Kamu harus menjadi milikku!

"Menikahlah denganku!"

Bagai tersambar petir di tengah cuaca panas setelah Anne mendengar syarat yang diajukan oleh om Rudi. Ia menggeleng pelan dengan pandangan yang tak lepas dari sosok yang ia hormati selama ini.

"Saya tidak salah dengar, om?" Sekali lagi Anne meyakinkan apa yang baru saja ia dengar.

"Tidak!" jawab om Rudi dengan yakinnya, "Hanya itu syarat yang harus kamu penuhi!" Om Rudi menatap Anne dengan intens.

Anne tersenyum getir setelah melihat tatapan mata serius dari pria yang bersikap tenang di tempatnya. Rasanya ia tidak percaya dengan apa yang ada saat ini. Sungguh, hatinya semakin hancur tak tersisa.

"Kenapa Om tega melakukan semua ini? Kenapa, Om? Jawab!" bentak Anne saat terhenyak dari tempatnya saat ini. Entah, keberanian dari mana yang membuat Anne membentak ayah dari sahabatnya itu.

Om Rudi berdiri dari tempatnya saat ini. Beliau hanya tersenyum simpul melihat wajah cantik Anne yang memerah karena menahan emosi yang besar. Beliau berjalan menuju meja kerjanya dan setelah itu beliau menyadarkan pantatnya di tepi meja.

"Karena sejak awal saya menginginkan kamu, Anne! Saya tidak pernah menanggap kamu sebagai seorang anak karena pada kenyataannya saya tidak bisa mengendalikan perasaan yang hadir dalam hati," jawab om Rudi dengan tangan yang bersedekap.

Sekali lagi, harapan dan kepercayaan yang selama ini diberikan Anne kepada om Rudi harus hancur begitu saja. Rasa sedih dan marah membaur menjadi satu. Ingin sekali ia menampar pipi pria matang tersebut.

"Jangan harap Om bisa menikah dengan saya!" ujar Anne dengan rahang yang mengeras, kedua mata indah itu melebar sempurna.

Mendengar hal itu om Rudi kembali tersenyum, kali ini senyumnya lebih lebar, seakan sedang menertawakan keputusan Anne, "Apa kamu yakin dengan keputusan ini, An?" Om Rudi menatap Anne dengan intens.

Tanpa menjawab pertanyaan itu, Anne meraih tas slempangnya. Ia berlalu begitu saja dari ruangan itu dengan membawa sejuta luka dan kekecewaan yang begitu besar. Anne menatap om Rudi dengan penuh kebencian sebelum benar-benar keluar dari ruangan bernuansa putih itu.

Braak!

Om Rudi menghela napasnya setelah melihat kepergian Anne. Beliau hanya bisa menatap menutup pintu yang tertutup rapat itu. Om Rudi terlihat santai tanpa rasa bersalah sedikitpun. Beliau memijat pangkal hidungnya sambil memikirkan cara agar bisa mendapatkan Anne seutuhnya.

"Anne, aku tidak akan melepaskanmu! Biar bagaimanapun kamu harus menjadi milikku, dengan atau tanpa restu dari Dara!" gumam Om Rudi sambil menegakkan tubuhnya.

Om Rudi berjalan menuju kursi kerjanya, beliau duduk dengan tenang dan setelah itu tangannya mulai menarik laci paling bawah yang ada di meja kerjanya. Selembar foto berukuran 4R berhasil beliau raih dalam genggaman.

"Aku seperti melihatmu hidup kembali, Sekar!" gumam om Rudi dengan pandangan yang tak lepas dari sosok wanita yang ada dalam foto tersebut, "Bahkan dia lebih keras kepala darimu," lanjut om Rudi dengan diiringi senyum tipis.

Suara pintu ruangan yang kembali terbuka membuat om Rudi segera mengembalikan foto tersebut ke dalam laci. Kedua sudut bibir itu tertarik ke dalam saat melihat Anne berdiri di ambang pintu. Hatinya bersorak karena beliau bisa menebak jika kali ini takdir sedang ada di pihaknya.

"Tidak bisakah kita menghabiskan satu malam saja untuk membayar biaya rumah sakit ibu saya!" ujar Anne dengan tatapan kosong.

...🌹Selamat membaca🌹...

➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖

Hallo selamat pagi😍

Untuk menambah kehaluan kalian, nih othor udah mencarikan Visual yang cocok untuk tokoh di novel ini😍 kalau gak cocok kalian bisa membayangkan orang lain deh, sesuai dengan kehaluan kalian😍 untuk yang mau melihat video promonya boleh kepoin IG ku @tie_tik