Asti duduk di kursi yang berhadapan dengan Ibu nya, sedangkan posisi Ayah nya duduk berdampingan dengan Ibu. Posisi duduk Asti harusnya di kursi yang berhadapan dengan Ayah nya, bisa dilihat dari piring yang sudah berisikan nasi putih itu sudah tergeletak di situ saat asti datang. Karena posisi duduknya berbeda ia harus memindahkan piring itu ke hadapannya. Melihat tingkah Anak nya raut wajah Sang Ayah semakin terlihat ganas, seperti singa yang siap menerkam makanan yang ada di hadapannya.
Sampai pertengahan makan malam bersama, lelaki satu-satunya dirumah itu mengeluarkan suaranya.
“As...!”
“Iya Yah!” kata Asti kaget.
“Belum juga Ayah selesai bicara!”
“Iya maaf Ayah”
“Jadi bagaimana penjelasan yang kamu janjikan kemarin?”
“Iya…”
“Iya iya iya! Ini sudah berjalan hari ke empat kamu tidak berbicara sama sekali, hanya berdiam diri di kamar saja. Jika Ayah tidak menekan Ibu untuk menyeret mu kemeja makan ini, apa kamu juga tidak akan berbicara kepada Ayah dan Ibu selamanya?”
“Bukan begitu Ayah”
“Kalau bukan begitu, lalu bagaimana!”
Asti mengambil gelas bening yang sudah berisi air putih didalamnya dan meminumnya sedikit.
“Iya… Pengunduran diri saya dari perusahaan itu adalah sikap yang benar. Saya tidak menyesalinya bahkan saya sangat lega Ayah. Jika saat ini saya masih bisa masuk keperusaahan itu pun saya tidak mau mengambil kesempatan itu lagi. Saya sudah tidak bisa lagi bekerja dengan baik disana, konsentrasi saya sudah tidak mengarah ke pekerjaan lagi”
Asti mengambil kembali segelas air tadi lalu meminumnya, Ayah dan Ibu yang masih terdiam mendengar ia menyelesaikan penjelasannya dulu. Asti masih tidak bisa mengungkapkan kejadian yang sebenarnya dan tidak mungkin Asti sampaikan itu. Masalah ini sudah selesai sekarang. Namun jika ia menjelaskan kejadian yang sebenarnya masalah ini akan menjadi proses yang panjang nanti, sedangkan Asti tidak ingin lagi mengingat-ingat kejadian itu.
“Saya juga tahu persis bahwa saya tidak mungkin bisa melakukan protes atau semacam itu kendati perasaan saya tidak bisa menerima keadaan seperti di perusahaan itu sekarang” jelas Asti kembali. Namun penjelasan yang ia sampaikan itu sama sekali tidak bisa di mengerti oleh Ayah dan Ibu nya karena memang penjelasannya tidaklah nyambung, ia berbicara sepotong-potong.
“Perusahaan itu banyak mengalami kerugian, karena banyak uang perusahaan yang di ambil untuk kepentingan pribadi. Banyak manipulasi laporan keuangan dan bos besar atau owner perusahaan tidak tau akan kejadian ini. Di tambah saya juga sudah muak melihat kelakuan mereka yang bersikap mendua. Di muka atasan mereka berpura-pura bekerja dengan baik dan rajin. Dalam kenyataannya tidak sama sekali! Bahkan saya sangat kasian melihat karyawan lain yang mengerjakan bagian dari pekerjaan para penjilat itu”
“Sikapnya sudah seperti orang yang punya perusahaan saja, jika pekerjaan sudah menumpuk dia pandai bersikap baik dengan para karyawan. Namun ketika karyawan meminta keadilan sama sekali tidak di dengarnya. Kalau pun suara keadilan itu terlalu keras, ia bisa membungkam dengan membuat mereka merasa tidak betah lagi bekerja ditempat itu, sampai mereka keluar dengan pengunduran diri bukan di pecat. Singkat kata Yah, hati nurani Asti terus memberontak melihat ketidak wajaran semacam itu. Dari pada membiarkanya tidak bisa protes juga tidak bisakan? lebih baik saya keluar dari tempat itu, bukan begitu Ayah?'' jawab Asti sambil menatap wajah Ayah nya.
Dengan banyaknya contoh dan alasan yang kemudian sudah di ceritakan oleh Asti kepada Ayah dan Ibu nya itu, lebih baik dari pada ia jujur dengan inti permasalahan yang sebenarnya yaitu tentang sikap atasannya yang melecehkan martabatnya sebagai Wanita. Asti berharap semua yang ia sampaikan, dapat di terima oleh orang tua nya.
“Iya begitulah dalam dunia pekerjaan, ada banyak macam jenis dan tingkah atasan maupun karyawan. Tapi kembali lagi bagaimana kita menghadapi mereka” sahut Sang Ayah yang sepertinya mulai mengerti dengan posisinya.
