Tempat itu terasa lengang, hening dan damai. Angin sore yang berhembus lembut ke arah pucuk-pucuk pohon dan tanaman hias yang segera bergoyang gemulai setiap tersentuh hembusannya memberi rasa keindahan tersendiri di sore yang cerah itu. Begitu pun setiap dedaunan di pucuk-pucuk pohon itu saling bersentuhan, desauan yang terdengar karena hembusan angin menambah semaraknya suasana di sore yang indah itu.
Sayang sekali, Asti tak mampu menikmati keindahan sore itu. Asti masih belum bisa mengenyahkan amarah yang tiap sebentar menyelinap dalam perasaannya. Rasa-rasanya, Asti masih ingin melampiaskan kemarahannya itu kepada lelaki yang saat ini masih setia berada dihadapannya. Sebab inilah untuk pertama kalinya keberadaan dirinya sebagai seorang dosen merasa ditantang.
Bagaimana mungkin ada mahasiswa yang tak pernah sekalipun mengikuti mata kuliahnya nyaris saja diperbolehkan mengikuti ujian akhir semester?
Asti sungguh tidak habis pikir dengan apa yang ia hadapi saat ini.
Jika bisa bersikap kasar, mungkin Asti akan melakukannya.
Tapi walau se marah apapun dia, Asti harus bisa menahan diri demi bisa menjaga wibawanya sebagai seorang dosen di mata mahasiswanya.
Bagaimana mungkin ia bisa berpikir senaif itu, dengan mengira bahwa mahasiswa-mahasiswanya tidak akan melakukan perbuatan sebagaimana yang dilakukan oleh Tomi.
Ah..ia terlalu mudah memakai ukuran bajunya untuk mengukur orang lain.
Mengira bahwa setiap orang akan bertanggung jawab mengerjakan pekerjaannya dengan baik.
Apalagi seorang mahasiswa yang usianya sudah bisa dikatakan dewasa melakukan sebuah kesalahan fatal dengan tidak mengikuti mata kuliah, tapi tiba-tiba datang meminta sebuah tanda tangan agar bisa mengikuti ujian.
Huufff... Asti menarik nafas untuk meringankan sedikit rasa sesak di dadanya karena menahan amarah.
Emosinya masih menguasai diri Asti.
Asti masih dapat membayangkan secara jelas bagaimana air muka dan sikap Tomi tadi mendadak berubah begitu mengetahui siapa dirinya.
Tomi terlihat begitu shock dan tidak percaya jika wanita yang ada di hadapannya dan dianggapnya seorang gadis belia merupakan seorang dosen yang dicarinya.
Sebenarnya Asti ingin tertawa, mentertawakan keterkejutan Tomi dan rasa malu Tomi terhadap dirinya, karena Tomi sudah salah mengira.
Tapi Asti harus menjaga wibawanya dihadapan Tomi.
Namun Asti juga masih dapat menghargai betapa lelaki muda itu cukup memiliki jiwa Ksatria dengan mengakui kesalahannya.
''Saya sungguh minta maaf kepada Ibu." Kata lelaki itu tadi.
" Sedikit pun saya tidak menyangka bahwa Ibu Asti masih semuda ini.
Itu merupakan kesalahan saya yang ke kedua.
Kesalahan saya yang Pertama, saya mengaku salah telah tidak mengikuti mata kuliah Ibu, padahal ketika mengajukan kartu rencana studi, mata kuliah itu saya tulis pada kartu itu.
Bahwa saya tak pernah menghadiri mata kuliah yang sudah saya ajukan, maka saya minta maaf sebesar-besarnya kepada Ibu!''
Tomi dengan gentle mengakui semua kesalahan yang dia lakukan pada Asti.
Sebenarnya, tadi menganggap Asti gadis belia bukan untuk mempermainkan ataupun melecehkan gadis itu.
Tomi hanya ingin bersikap ramah agar ia bisa dengan mudah bertemu dengan dosen yang ingin ditemuinya.
Tapi kali ini Tomi sedang kena apes, gadis belia yang dianggapnya sebagai adik sang dosen atau bahkan anak dari dosen yang dicarinya, ternyata itu justru dosen yang sedang ingin ditemuinya.
Meminta maaf dan mengakui sebuah kesalahan itu memang hal yang tidak mudah!'' kata Asti pada Tomi.
''Tetapi itu masih jauh lebih mudah daripada menyadari rasa tanggung jawab yang harus anda miliki.
Saya sungguh tidak menyangka Anda bisa berbuat demikian!''
Kata Asti yang melanjutkan kata-katanya untuk menyadarkan Tomi dengan kesalahan yang diperbuatnya.
