Lelaki itu mulai bersikap agak ramah demi melihat gadis yang di ajaknya bicara itu seperti enggan menghadapinya.
Dari pada ia tidak bisa bertemu dengan dosennya, lebih baik ia mengalah dengan bersikap ramah.
" Nah, jelaskan keperluan saya ini?
Ayolah Dik, tolong panggilkan Ibu Asti.
Saya betul-betul perlu bertemu dengan beliau, jika tidak bisa bertemu sore ini maka sia-sia usaha saya. "
Lelaki itu berkata dengan sedikit memelas, berusaha mencari simpati si gadis agar segera memanggil orang yang ingin ditemuinya.
Ia berharap bujukan nya pada si gadis kali ini bisa berhasil.
" Mengapa anda harus meminta tanda tangan darinya? Untuk keperluan apa? " tanya Asti masih belum mau berterus terang mengenai dirinya.
Asti masih ingin tahu, seberapa keras usaha lelaki itu ingin bertemu dengan dosennya.
" Siapa yang memberi saran kepada anda untuk menemui bu Asti? "
Asti terus memberikan pertanyaan pada lelaki itu, ia belum puas dan belum ingin berterus terang jika ia bu Asti, dosen yang sedang dicari oleh lelaki itu.
Asti berusaha menguji kesabaran lelaki yang ada didepannya.
'' Orang dari bagian sekretariat, Dik." jawab lelaki itu sambil menyeringai.
" Eh...besar juga rasa ingin tahu mu ya, Dik? Dari tadi kau banyak melontarkan pertanyaan, seperti seorang penyidik."
Lelaki itu mencoba berbicara lembut dan mencoba bercanda agar gadis itu tidak lagi banyak bertanya.
" Ayo lah, tolong panggilkan bu Asti. Tolong saya ya, dik? "
Lelaki itu terus merayu si gadis agar segera memanggil dosennya.
Asti hampir saja tak mampu menguasai kemarahannya. Lelaki di depannya itu bukan saja kurang ajar dan seenaknya sendiri, tetapi kedengarannya juga seperti seorang yang pemalas.
Orang sekretariat sampai mengharuskanya meminta tanda tangan darinya, tentulah karena lelaki itu tak memenuhi persyaratan untuk diperbolehkan mengikuti ujian mata kuliah nya.
Pasti tanda tangan daftar hadirnya tak memenuhi target yang seharusnya tidak kurang dari 75 persen kehadirannya di ruang kuliah. Entah itu pun tanda tangan siapa, harus ditanyakan lebih dahulu.
Sebab pada kenyataanya, lelaki itu tak mengenalinya sebagai dosen dalam mata kuliah yang akan di uji minggu depan itu.
Mungkin ia meminta temannya untuk mengisi absen, sementara ia entah berada dimana.
Mengingat akan hal itu, Asti semakin dongkol.
Mengapa masih ada mahasiswa yang tidak mau mengikuti mata kuliah, dan saat akan ujian mereka akan merasa kesulitan karena tidak memenuhi persyaratan untuk mengikuti ujian.
*
*
Jika Asti tak mengenali mahasiswanya, itu merupakan hal yang wajar.
Ada sekian banyak mahasiswa yang mengikuti kuliahnya sejak dari fakultas hukum, ekonomi, psikologi, dan fakultas lain sebagainya.
Tetapi jika mahasiswanya yang tidak mengenalinya, itu sungguh sangat keterlaluan, sebab berarti lelaki di depannya itu satu kalipun tak pernah hadir di ruang kuliah pada saat dia mengajar!
" Kalau begitu silakan duduk diteras itu dulu!" kata Asti kemudian sambil mengetatkan gerahamnya menahan amarah.
'' Tunggu sebentar, ibu Asti pasti akan menemui anda!" kata Asti mempersilahkan tamunya untuk menunggu diteras rumah.
" Wah, terima kasih banyak, dik. Sudah saya sangka, gadis secantik adik pasti cantik itu pula budinya.!''
Lelaki itu berterima kasih dan berusaha mengambil hati Asti karena ia sudah diperkenankan untuk duduk dan menunggu diteras.
Asti mengatupkan gerahamnya kuat-kuat agar jangan sampai kemarahannya yang sudah ada diujung lidahnya itu terlontar keluar. Dengan langkah lebar ia segera berbalik dan meninggalkan tamunya melalui pintu samping.
Sementara itu, sang tamu juga meninggalkan tempat itu, lelaki itu berjalan menuju ke arah teras depan yang teduh dan luas yang ditujukkan oleh Asti tadi.
