~Happy reading~
Sudah sebulan setelah Casandra mengetahui kebenaran tentang hubungan darah antara ia dan Aslan. Semenjak itu ia selalu menghindari Aslan, bahkan ia telah mengundurkan diri di perusahaan Aslan.
Ia menutup akses yang akan mempertemukannya dengan Aslan. Aslan juga memberikan waktu kepada Casandra, ia tidak memaksa Casandra untuk menemuinya.
Casandra mulai kembali fokus kepada kuliahnya. Apalagi selama bekerja di kantor Aslan ia jarang ke kampus sehingga ada beberapa mata kuliah ia harus ulangi semester depan.
Jadi semester ini ia berharap tidak ada mata kuliah yang dapat nilai kurang lagi. Ia pun kini kembali memindahkan jam kuliahnya di jam pagi, karena ia tidak ada aktivitas di pagi hari.
“Kamu kenapa San? Akhir-akhir ini kamu suka melamun” tanya Ayu yang sedikit khawatir melihat sahabatnya. Ia pun duduk di samping Casandra.
“ Aku nggak apa-apa kok Yu, cuman lagi mikir, apa aku cocok memakai hijab? Bagaimana menurut kamu ?” tanya Casandra, ia memandang Ayu yang berada di sampingnya.
“Tentu saja, bukankah menutup aurat itu sebuah kewajiban, lihatlah saya sekarang, semenjak saya menggunakan hijab, semua terasa nyaman dan aman, laki-laki ngak menatap kita dengan tatapan menjijikkan, saya malah menyesal, kenapa bukan pas masih gadis saya memakai hijab,kenapa setelah menikah baru saya mau berhijab” ujar Ayu.
Semenjak menikah kehidupan Ayu sudah berubah, ia sudah mulai menutup auratnya, walaupun belum sampai ke tahap khimar, tapi ia sudah mulai mencoba belajar memakai khimar.
“Jika kamu mau, kamu bisa mulai dari awal, ya pakai jilbab yang cukup menutupi dada dulu, jika sudah siap baru kamu pakai khimar.” Usul Ayu kepada Casandra. Casandra pun hanya mengangguk.
***
Sesampainya di Apartemen Casandra mulai memikirkan ucapan Ayu, dan tiba-tiba ia teringat ucapan Aslan ketika memintanya untuk menutup aurat.
Casandra mulai membuka artikel-artikel tentah hukum berhijab di Google. Ia mulai membaca beberapa kisah perempuan-perempuan yang berjuang untuk berhijrah.
Bahkan banyak mantan PSK kini sudah bertaubat dan sudah memakai khimar, bahkan ada yang sudah sampai memakai niqab.
Casandra pun bertekat untuk merubah dirinya.
Ia mulai mengintropeksi dirinya, mencoba mengingat apa-apa yang selama ini ia kerjakan dan apa akibat dari perbuatannya. Kini ia menyadari semua terjadi di kehidupannya karena ia tak pernah mendekatkan diri pada Rabb yang menciptakannya. Ia jauh dari ajaran Islam.
Tentang cinta, ia kini tidak lagi ingin berlarut-larut memikirkannya sehingga membuat ia harus menghancurkan masa depannya, ia akan mencoba belajar menerima kenyataan meskipun itu hal yang menyakitkan.
Cassandra akan mencoba berdamai dengan hatinya. Ia akan mengubur perasaannya terhadap Aslan, ia juga akan mencoba menemui Aslan jika ia sudah sepenuhnya melupakan rasa cinta yang telah hadir di hatinya.
Casandra bergegas ke mall untuk membeli beberapa jilbab yang bisa menutup auratnya, ia sudah bertekat untuk berhijab.
Dengan semangat baru Casandra meninggalkan apartemennya. Sesampai di mall ia membeli beberapa jilbab dan beberapa pakaian panjang.
Ketika sedang asyik memilih baju lengan panjang, tiba-tiba seseorang menegurnya.
“Casandra kan ?”tanya perempuan itu. Casandra hanya mengangguk.
Ia kaget melihat Fatimah, ia khawatir jika Aslan ada disini juga.
“Saya Fatimah, istri mas Aslan, kamu masih ingat saya kan ?” tanya Fatimah dengan ramah. Casandra masih hanya mengangguk.
“Bisa kita bicara? “ tanya Fatimah, ada banyak hal yang ia ingin katakan kepada Casandra.
“Iya mba, bisa,” jawab Casandra lalu mengikuti Fatimah yang ternyata berjalan ke sebuah cafe dekat gerai penjual pakaian tadi.
“Saya mau minta maaf kepadamu atas nama mas Aslan, mas aslan sudah cerita kepada mba tentang semuanya termasuk perasaan kamu,” Fatimah menghentikan ucapannya, ia meminum jusnya.
