~Happy reading~
Sudah satu bulan lebih Casandra mengikuti mata kuliah Steven. Selama sebulan ini Steven tidak henti-hentinya mendekati Casandra, ia tak mempedulikan sikap Casandra yang selalu menghindar, malahan sikap Casandra membuatnya semakin penasaran.
Sampai hal gila ia lakukan, sekarang ia mendekati Novita. Ia ingin memacari Novita agar ia bisa selalu di dekat Casandra, ia juga ingin melihat reaksi Casandra. Sudah seminggu Steven jalan dengan Novita, ia tidak membutuhkan waktu yang lama untuk menaklukkan hati Novita. Awalnya Novita menolak karena ia tahu jika Steven menyukai Casandra, tetapi Steven mampu meyakinkan Novita untuk menerimanya.
“Hai sayang” sapa Steven yang mengecup pipi Novita sambil melirik ke arah Casandra.
Casandra hanya menatapnya dengan tatapan datar. Sebenarnya ada rasa sakit yang hinggap di dadanya tapi ia sembunyikan.
“Hai juga sayang” ujar Novita sambil memeluk lengan Steven. Sebenarnya Steven tidak menyukai gadis manja seperti Novita, tetapi demi berdekatan dengan Casandra ia rela memanjakan gadis yang ia pacari itu.
“Hai sandra, kamu hobi membaca novel ya?” Steven menyapa Casandra.
Semenjak ia berpacaran dengan Novita, entah kenapa Casandra mulai bersikap baik dan akrab dengannya. Hal ini tentunya membuat Steven sangat senang, tidak sia-sia pengorbanannya.
“ Iya kak, aku hobi membaca novel, apalagi novel islami, seru” ujar Casandra sambil tersenyum yang membuat getaran di dada Steven.
“Oh gitu ya,, oya sayang katanya besok kamu mau pulang ke Manado?” tanya Steven.
“Iya sayang, mama sakit jadi saya harus pulang menemani mama di rumah sakit” ujar Novita sambil menyendokkan bakso ke dalam mulutnya.
“Oya udah kirim salam ya buat mama kamu” ujar Steven, lalu berpamitan. Ia sudah puas setelah melihat dan menyapa gadisnya, ia tidak ingin berlama-lama di sana, ia risih dengan sikap Novita.
***
Keesokan harinya, Novita telah pulang ke kampung halamannya. Casandra hanya sendiri menikmati menu yang ia pesan tadi. Ketika sedang asyik menyantap baksonya, tiba-tiba seseorang duduk di hadapannya.
“Hai “ sapa Steven dengan senyuman manisnya.
"Hai juga kak” balas Casandra.
“Hmm San, aku mau nanya sama kamu, boleh nggak?” tanya Steven setelah memesan nasi goreng spesial kesukaannya.
“ Boleh kak” jawab Casandra.
“ Menurut kamu apakah salah jika mencintai seseorang yang beda keyakinan dengan kita ?” tanya Steven dengan sedikit ragu.
Casandra kaget mendengarkan pertanyaan Steven, tapi ia mencoba menjawab dengan santai.
“Kalau menurutku sich kak, nggak salah kok kak, karena cinta tidak pernah memilih ke hati siapa ia berlabuh, ia tak pernah memandang siapa sosok ia akan sapa, cinta datang tanpa diduga, ia tak bisa dipaksakan, semakin diredam cinta itu akan semakin memberontak. Lagian cinta tak harus memiliki, “ ujar Casandra.
“Hmm gitu ya, tapi kalo menjalin hubungan dengannya bahkan ingin menikahinya agar bisa memilikinya seutuhnya apakah itu boleh?” tanya Steven kembali.
“ Dalam agamaku kak ngak boleh, dua insan yang disatukan dalam mahligai sebuah pernikahan akan sah jika keduanya seiman, pernikahan adalah suatu yang sakral, ketika dua orang berjanji untuk hidup dengan ikatan pernikahan maka ia harus memiliki tujan yang sama. Dan tujuan pernikahan itu adalah mendapatkan ridho dan pahala, karena dalam agamaku pernikahan itu ibadah”
“Tapi yang aku lihat, banyak kok orang nikah tapi berbeda keyakinan” tanya Steven
“Ya pernikahan mereka mungkin secara hukum sah, tapi dari segi agama ngak dan sama saja mereka zina kak, seorang lelaki adalah imam di rumah tangganya, ia akan membawa rumah tangganya menuju surga, jika ia bukan seorang beriman maka bagaimana caranya ia mengarahkan dan menuntun sang istri menuju surganya, ketika mereka hidup bersama, akan banyak permasalahan yang akan diperdebatkan, karena dasarnya saja sudah beda” jelas Casandra.
