~Happy reading~
“Ehei, kamu lagi mikirin apa bro ??” tanya Rio sambil memukul pundak Steven.
“Aku pusing Ri, aku bingung, aku tidak tahu mesti bagaimana, cintaku kepada Casandra terlalu besar, aku tidak bisa membunuh cinta itu” ujar Steven menundukkan kepalanya.
Baru kali ini aku melihat Steven galau karena cewek, sepertinya cintanya benar-benar besar, batin Rio menatap Steven.
“Dia selalu menyuruhku menjauh sedangkan hatiku tak bisa, setiap malam aku selalu memikirkannya. Aku sudah mencoba membunuh rasa itu tapi tidak bisa Ri. Aku sangat mencintainya” Rio hanya diam mendengarkan curahan hati Steven.
“ Kemarin aku sempat mengatakan, aku akan masuk islam demi bisa bersamanya, tapi dia ngelarang aku, katanya aku harus masuk islam karena sebuah hidayah, bukan karena dia” Steven mencoba menatap Rio.
“Apa yang mesti ku lakukan agar hidayah itu datang Ri?” tanya Steven putus asa.
“Aku juga bingung jawab apa, sejujurnya aku ini bukan ahli ibadah, aku juga tidak paham dengan hal begituan, sholat aku aja bolong-bolong” ujar Rio sambil menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.
“Kalau kamu mau aku akan kenalkan dengan seseorang, dia pernah kuliah di Kairo, ilmu agamanya cukup bagus, ya sapa tahu dengan begitu, hidayah datang kepada mu” usul Rio.
“Tapi sebelumnya, kamu harus memantapkan hatimu, agama itu bukan permainan bro” ujar Rio sambil memegang pundak Steven. Steven hanya mengangguk.
***
Di sebuah taman yang dipenuhi bunga, dan beberapa burung terbang mengitari pepohonan. Taman itu terlihat sepi, Tidak seorang pun nampak. Steven berjalan terus menerus mencari sumber air di sekitar taman itu, ia merasa tenggorokannya terlalu kering.
Ia berjalan sambil memandangi burung-burung yang terbang mengitarinya. Rasa lelah telah menghampirinya, tenggorokannya semakin kering. Sudah jauh ia berjalan tapi belum menemukan danau atau aliran sungai. Tampaknya taman itu tak berpenghuni.
Steven memilih beristirahat di bawah pohon, kakinya telah sakit. Tiba-tiba seorang perempuan menghampirinya. Perempuan itu memberikannya sebuah kendi kecil yang berisi air, gadis itu tersenyum. Steven tanpa berpikir panjang, ia lalu mengambil kendi itu dan meminumnya sampai kendi itu kosong.
“Terima kasih, untung kamu datang, oya, kamu tinggal dimana? Sepanjang jalan saya tidak melihat ada rumah atau penginapan disini” tanya steven, ia heran tiba-tiba ada orang lain selain dia. Gadis itu hanya tersenyum. Bukannya menjawab, gadis itu hanya menyerahkan sebuah buku.
Steven melihat buku itu, ternyata ia salah, itu bukan buku tapi kitab. Steven bingung, kenapa gadis itu memberikan kitab itu, Steven kemudian ingin bertanya, tapi gadis tersebut telah menghilang entah kemana. Steven membuka kitab tersebut, ia tidak memahami, membacanya saja ia tidak bisa.
“Siapa gadis itu ? Dan kenapa ia memberikan ini kepada ku? Apa dia bidadari yang dikirim tuhan untukku?” gumang Steven sambil membuka satu persatu lembaran kitab yang ada di tangannya. Tiba-tiba tubuhnya terguncang, Steven Terbangun.
“Kok tidur disini sich den?” tanya mbok Jum, pembantu sekaligus pengasuh Steven. Mbok Jum sudah bekerja sejak Steven dilahirkan. Semenjak Ayah dan ibunya tinggal di Paris, Steven hanya ditemani oleh Mbok Jum dan Mang Asep.
“Aku tidak tahu mbok, mungkin karena kelelahan jadinya ketiduran disini” ujar steven, ia berjalan masuk ke kamarnaya.