Saya sadar dan menyadari sepenuhnya bahwa saya memang tidak bertanggung jawab, Bu. Tetapi itu ada alasannya--
" Saya sudah yakin pasti ada alasannya!'' Asti menyela kata-kata yang diucapkan oleh Tomi.
" Jika tidak ada alasan yang sangat mendesak, tidak mungkin sepanjang mata kuliah yang saya berikan selama satu semester ini, satu kali pun saudara tak pernah menghadirinya."
Asti menegaskan jika ia tahu Tomi memiliki suatu alasan mengapa ia tidak mengikuti mata kuliah yang diberikan oleh Asti selama satu semester ini.
Tapi apapun alasan itu, Asti tidak ingin mentolerir kesalahan yang Tomi lakukan. Karena kesalahan ini fatal dan tidak bisa di tolerir.
" Tetapi, seharusnya saudara menyadari bahwa perbuatan anda menuliskan mata kuliah dalam kartu Rencana Studi yang kemudian telah anda serahkan ke sekretariat tetapi tidak anda penuhi keharusan dan ketentuan yang berlaku, itu sungguh perbuatan yang tidak bertanggung jawab. Sebab kalau memang ada alasan kuat sampai saudara tak bisa mengikuti kuliah tersebut, anda bisa menangguhkan tahun depan. Minimal, Anda menghubungi dosen yang bersangkutan untuk mencarikan solusi mungkin ada alternatif lain yang bisa ditempuh untuk menyelesaikan kewajiban saudara sebagai seorang mahasiswa.
Misalnya dengan membuat paper dengan buku-buku yang ditunjuk oleh dosen tersebut.''
Asti menjelaskan jika Tomi tidak bisa mengikuti mata kuliah yang ia berikan, Tomi bisa berkomunikasi dengan Asti untuk mencari jalan keluar, bukan malah tidak hadir sama sekali dan menitipkan absen pada teman-temannya.
''Saya mengerti, Bu. Saya memang telah melakukan kesalahan karena tidak bertanggungjawab dengan Rencana Study yang sudah saya serahkan ke sekretariat!'' sahut Tomi dengan suara yang pelan dan kepala yang tertunduk.
" Dan--
''Tunggu dulu!''
Sebelum Tomi menyelesaikan kata-katanya, Asti memotong pembicaraan Tomi.
" Saya belum selesai bicara, Anda jangan menyela!''
Kata Asti dengan sedikit keras.
''Baik, Bu!'' Lelaki muda itu menganggukkan kepalanya dengan takzim.
Tetapi ada pancaran rasa geli yang sempat ditangkap oleh pandangan Asti dari kedua bola matanya. Dan itu yang membuat Asti semakin mendongkol.
''Ada satu kesalahan lagi yang menurut saya itu tidak pantas dilakukan oleh seorang mahasiswa. Apalagi mahasiswa seumur Saudara!''
kata Asti dengan suara yang sedikit ditekan.
" Dan itu pasti ada sanksinya, seandainya saya bermaksud melaporkan ke pembantu dekan yang lebih berwenang. Apakah Anda tahu apa kesalahan itu?''
Tanya Asti yang menatap Tomi yang sedikit menunduk.
" Maaf bu, saya tidak tahu. " sahut Tomi pelan.
Kini lelaki itu menatap lurus mata Asti yang mengandung amarah.
Sebenarnya apa yang di sampaikan bu Asti benar semuanya.
Aku yang harus memperbaiki semua kesalahan ku. Agar kedepannya aku bisa lebih baik lagi dalam mengikuti mata kuliah yang bu Asti ajarkan.
Dalam hati Tomi serem juga ya kalau bu Asti lagi marah bagaimana ya caranya agar bu Asti tidak marah lagi aku harus atur siasat agar bu Asti tidak marah lagi. Dan bisa menerima apa yang aku jelaskan semoga bu Asti memaklumi apa yang nanti aku sampaikan monolog Tomi dalam hati.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 218 Episodes
Comments
Unnie Evi✅
Pergi kuliah cuma sampai gerbang aja ya Tomi,buktinya kamu sering titip absen 😂😂😂
2023-01-12
0
ℛᵉˣℱᵅᵐⁱⳑʸʚɞ⃝🍀𝑬𝒓𝒊𝒛𝒂𝒀𝒖𝒖
masih bisa cari alasan apa lagi kamu, tomi?
2022-12-21
1
ℛᵉˣℱᵅᵐⁱⳑʸʚɞ⃝🍀𝑬𝒓𝒊𝒛𝒂𝒀𝒖𝒖
jadi malu sendiri. apa masih berani angkat kepala mu di depan asti, tomi?
2022-12-21
1