah terus- menerus dilakukannya. Asti merasa jika dirinya masih muda.
Sesekali Asti ingin tampil dengan santai. Asti ingin merasakan kebebasan dimana ia boleh dan pantas berbuat sesuatu sesuai dengan keinginan dan gairah mudanya.
Bersikap anggun dan menampilkan citra sebagai pengajar didepan anak- anak muda yang usianya tak terpaut jauh dengan usianya sendiri, sungguh sering kali membuatnya merasa lelah lahir bathin.
Dan sekarang dalam kesempatan dimana ia boleh bersikap santai dan bebas. Ada sosok yang bernama Eko yang memperlakukannya sebagai seorang ''lady''.
Siapa yang tidak merasa kesal karenanya . Apalagi Asti tahu bahwa ia tidak boleh menunjukkan perasaan sebenarnya.
Bahwa bagaimana pun juga, ia tidak ingin merusak hubungan baik yang terjalin antara dirinya dengan pak Eko sebagai rekan sesama dosen.
Sesampainya dirumah, Asti langsung menumpahkan kekesalannya kepada ibunya begitu pak Eko pulang.
''Lain kali Ibu jangan memberitahu kemana Asti pergi kepada orang tadi, atau kepada siapapun yang mencari Asti.
Tapi terutama pada orang yang datang tadi. "
Kata Asti yang merasa kesal dengan apa yang pak Eko lakukan tadi.
" Katanya mau pulang cepat, kenapa malah jadi terlambat? " tanya ibu pada Asti.
" Ibu hanya kasihan kepadanya, Asti. Berulang kali datang mencarimu dan selalu hanya menjumpai Ibu!''
Kata ibu yang merasa kasihan pada pak Eko karena setiap ia datang, Asti tidak pernah ada dirumah.
" Apakah tidak lebih kasihan lagi kalau ia jadi menaruh harapan padahal harapan itu hanya harapan yang sia- sia? " tanya Asti pada ibu yang kesal karena ibu malah merasa kasihan pada pak Eko.
" Apakah dia menaruh hati kepadamu Asti?'' tanya ibu tidak percaya.
" Ya! Dan jelas sekali hal itu ditunjukkannya meskipun secara nyata walau dalam satu katapun ia belum pernah mengucapkannya!"
Sahut Asti terus- terang pada ibu agar ibu tahu maksud dan tujuan pak Eko mengajaknya.
" Tolong jangan beritahu lagi kemana Asti pergi jika ia datang kesini lagi.
Asti ingin mengisi liburan ini dengan memperdalam ilmu pengetahuan agar Asti bisa lebih baik saat mengajar para mahasiswa.
Asti juga tidak ingin dia salah paham pada Asti. "
Kata Asti menjelaskan pada ibu dan meminta ibu tidak memberitahu keberadaannya pada pak Eko.
Asti tidak ingin jika pak Eko merasa salah paham dengan memberinya kesempatan untuk menjemput dan mengajak Asti makan diluar, apalagi menemaninya nonton.
Asti tidak ingin memupuk harapan pak Eko pada dirinya, karena sedikitpun Asti tidak menaruh hati pada pak Eko.
" Mengapa mengambil kesimpulan seperti itu? Seharusnya jika pak Eko belum mengatakan apapun, kamu tidak perlu merasa bahwa pak Eko tertarik pada mu. "
Kata ibu pada Asti.
" Ibu rasa, kamu tidak perlu menghindar terus dari pak Eko, bersikaplah biasa saja, seolah kamu tidak tahu jika ia tertarik padamu, toh ia belum mengatakan apapun seperti yang kamu bilang tadi.
Tidak baik jika kamu terus menghindari pak Eko. " ibu bicara panjang lebar pada Asti agar Asti mau merubah sikapnya pada pak Eko dan tidak berusaha menghindari pak Eko lagi.
" Huff.. Susah juga bicara pada ibu.
Ibu tidak mengerti apa yang aku rasakan, tidak tahu bagaimana sikap pak Eko yang protektif dan mengekang kebebasanku. "
Asti berkata dalam hati mengeluhkan sikap ibu yang menyalahkan apa yang Asti lakukan pada pak Eko.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 218 Episodes
Comments
lah, g jd istrht lbih awal dong bu Asti 🙈
2022-12-11
3
@MeG4 ⍣⃝క🎸N⃟ʲᵃᵃ𝓐𝔂⃝❥
memang sih kalau kita jalan bareng sama orang yang ga kita suka jdi lari nya I'll feel juga sama orang nya, perasaan ga bisa dipaksa kan ibu, terserah asti aja yg menjalani,asti juga pasti punya pilihan dan penilaian sendiri
2022-12-02
3
andyyyyy
terlalu memaksa gk baik pak Eko
2022-12-01
3