***
“Rio..” teriak Steven mengejar Rio yang sedang berjalan ke kantin. Rio pun memandang Steven.
“Aku mau cerita tentang mimpi anehku kemarin” ujar Steven sambil menyamakan langkanya dengan Rio.
“Mimpi apaan?” tanya Rio ketika mereka duduk di salah satu bangku yang ada di dalam kantin.
“Aku mimpi terdampar di sebuah tanah kosong, sepertinya taman bunga, aku tak menemukan siapa pun disana, aku berjalan terus menerus sampai aku kelelahan dan mencoba berhenti di sebuah pohon, dan entah darimana asalnya tiba-tiba seorang gadis berdiri di depanku dan memberikan aku air dan sebuah kitab” Steven mulai bercerita sambil meminum minuman kaleng yang ia beli tadi.
“Terus?” Rio sudah penasaran.
“Setelah memberikan kitab itu, gadis itu menghilang dan aku terbangun” sambung Steven.
“Kamu mengenal gadis itu?” tanya Rio. Steven hanya Menggelengkan kepalanya.
“Mungkin inilah hidayahnya bro, siapa tahu kamu sudah diberi hidayah” ujar Rio. Steven hanya menatap Rio seakan meminta penjelasan.
“Aku cuman menduga saja bro, tapi nanti kita ketemu dengan temanku, dan kamu ceritakan semua tentang mimpimu itu bro” usul Rio. Keduanya pun terdiam menikmati pesanan mereka.
***
Di sisi lain
“Akhir-akhir ini aku tidak pernah melihatmu jalan bareng kak Steven” ujar Casandra kepada Novita.
“Kami sudah putus kak” ucapan Novita membuat Casandra terkejut.
“Kenapa?”tanya Casandra, ia kaget bukankah ia pernah melihat Novita dan Steven berpelukan di sebuah taman di belakang kampus, lalu kenapa mereka putus. Sejak kapan mereka putus, pikir Cassandra.
“Kak steven masih cinta sama kakak. Aku tidak bisa memaksakan hubungan tanpa cinta ini” ujar Novita sambil tersenyum. Casandra hanya bisa menunduk.
“Tapi kakak ngak usah khawatir kok, aku ngak apa-apa, lagian aku bukan tipe cewek susah move on” ujar Novita cengengesan. Casandra menatap Novita dan tersenyum.
“Oya kak, aku mau nanya, tapi kakak janji harus jawab dengan jujur” Novita menatap Casandra dengan serius.
“Selama ini, apa di hati kakak ngak ada cinta untuk kak Steve? Aku kasian sama kak Steve, ia sangat mencintai kakak” Casandra hanya tersenyum getir.
“Sebenarnya aku juga cinta tapi masalahnya penghalang cinta kami terlalu besar, ini bukan masalah orang ketiga, tapi masalah keyakinan yang berbeda. Kami ngak akan bisa bersatu, sebesar apapun cinta kami” ujar Casandra, ia hanya bisa menunduk.
“Cinta yang rumit ya kak” ujar Novita lalu memeluk Casandra. Casandra hanya mengangguk dalam pelukan Novita. Setidaknya ia sudah sedikit legah karena ia bisa berbagi dengan orang lain.
Tanpa mereka sadari dua orang memandang mereka dan mendengarkan percakapan mereka.
“Aku janji aku akan menjemput hidayah itu, belajar untuk menjadi calon imam yang baik untukmu, aku janji” ujar Steven yang memandang Casandra.
“Jadi apa rencana kamu?” tanya Rio yang berdiri di samping Steven.
“Seperti usulmu, aku akan bertemu dengan temanmu, aku akan memantapkan hatiku, jika memang mimpi itu adalah hidayah, maka aku akan belajar mengenal islam, jika sudah siap baru aku memeluk islam” ujar steven dengan mantap.
“Biarkanlah aku menjauhinya terlebih dahulu, aku ingin tahu seberapa besar cintaku kepadanya, aku tidak ingin salah langkah, aku harus memantapkan hatiku, karena resikonya semakin besar” ujar Steven, lalu berjalan menuju ruangannya.
~Bersambung~
jangan lupa like dan coment nya ya 🙏
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 70 Episodes
Comments