Seminggu kemudian...
Tekanan batin yang menyerang Zarin, membuat wanita tua ini stres berat. Cucu satu-satunya tak bisa ia atur. Tak bisa ia manfaatkan untuk membalaskan dendam pada wanita yang kini selalu menekannya.
Zarin ingin bergerak sendiri. Namun tidak mampu. Ia takut, wanita itu akan membawa kasus pembunuhan ini ke jalur hukum. Lalu, jika sudah begitu, bagaimana nama keluarga yang selama ini ia jaga? Haruskah ia korbankan usahanya menjaga nama keluarga, hingga kini ia berusia 65 tahun. Jika iya, ini sih gila? pikir wanita tua itu.
Rasa benci, sesal, dan juga tekanan yang ia rasakan membuat wanita ini tak mampu lagi menahan berat tubuhnya. Zarin pingsan. Tak sadarkan diri dan harus segera dilarikan ke rumah sakit. Sayangnya, tak ada satupun yang peduli. Hanya Violeta, sang asisten yang begitu setia menemaninya. Sedangkan Nadin, gadis pemarah, arogan dan suka bersikap semaunya sendiri itu, malah kembali bersenang-senang dengan para sahabat-sahabatnya di sebuah Vila yang ada di Bandung.
Violeta berkali-kali menghubungi gadis itu. Namun selalu ditolak. Bahkan sekarang ponselnya malah dimatikan. Terpaksa, wanita yang masih cantik diusianya ini, tak kehilangan akal. Beruntung ia memiliki salah satu nomer teman karib gadis itu. Yang sudah Violeta percaya agar selalu menjaga ke mana pun Nadin pergi.
"Iya, Bu, ada yang bisa saya bantu?" tanya Zahra pada Violeta yang saat ini sedang menghubunginya.
"Apa kamu bersama nonaku?" tanya Violeta.
"Ya, Bu, saya bersamanya."
"Tolong sampaikan padanya, suruh segera kembali ke Jakarta. Ibu nyonya masuk rumah sakit. Tekanan darahnya kembali tinggi," pinta Violeta.
"Baik, Bu. Akan saya sampaikan."
"Terima kasih, Zahra. Aku akan mentransfer uang jajan untukmu, sebagai jasa telah membantuku," ucap Violeta lagi.
"Baik, Bu. Terima kasih banyak." Zahra melonjak senang. Bagaimana tidak? Sejak ia menjadi tangan kanan Violeta dalam menjaga Nadin, uang jajannya bertambah. Bahkan lebih besar dari gajinya kerja sebagai pelayan kafe. Bukankah ini keren.
Sesuai permintaan sang bos, Zahra pun segera melangkah mendekati Nadin yang saat itu sedang berjoget gembira bersama para geng-nya.
"Apaan sih, narik-narik? Kesel deh!" Nadin mengibaskan tangannya kesal.
"Gue ada kabar buruk buat elu," jawab Zahra.
"Kabar buruk apaan? Emak tiri gue ditabrak kereta?" Nadin meneguk bir yang ada di tangannya.
"Ih, bukan. Ini lebih parah. Oma elu masuk rumah sakit!"
"Apaaaaa!" spontan, Nadin langsung menyemburkan minuman itu tepat di depan Zahra.
"Njiiirrr! Sial lu." Zahra mengibaskan-ngibakan rok mininya yang terkena minuman Nadin.
"Lu tahu dari mana? Kemarin masih aman-aman aja?" balas Nadin gugup.
"Aman dari mana? Lu habis berantem kan yang habis dari club itu. Habis itu lu kabur kan ke mari. Begitu bilangnya baik-baik aja!" Zahra terlihat kesal.
"Sial! Yuk temenin gue cabut!" ajak Nadin seraya menarik tangan Zahra.
Tanpa berpamitan dengan para teman-teman se-geng-nya, malam itu juga, Nadin dan Zahra memutuskan kembali ke Jakarta.
***
Nadin tak bisa berpikir lagi. Ketakutan yang menyerang gadis ini, nyatanya mampu membuatnya gemetar. Ia tak bisa lagi kehilangan satu-satunya keluarga inti yang ia miliki. Ibunya telah tiada. Ayahnya telah direbut oleh wanita rubah itu. Lalu, jika sang nenek pergi, bagaimana dengan dirinya?
Nadin tak ingin sendirian. Sungguh ia ketakutan.
"Nad, sini biar gue aja yang bawa!" pinta Zahra ketakutan. Bagaimana tidak? Nadin sedikit terpengaruh minuman keras.
"Diam aja, ngapa sih? gue masih aman!" jawab Nadin, kembali memfokuskan pandangannya.
"Aman mata lu, lu nyetirnya ke orang gila. Gue belum ngrasain kawin, Nad. Gue takut mati ******!" umpat Zahra emosi.
