Tidaklah mudah menjalani kehidupan, apalagi ketika Asti sudah dewasa. Semakin ia dewasa semakin banyak tanggung jawab yang harus di pikulnya. Beruntungnya Asti saat ini masih memiliki orang tua yang lengkap, yaitu ayah dan ibunya.
Banyak teman-teman dan beberapa saudara nya sudah tidak memiliki ayah atau ibu. Bahkan ada yang sudah tidak memiliki keduanya.
Pada masanya Asti harus bekerja siang dan malam demi menggapai impian dan cita-cita. Ia tidak ingin membuat kedua orang tuanya kecewa.
Memang setiap tingkatan kehidupan cobaan dan permasalahan hidup akan terasa berat sesuai dengan tingkatannya. Terkadang terasa berat. Namun Asti masih punya alasan untuk bangkit kembali.
Harus tetap berjuang. Salah satu tujuan hidup Asti yang pasti sama seperti semua anak-anak di dunia pada umumnya, yaitu untuk membahagiakan kedua orang tuanya.
Setiap anak memiliki caranya sendiri, untuk membalas kebaikan orang tua mereka. Asti yang juga selalu ingin tetap berada dan berkumpul bersama sang ayah dan ibu. Seakan tidak ingin ada siapa pun masuk ke dalam kehidupannya untuk saat ini.
Asti merasa ia sudah sangat bahagia dengan kehidupannya sekarang. Ia tidak ingin ada anggota baru yang menurutnya bisa merubah keharmonisan dan kebahagia bersama kedua orang tuanya. Untuk waktu dekat ini, ia tidak mengizinkan siapa pun laki-laki masuk kedalam kehidupan dan hatinya.
Pekerjaan sebagai dosen seakan mendukung Asti. Ia bisa menghabiskan banyak waktu di rumah berkumpul bersama ayah dan ibu. Suasana di kampus tempat ia mengajar sekarang pun begitu nyaman.
Asti termasuk dosen baru di Universitas ternama di Jakarta itu. Tetapi kehadirannya di sambut baik, oleh para dosen senior yang mengajar jauh sebelum dirinya mengajar disitu.
Ia juga tidak pernah malu bertanya. Dosen-dosen senior dengan senang hati dan sukarela membantu dan juga memberinya pengarahan, kalau ia menanyakan sesuatu kepada mereka.
Tidak heran, karena Asti memperlihatkan hal-hal yang membuat rekan-rekan sesama dosen menaruh penghargaan terhadapnya. Asti sangat rajin, smart, ceria, fokus ketika ia bekerja.
Ia mempunyai semangat untuk maju dan didukung dengan parasnya yang begitu menawan. Kehadiran Asti di lingkungan itu menjadikan suasana diantara para pengajar tersebut lebih hidup dari sebelumnya.
Ia seperti mempunyai magnet, dapat menarik orang-orang yang ada dilingkungannya menjadi ceria dan bersemangat juga. Oleh sebab itu, Asti seakan sudah tidak ingin lagi merubah suasana dalam kehidupannya.
Kalau bisa sudah seperti ini saja. Ia sudah berada di zona yang nyaman. Hingga waktu pun terus berlalu dengan lancar dari hari ke hari. Begitulah Asti menjalani kehidupannya dengan baik dan kedua orang tuanya juga ikut berbahagia bersamanya.
Tidak terasa angka tiga puluh tahun semakin dekat dan sudah bisa di hitung sisa bulannya. Ibu nya yang semula tidak ingin mencapuri urusan pribadi putrinya yang cantik itu, sudah mulai gelisah lagi.
Ia bahkan sudah lama menyimpan rasa gelisahnya itu di dalam hati. Sampai saat ini seperti sudah tidak bisa di simpan lagi. Karena waktu sudah berlalu begitu lama.
Ibu berpikir keras untuk Asti, yang saat ini sudah melewati batas kewajaran. Baginya untuk seorang wanita seumuran anaknya itu, mereka sudah harus mengambil keputusan untuk berumah tangga. Ibu sangat berharap anaknya segera mendapatkan pasangan atau suami.
Ibu nya takut kalau-kalau semakin lama dibiarkan, nanti Asti akan semakin susah untuk berkeluarga. Karena wanita akan susah mempunyai keturunan jika nanti umur semakin tua. Ibu sudah memikirkannya matang-matang, kesimpulannya ia harus membicarakan hal ini kepada anaknya.
