Chapter 2

Baik Theo dan Mellisa tidak ada yang bisa menikmati film yang mereka tonton kali ini. Mereka sibuk dengan pikiran mereka masing-masing, hingga mengabaikan popcorn dan minuman yang sempat mereka beli tadi.

Setelah selesai menonton film, langkah mereka menuju ke sebuah restoran, tempat mereka biasa makan bersama. Mungkin Theo memang sudah tidak selera makan, tapi ia juga harus memperhatikan dirinya sendiri agar tetap bisa berjuang.

Berjuang untuk memperbesar usahanya, agar bisa mempertahankan Mellisa disisinya.

"Udah aku bilang kan tadi, kalo aku yang traktir." Ucap Mellisa sembari menahan Theo yang hendak merogoh dompet disaku celananya.

"Tapi...."

Mellisa menggelengkan kepalanya, lalu meletakkan kartu debitnya dan membayar tagihan makan mereka.

Sejak pertemuan dengan Emma tadi, mereka memang tampak canggung. Tidak banyak interaksi dan percakapan diantara keduanya, padahal biasanya mereka akan saling bertukar cerita dan bercanda.

"Kita mau langsung pulang atau... kamu mau mampir ke suatu tempat?" Tanya Theo setelah membantu Mellisa memasangkan sabuk pengamannya.

"Sayang... a-aku... minta maaf atas kejadian tadi. Enggak seharusnya Emma ngomong kayak gitu, aku-"

"It's okay, sayang." Theo menyela perkataan Mellisa, lalu mengusap pipi Mellisa dengan lembut. "Kenapa kamu yang jadi ngerasa bersalah? Emma aja biasa aja kan setelah ngomong begitu."

"Mami Papiku emang keberatan sama hubungan kita, tapi aku tetep mau bertahan sama kamu. Aku yakin nantinya kamu akan berhasil, dan membuktikan ke orangtuaku kalo kamu layak untuk aku."

Theo mengukir senyuman lebarnya. "Makasih ya udah percaya sama aku. Aku janji enggak akan ngecewain kamu, aku akan berusaha keras biar event organizer-ku jadi besar, sukses dan dipercaya banyak orang."

Mellisa menganggukkan kepalanya. "Aku percaya, kamu pasti akan sukses, sayang."

Theo pun mencondongkan tubuhnya ke arah Mellisa, mendaratkan sebuah kecupan dikening kekasihnya dan memeluknya beberapa saat.

"Ah, ada satu hal yang mau aku omongin ke kamu." Theo melepaskan pelukannya.

"Tentang?"

"Aku... aku butuh modal untuk beberapa tender yang udah masuk, dan... itu enggak sedikit."

"Aku bisa bantu?"

Theo menggelengkan kepalanya dengan cepat. "Enggak, sayang. Kamu enggak perlu ngelakuin itu, tapi terima kasih banyak karena telah menawarkan bantuan. Tapi... aku berencana untuk ngejual mobil ini."

"K-kamu yakin?"

"Hm, karena... agak susah kalo mau ngajuin pinjaman ke bank sekarang. Jadi, cumq cara ini yang bisa aku ambil."

"Aku enggak masalah, kamu bisa pakai mobilku untuk ketemu klien atau-"

"Sayang... untuk urusan itu, aku bisa kemana-mana pakai motor. Tapi masalahnya adalah... kalo... kita mau jalan berdua."

"Memangnya kenapa? Aku bisa gantian untuk jemput kamu, nanti kita bisa pergi pakai mobil aku. Kamu enggak perlu khawatirin soal aku."

Theo kembali menarik Mellisa ke dalam pelukannya, dan menghujani puncak kepala gadis itu dengan banyak kecupan. Rasanya lega sekali ia mendapatkan kekasih seperti Mellisa, yang dapat mengerti dirinya disetiap kondisi.

...****************...

Theo akhirnya menjual mobil kesayangannya. Mobil yang telah menemaninya sejak masa kuliah dan merintis karirnya. Tidak mudah hingga akhirnya ia memutuskan untuk melepas mobil yang merupakan satu-satunya harta miliknya. Tetapi demi kelangsungan hidup usaha dan gaji beberapa karyawannya, ia harus mengambil keputusan sulit ini.

Hampir setahun ini, Theo bekerja dengan sepeda motor second yang dibelinya. Sedangkan saat akan pergi berkencan dengan kekasihnya, Mellisa akan menjemputnya ke rumah.

Gadis itu memaksa, karena selama lima tahun bersama Theo-lah yang selalu mengantar jemput dirinya, dan mengantarkannya kemana pun. Mellisa tidak hanya datang untuk menjemput Theo, gadis itu sesekali mengobrol dengan ibu atau adiknya.

Hal itu tentu membuat Theo bahagia, setidaknya ia masih memiliki harapan. Meskipun orangtua Mellisa menentang hubungan mereka, tetapi Mellisa tetap bertahan untuknya.