“Kali ini aku kurang sependapat denganmu, setelah menikah kita.. eh maksudku mereka kan bisa menjalankan ibadahnya masing-masing tanpa mengganggu satu sama lain ya seperti bertoleransi beragama gitu” Steven sedikit gugup, ia sangat tidak menerima cara berpikir Casandra, menurutnya terlalu kaku.
“Ini bukan masalah toleransi beragama kak, tapi ini sebuah ibadah yang dijalankan bersama, suami sebagai imam, dan istri makmunnya. Saya kasi gambaran anggaplah sepasang suami istri ini membawa sebuah kapal, mereka mengarungi samudra luas demi mancapai sebuah negeri yang dituju, seorang nahkodah tidak mungkin melayarkan kapalnya seorang diri, ia membutuhkan bantuan jurumudi, yang harus bekerjasama dengan Nahkoda agar mereka bisa sampai di tujuan mereka, bayangkan saja jika keduanya memiliki cara pandang yang berbeda, entah apa yang akan terjadi” jelas Casandra panjang lebar.
Cassandra ingin Steven memahami bahwa mereka tidak bisa bersama. Casandra Yakin jika yang ditanyakan Steven itu adalah dirinya sendiri.
Steven sekarang merasakan jika di antara mereka ternyata ada tembok yang berdiri kokoh. Lidahnya serasa kaku untuk menjawab. Iya mereka tidak bisa bersama. Tapi apakah ia sanggup jika gadis yang ia cintai itu kelak bersanding dengan lelaki lain. Steven hanya bisa menunduk.
“Emang siapa sich kak?” tanya Casandra, pura-pura nggak tahu.
“Temanku menyukai perempuan muslim, ia sangat mencintainya, wajah gadis itu selalu muncul dalam benaknya, jika memandang wajahnya memberikan kehangatan di dasar hatinya.” Jawab Steven dengan berbohong.
“Lepaskanlah.. “ ujar Casandra, entah apa yang ia pikirkan.
“Apa?” tanya Steven
“ Hmm maksudku teman kak Steven harus mencoba melepaskan gadis itu, daripada harus saling menyakiti, cinta mereka tak bisa disatukan kecuali..” ucapan Casandra terpotong.
“Kecuali apa?” tanya Steven dengan semangat. Angin segar berhembus dengan indahnya. Setidaknya mereka ada jalan untuk bersatu, pikir Steven.
“Kecuali temen kakak jadi mualaf” jawab Casandra dengan mantap.
“ Jadi apa? Mu mu apa?” tanya Steven bingung.
“Mualaf, mualaf itu orang non muslim yang masuk islam” Casandra menjawab dengan tersenyum. Senyumannya membuat dunia Steven terobrak-abrik. Jantungnya berpacu dengan waktu. Entah kenapa jika melihat senyuman Casandra, jantung Steven harus bekerja lebih keras.
Steven pun berpamitan kepada Casandra, ia benar-benar stres dengan perasaannya saat ini. Selama ini ia tak pernah menyadari jika ada penghalang besar di antara mereka. Kali ini sepertinya ia harus melepaskan cintanya.
"Wahai pemilik hati, engkau yang menggenggam hati ini. Engkau mengetahui betapa sakitnya dikala tak mampu memilikinya. Aku melepasnya. Ku serahkan hatiku kepadamu" gumang Casandra, setetes air melucur dari mata indahnya. Ia hanya bisa memamandang kepergian Steven dalam diam.
Tanpa disadari, ada sepasang mata yang memperhatikan Casandra.
“Dari dulu aku ingin melihat cinta hadir di mata indahmu, kali ini aku melihatnya tapi sayangnya itu bukan untukku. Kenapa kamu malah mencintai orang yang tidak bisa bersamamu?” ujar Rio dengan lirih. Ada rasa sakit saat melihat Casandra yang menatap kepergian Steven dengan tatapan penuh cinta.
~Bersambung~
jangan lupa like dan coment nya ya 🙏
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 70 Episodes
Comments
Tsiskatsist
nyesekk
2020-10-29
1
SriWatini S'Kun
😭😭😭
2020-10-16
1