Si lelaki mendudukkan bokongnya disebuah kursi.
Ia bersyukur akhirnya bisa duduk, kakinya terasa pegal karena tadi ia berdiri untuk meminta tolong pada si gadis agar memanggilkan dosennya.
Di kamarnya, Asti melepaskan ikatan rambutnya dengan perasaan jengkel yang masih menggumpal didalam dadanya.
Ia merapikan rambut dengan menyisir nya.
Asti membersihkan muka dengan mencuci mukanya, lalu diberinya sentuhan bedak dan dibubuhkan nya seulas lipstick di bibirnya yang indah. Kemudian celana pendeknya ditukar dengan gaun potongan feminim yang sederhana modelnya tetapi tampak anggun dan menawan melekat pada tubuh nya.
Asti berusaha menunjukkan pada si lelaki bahwa ia dosen yang dicari lelaki itu.
Setelah Asti merasa yakin pada penampilannya yang jauh berbeda daripada sebelumnya, Asti keluar menemui tamunya.
Seperti yang di duganya, ketika Asti muncul kembali di hadapan lelaki tadi, tamunya menatapnya dengan pandangan berbeda daripada pandangan yang semula. Ada sirat kekaguman dan penghargaan yang memancar dari kedua bola mata lelaki itu.
Bahkan sikapnya pun menjadi lebih manis entah di sadarinya ataupun tidak.
''Bagaimana Dik, apakah beliau bisa menemui saya?'' tanya lelaki itu ketika melihat Asti mengambil tempat duduk dan memilih kursi yang berhadapan dengan dirinya.
''Tentu bisa!'' jawab Asti kalem dan singkat.
''Jadi silahkan saudara sampaikan apa keperluan saudara datang kemari."
Asti berkata dengan tegas kepada lelaki itu.
" Tadi sudah saya katakan Dik, bahwa saya ingin bertemu langsung dengan beliau!'' kata lelaki itu mulai kurang sabar dan sedikit jengkel.
Lelaki itu merasa jika gadis yang ada dihadapannya sedang mempermainkan dirinya.
" Kalau boleh saya tahu, apakah anda ini putri beliau atau anda adik beliau? "
Tanya lelaki itu mulai merasa tidak sabar.
Asti menatap tajam pada mata tamunya untuk beberapa saat lamanya.
Ia ingin menguji kepekaan lelaki itu.
Tadi ia berpenampilan seperti gadis remaja, dan lelaki itu menganggap dirinya sebagai adik dari dosen yang dicarinya.
Setelah ia menukar pakaian dengan lebih sopan dan sedikit formal, lelaki itu masih menganggap sebagai adik dosennya, bahkan lebih parah dengan menganggap nya sebagai anak sang dosen.
Padahal Asti berharap, setelah ia mengganti penampilannya, lelaki itu bisa menilai bahwa dirinya yang dicari oleh lelaki itu.
Asti sudah memberikan banyak pertanyaan, tapi lelaki itu masih belum sadar dengan siapa ia berhadapan.
" Hhmm... sepertinya lelaki ini agak bebal, berulang kali aku menanyakan keperluan nya dan aku pun sudah merubah penampilan, tapi ia masih juga menganggap aku sebagai gadis remaja, dan bukan seorang dosen.
Aku ingin tahu sebatas mana ia bisa menahan kesabaran dan sampai kapan ia akan sadar bahwa aku lah dosen yang ia cari. "
Asti bermonolog dalam hati dan menunggu mata dan fikiran si lelaki terbuka dan menyadari siapa dirinya.
Setelah terdiam sejenak, belum ada reaksi yang menunjukkan bahwa lelaki itu mulai menyadari keberadaan orang yang dicarinya.
Sementara lelaki itu juga terdiam menunggu apa yang akan dikatakan oleh gadis yang duduk di hadapannya.
Tanpa berniat menjawab pertanyaan dari si lelaki, Asti lalu berkata dengan suara terkendali kendati hatinya sangat dongkol.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 218 Episodes
Comments
Unnie Evi✅
mau minta tanda tangan Asti tapi caranya agak ngeselin
2023-01-12
0
ˢ⍣⃟ₛ αηтιє
nich mahasiswa emang kurang sopan banget , masa sa dosen sendiri ngga kenal.....
bakalan...
bakalan.........
2023-01-11
0
💕febhy ajah💕
waduhhh parah ni sitomi
2023-01-05
1