Namun, Nadin tak menghiraukan ocehan sahabatnya ini. Ia terus menginjak pedal gas mobil yang ia kendarai, tanpa memedulikan keselamatannya. Tentu saja ini membuat Zahra semakin merasa takut.
"Gue nggak mau mati, Nad. Pelan-pelan Nad. Ya Tuhan!" Zahra terus berpegangan pada sisi kursi penumpang. Sedangkan Nadin hanya melirik sekilas. Lalu kembali memfokuskan pandangannya. Namun, ia terlambat. Kendaraan yang ada di depannya ngerem mendadak, sehingga Nadin terkejut dan banjir stir ke kiri.
Beruntung Nadin masih bisa menginjak rem tepat waktu hingga ia bisa mengendalikan mobil dengan baik. Namun, bodi mobil sebelah kiri sedikit menyerempet pembatas jalan. Sehingga Nadin pun kesal.
Dengan penuh amarah, gadis cantik ini pun langsung keluar dari mobil untuk memberi pelajaran pada pengemudi tersebut.
"Keluar!" teriak Nadin, sembari menggedor pintu kaca mobil itu. Sedangkan Zahra masih duduk diam terpaku di bangku penumpang mobil itu. Gadis itu shock.
Pengemudi itu pun keluar dari mobil. Namun terlihat sangat santai.
"Heh, kamu bisa nyetir nggak?" teriak Nadin. Berkacak pinggang kesal.
"Bisa."
"Kenapa kamu ngerem mendadak. Padahal di depan nggak ada apa-apa?" Nadin menatap marah.
"Maaf Nona, tadi ada yang nyebrang," jawab pria itu.
"Ngeles aja kamu, di sini mana ada yang nyebrang. Mana yang nyebrang? Siapa yang nyebrang?" tanya Nadin sembari mencari seseorang yang menyeberangi jalan.
"Itu!" tunjuk pria itu pada kucing yang ada di depan mobil Nadin.
"Hanya seekor kucing, Bodoh. Harusnya kamu tabrak aja!" jawab Nadin geram.
"Astaga Nona, anda ini kenapa? Kucing juga mahluk hidup. Emang Anda mau ditabrak?"
"Halah.. di dunia ini nggak ada yang berharga selain manusia. Dasar!" Nadin semakin naik pitam.
Pria itu diam. Sepertinya malas meladeni gadis barbar yang ada di depannya. Dengan santai, pria tampan ini pun membuka pintu mobilnya. Hendak masuk ke dalam. Karena ia merasa, gadis yang bermasalah denganya ini dalam keadaan baik-baik saja.
"Ehhhh, mau ke mana kamu? Mau lari ya? Tanggung jawab dulu!" pinta Nadin sembari menarik kerah kemeja pria itu.
"Tanggung jawab apaan, Nona? Anda nggak kenapa-napa. Mobil Anda juga baik-baik saja," jawab pria itu.
"Baik-baik saja matamu. Sini lihat," ajak Nadin sembari menarik pria itu dan menunjukkan bodi mobilnya.
"Tu lihat? Gimana kamu bisa bilang mobilku nggak apa-apa ha? Biar mobilmu itu kamu jual, tak akan bisa membiayai servis mobilku. Gila aja kamu bilang mobilku baik-baik aja!" ucap Nadin kesal.
"Astaga, Nona? Yang salah Anda sendiri, nggak fokus saat nyetir. Kenapa harus nyalahin pengguna jalan lain. Saya nggak mau tanggung jawab. Apaan!" balas pria itu sembari melangkah menghindar.
Nadin semakin naik pitam. Tak ingin melepaskan pria itu begitu saja, Nadin pun kembali mengejar pria itu. Agar sang pria mau bertanggung jawab atas kesalahan yang dia lakukan.
"Heh, kamu... "
"Apa lagi Nona?"
Cekrek ..
Nadin memotret wajah pria itu, dia juga memotret nomer mobil yang dikendarai oleh pria itu.
"Anda apa-apa sih, Nona?" tanya pria itu.
"Sekarang aku melepaskanmu karena aku ada urusan. Tapi setelah urusanku selesai, aku akan membuat perhitungan denganmu. Mari kita lihat, sejauh apa kamu bisa lari dariku!" ancam Nadin seraya membalikkan tubuh dan melangkah mendekati mobilnya.
Sedangkan pria itu hanya berkacak pinggang, diam. Tak tahu harus membalas apa.
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 112 Episodes
Comments
LENY
DUA YG SALAH NYETIR DLM KEADAAN MABUK NADIN2
2023-05-03
0
⚘️💙⚘️ Neng Gemoy ⚘️💙⚘️
kalo udah kejadian aja deeeh ... baru mikir tuh ... 😠
2023-04-01
0
Sabilnur Alif
jodoh x yaa..awal nya nihh🤣🤣
2023-02-23
0