“Asti… Menjadi wanita karir itu sangat baik sekali'' katanya dengan hati-hati. “Tetapi jika hal itu membuat kamu melupakan kehidupanmu sebagai seorang wanita yang sebaiknya berumah tangga, itu sudah menjadi kurang baik namanya, Nak!'' kata Ibu sambil mendekati Asti yang sedang duduk di sofa ruang keluarga.
“Iya Nak, yang Ibu mu sampaikan itu benar adanya! Dengan umur mu yang sekarang, sudah waktunya kamu mengambil keputusan untuk berumah tangga'' sambung sang ayah, yang ternyata sebelum membicarakan hal ini kepada Asti. Ibu terlebih dahulu berbicara kepada ayah Asti.
''Ingat masa produktif seorang wanita untuk menjadi seorang Ibu itu singkat saja. Kamu sudah harus mengambil keputusan itu sekarang, bukan lagi baru mulai untuk memikirkanya” kata Ayah lagi sambil menatap mata anaknya.
“Ayah melihat teman laki-laki mu cukup banyak dan Ayah yakin beberapa diantara mereka ada yang menaruh perhatian khusus kepadamu'' Ayah berusaha berbicara dengan hati-hati agar tidak menyinggung perasaan anak semata wayangnya itu.
Mendengar kata-kata dari ayah dan ibunya itu, Asti tersenyum sambil menganggu-anggukkan kepalanya. Ia membenarkan perkataan ayah dan ibu didalam hatinya. Tetapi kalau belum menemukan laki-laki yang cocok di hati, mau bagaimana lagi? Asti berbicara dalam hati.
“Iya Ayah Ibu. Asti tahu, apa yang harus Asti lakukan pada umur Asti yang sekarang. Asti juga sangat menyadari kondisi Asti saat ini. Tetapi terlepas dari semua itu, Asti sudah berusaha mepertimbangkan semuanya dengan begitu baik. Mungkin belum saatnya sekarang. Asti harap Ayah dan Ibu memahami maksud Asti ini”
Seketika setelah mendengar anaknya memberi jawaban seperti itu, ayah dan ibu Asti langsung diam dan menoleh satu sama lain. Mereka menjadi bingung dan tidak tahu harus berkata apalagi kepada Asti.
Begitu juga dengan Asti. Walau berat mengatakan beberapa kalimat itu, kepada kedua orang tuanya yang saat ini sangat berharap padanya. Asti berdiri dari tempat duduknya. Berjalan menghadap ayah dan ibunya yang duduk berdampingan disofa depan Asti duduk.
Ia meraih dan menggenggam tangan kiri ayahnya dengan tangan kirinya, serta menggenggam tangan ibunya dengan tangan kanannya. Lalu Asti berlutut dan tersenyum kepada kedua orang tuanya.
Tidak terhindar suasana haru yang terjadi saat ini, membuat ibunya meneteskan air mata. Ibu nya yang sudah tidak tahu, apakah yang hatinya saat ini merasa kecewa atau tenang?
Asti tidak mau menikah kalau alasannya hanya karena umur yang sudah semakin tua. Mengambil keputusan untuk menikah bukanlah hal yang mudah bagi Asti. Harus di pikirkan dan di persiapkan dengan baik dari semua sisi.
Pernikahan adalah langkah pertama bagi sepasang insan yang mengembangkan diri bersama-sama. Saling melengkapi, saling mengisi dan saling memberi semangat untuk menyempurnakan diri dalam segala hal. Karena sepasang kekasih itu nanti, akan melewati hari-hari bersama sampai ajal menjemput.
Dengan umur dan lingkungan pertemanannya, terkadang juga jiwa ke ibuan tidak luput dari seorang gadis seperti Asti. Melihat dan mendengar kabar dari teman-teman dan sanak saudaranya yang sudah hamil atau sudah mempunyai baby membuatnya merasa iri dan sedih.
Tetapi bagi Asti, saat ini yang pertama harus ia lihat adalah tujuan pernikahan itu sendiri. Pernikahan bukan hanya membentuk keluarga dengan beberapa anak di dalamnya.
Bersambung…
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 218 Episodes
Comments
vera tri
terlalu bertele-tele ceritanya....
2024-03-20
0
Budi Asih
jujur kak aku baca nya kurang feel ya astinya komunikasi nya kok kurang ya sama yg Laen, kebanyakan tulisan jani bosen bacanya, sorry
2023-03-02
0
Yasmine Hafidzah
pertanyaan paling horor bagi para jomblo yaitu kapan nikah
2022-12-21
0