“Saya tahu kamu pasti sulit menerima kenyataan ini, tapi mba berharap kamu mau memaafkan kami terutama abangmu, dia sangat menyesal dengan apa yang terjadi sekarang ini, hal yang ia takutkan kini terjadi, kamu menjauhinya setelah mengetahui kebenarannya. Itulah sebabnya selama ini ia tutupi semuanya,” Fatimah mulai menjelaskan kebenarannya.
Casandra hanya diam, ia bingung mau berkata apa. Kali ini ia hanya ingin mendengarkan semuanya. Ia juga sudah mulai berdamai dengan hatinya.
“Mba tidak ingin memaksamu untuk melupakan perasaanmu, mba hanya berharap kamu bisa berdamai dengan keadaan ini. Semua yang terjadi adalah takdir yang dituliskan untuk kita, mba harap kamu mau memaafkan kami, mba dan abangmu sangat menyayangimu, kami menunggu kedatanganmu di rumah kami, kami sangat berharap kepadamu,” ujar Fatimah dengan penuh harap.
Casandra mulai meneteskan air matanya. Setelah beberapa tahun meninggalnya kedua orang tuanya, kini ia merasa jika ia tak hanya sendiri di muka bumi ini. Ia memiliki saudara yang sangat menyayanginya.
“Maafkan Casandra mba,Casandra sempat berpikir merebut mas Aslan dari mba, Casandra malu kepada mba, Casandra salah” ujar Casandra dalam tangisannya.
Fatimah lalu berdiri dan memeluk Casandra. Casandra pun membalas pelukan fatimah, kini ia merasa memiliki kakak perempuan.
Setelah merasa baikan, Fatimah melonggarkan pelukannya lalu duduk kembali.
“Sudahlah, mari kita memulai dari awal, menjadi keluarga yang bahagia,” ujar Fatimah, ia memegang tangan Casandra.
“Iya mba, tapi maafkan Casandra belum bisa menemui Bang Aslan, saya belum siap, tapi saya janji secepatnya saya usahakan berkunjung ke rumah mba,” ujar Casandra dengan tulus.
“Oya, kamu mau berhijab ya ? itu banyak jilbab kamu beli” tanya Fatimah karena tadi dia memperhatikan Casandra memilih jilbab tadi.
“Iya mba, insya allah saya sudah siap untuk memakai jilbab. Ini baru mau belajar” ucap Casandra.
“Alhamdulillah, syukurlah, pasti abangmu sangat senang jika ia mengetahuinya.” Ujar Fatimah, ia sangat senang mendengarkan jika Casandra sudah mau belajar memakai jilbab.
“ Ya sudah kalau begitu mba pamit ya, takutnya abangmu cariin mba lagi” pamit Fatimah.
***
Di Kediaman Aslan
“Assalamu alaikum mas, oya mas tadi saya bertemu dengan Casandra, dan pasti mas bakal senang jika tahu apa yang ia lakukan di mall,” Fatimah menghampiri Aslan yang tengah bermain dengan Aisyah di ruang tamu.
“Casandra? Bagaimana kabarnya? Dan sedang apa ia di sana?” Fatimah terkekeh mendengar suaminya yang menghujaninya dengan beberapa pertanyaan.
“Kalo nanya itu satu-satu dong mas,hehehe. Salamku aja ngak dibalas,hehehe” ujar Fatimah yang masih tertawa.
“Iya deh maaf sayang. Hmm wa alaikum salam, jadi sekarang jawablah satu persatu pertanyaan mas tadi” ujar Aslan, ia sangat mengkhawatirkan adiknya.
“ Alhamdulillah dia baik mas, ia juga sudah memaafkan mas, cuman belum siap menemui mas, karena perasaannya belum sepenuhnya hilang walaupun sekarang ia sudah mulai berdamai dengan hatinya.” Fatimah lalu melanjutkan ceritanya.
" Dan yang paling membahagiakan adalah, Casandra sudah mulai belajar memakai jilbab, tadi ia pergi membeli jilbab dan pakaian lengan panjang” Aslan yang mendengarnya tidak henti-hentinya mengucapakan syukur kepada tuhan, yang telah membuka hati sang adik. Betapa bahagianya ia dan tak sabar ingin bertemu dengan sang adik tercinta
~Bersambung~
Jangan lupa like dan coment nya ya 🙏
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 70 Episodes
Comments
Eki Firmansyah
harusnya sesakit apapun dr awal harus dikasih tau sebuah kenyataannya,rasanya g nyambung dan terlalu dibuat2 dipaksakan ceritanya...kecuali dr awal mereka sm2 g tau klo mereka sodara ada hal semacam itu didunia nyata....hadeuuh novel
2020-07-27
1