“Sudah-sudah jangan di bahas lagi. Kita sedang makan tidak boleh mengobrol di hadapan makanan” kata Sang Ibu yang hanya diam sedari tadi, menutup pembicaraan mengenai pengunduran diri itu.
Ayah dan Ibu yang sepertinya sudah mulai bisa menerima pilihan Sang anak, kini sudah kembali seperti keadaan sebelumnya. Apalagi sesudah melihat anak gadis mereka itu rajin mencari informasi tentang lowongan pekerjaan. Semua orang sudah mulai kembali pada kesibukannya masing-masing.
Tidak butuh waktu lama, hanya dua bulan saja setelah Asti mengundurkan diri dari pekerjaan sebelumnya ia sudah mendapatkan informasi tentang lowongan pekerjaan sebagai dosen pada sebuah Universitas ternama di Jakarta. Beruntungnya lagi ia memenuhi semua kriteria dari persyaratan yang diminta pihak Universitas itu. Setelah Asti di panggil untuk interview dan menunggu beberapa hari saja hasil penerimaannya sudah ia terima melalui email resmi Universitas tersebut. Begitulah Asti menjalani kehidupannya dengan yakin dan optimis. Sekarang ia pun sudah mulai dengan kehidupan barunya sebagai seorang dosen.
Asti memang termasuk wanita yang cerdas di bidang studi. Saat masa pendidikannya dulu ia telah berhasil menjadi seorang Sarjana Psikologi. Ketika gelar Sarjana Psikologi sudah ada di belakang namanya, ia menambah ilmunya dengan mendafta kuliah Filsafat di sebuah Perguruan Tinggi Swasta dan berhasil menjadi Sarjana lagi pada jurusan Filsafat Indonesia, Program Study Filsafat Sosial Budaya.
Begitulah Asti yang tersenyum sambil mengingat masa-masa sulitnya itu.
Kini telah dua semester lamanya ia menjadi seorang dosen. Menjelang masa ujian mahasiswa pada akhir semester begini, Asti tidak lagi terlalu sibuk. Karena sudah selesai membuat soal-soal yang akan menjadi pertanyaan mahasiswa pada mata kuliah yang ia ajarkan pada saat ujian akhir semester nanti. Untuk mengoreksi tugas-tugas akhir semester lainnya, akan di selesaikannya bertepatan dengan tanggal ujian akhir semester. Jadi ketika ujian selesai ia tinggal mengoreksi hasil ujian anak-anak yang mengambil mata kuliahnya, setelah itu ia akan libur panjang.
Saat ini ia masih memiliki waktu bersantai sekitar dua minggu lagi, sampai waktu untuk mengoreksi tugas-tugas para mahasiswa itu tiba. Asti adalah gadis yang tidak suka menyianyiakan waktu dengan cuma-cuma. Ia bermaksud menggunakan waktunya selama dua minggu itu, untuk mengambil khursus bahas Perancis dengan jam kursus pada pagi hari.
Pada sore hari, ia luangkan untuk merawat taman-tanaman bungan yang ada di halaman rumah orang tuanya. Ada jiwa seni yang mengalir dalam tubuhnya sehingga hal-hal yang membutuhkan rasa keindahan dapat digelutinya dengan baik sekali. Asti merasa sangat bahagia dapat menjalani kehidupan seperti yang ia rasakan saat ini. Di bandingkan dengan masa kerjanya dulu.
Setiap hari ia harus bangun lebih pagi dan pulang sore, belum lagi ditambah dengan macetnya jalanan Kota Jakarta, yang membuatnya sampai ke rumah sudah malam dan lelah sekali. Pikirannya sudah sampai rumah hanya mandi dan langsung istirahat, karena besok harus bangun pagi lagi. Begitulah hari-hari nya dulu, sangat membosankan seperti tidak ada seni dalam kehidupannya.
Bersambung…
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 218 Episodes
Comments
Goesmalla Thee_wii 🐈💕
Hmmm keputusan yang tepat untuk mengakhiri kinerja lama di perusahaan manipulatif dan sekarang menjadi seorang berguna buat calon generasi muda masa depan
2022-12-21
0
ㅤㅤㅤㅤ😻Kᵝ⃟ᴸ⸙ᵍᵏ نَيْ ㊍㊍🍒⃞⃟🦅😻
tuh otaknya udah level up max ya
nambah ilmu dengan kursus bahasa pula🤧
2022-12-21
0
ㅤㅤㅤㅤ😻Kᵝ⃟ᴸ⸙ᵍᵏ نَيْ ㊍㊍🍒⃞⃟🦅😻
pantes aja di usia ini kak Asti blom nikah
ternyata sibuk belajar menuntut ilmu🤭
tak sia sia matkul yg diambil dan bisa diterapkan ilmu yang didapatkan nya 😻
2022-12-21
0