Hari ini, Mellisa mengajaknya untuk bertemu. Setelah dua minggu berkutat dengan pekerjaannya yang sedang banyak, Theo akhirnya bisa meluangkan waktu untuk bertemu dengan Mellisa.

Berkat ketekunannya, usaha event organizer miliknya yang sudah cukup dikenal banyak orang membuatnya sangat sibuk. Theo berhasil memperluas usahanya, menambah karyawan dan mitra bisnisnya, serta menambah pundi-pundinya.

Ia bahkan dapat menyisihkan uang untuk membantu biaya kuliah adiknya yang akan masuk ke universitas sebentar lagi. Ia juga sedang mengumpulkan uang untuk membeli mobil, agar Mellisa tidak perlu repot-repot menjemputnya.

Setelah merapikan dokumen pekerjaannya, Theo bersiap untuk menemui Mellisa di sebuah kafe. Tidak seperti biasanya, Mellisa memintanya bertemu dilokasi dan tidak menawarkan diri untuk menjemputnya. Theo tidak mempermasalahkan hal itu, toh setelah bertemu dengan Mellisa dirinya ada janji temu dengan klien. Jadi dia bisa langsung menemui kliennya dengan sepeda motornya.

"Hai." Sapa Theo begitu sampai dimeja tempat Mellisa menunggunya. Theo mengecup puncak kepala Mellisa, seperti yang biasa dilakukannya saat bertemu.

Mellisa tersenyum, dan menggeser segelas milkshake yang dinikmatinya saat menunggu Theo tadi.

"Kamu mau makan?" Mellisa bertanya, dan dijawab gelengan kepala oleh Theo.

"Aku udah makan tadi di kantor. Tapi kalo kamu mau makan, aku temenin."

Mellisa menggelengkan kepalanya. "Aku enggak nafsu makan."

"Kenapa? Kamu sakit?" Theo bertanya dengan panik. Ia mengulurkan telapak tangannya untuk mengecek keadaan Mellisa.

"Sebenernya... ada yang harus aku omongin ke kamu."

Theo menarik tangannya, dan mulai menatap Mellisa dengan cemas. Tidak biasanya Mellisa bersikap serius seperti ini. Biasanya gadis itu selalu tersenyum dengan lebar dan bersemangat.

"Soal... apa?"

Mellisa meremas jemarinya, mengumpulkan kekuatan untuk mengungkapkan kepada Theo. Matanya mulai berkaca-kaca, bahkan disaat bibirnya belum mengeluarkan sepatah kata pun.

"Kita harus putus." Ungkap Mellisa dengan nada suara yang parau.

Theo terdiam. Ia hanya menegakkan punggungnya dan mengamati Mellisa dengan dalam, menunggu penjelasan yang akan dikemukakan oleh kekasihnya.

"Kita... udah enggak bisa ngelanjutin hubungan ini lagi."

"Tapi kenapa, sayang?"

"Karena orangtua aku."

Theo kembali mengatupkan bibirnya. Memang sudah pasti adalah masalah keluarga Mellisa yang tidak bisa menerimanya, dan seharusnya tadi ia tidak perlu menanyakannya.

"Aku tau aku bukan dari keluarga kaya, tapi aku sedang berjuang untuk bisa bertahan diatas kakiku sendiri. Usahaku sedang dalam kondisi yang jauh lebih bagus. Jika aku sukses nanti, mereka pasti akan merubah penilaiannya terhadapku kan?"

Mellisa menggelengkan kepalanya dengan mata yang berlinang. "Justru karena itu. Aku enggak ingin orangtuaku ngehancurin usaha kamu hanya demi kepentingannya. Mereka pasti akan ngincer kamu kalo hari ini kita enggak pisah."

"T-tapi...."

"Aku enggak mau kamu kenapa-napa. Aku enggak mau bisnis kamu berantakan hanya karena keegoisanku untuk bertahan sama kamu."

"Kita bisa ngadepin ini semua sama-sama, sayang." Theo meraih jemari Mellisa dan menggenggamnya dengan erat.

"Enggak bisa. Kamu enggak tau papi bisa bertindak sejauh apa." Jawab Mellisa dengan air mata yang mengalir dengan derasnya.

Theo menghela nafasnya, dadanya terasa begitu sesak. Lima tahun ternyata tidak cukup untuk membuktikan kepada keluarga Mellisa bahwa ia layak untuk menjadi pendamping Mellisa. Bahkan dengan kesuksesannya bertahan dan memperbesar usahanya sendiri. Karena bagi orangtua Mellisa, dirinya tetaplah berbeda kasta dengan mereka.

Terpopuler

Comments

Hemi Imut

Hemi Imut

Jofoh mu lg dikekepin dulu sama rafa

2022-06-06

1

Ummi Fatihah

Ummi Fatihah

Theo....semangat..💪
Alitha menantimu .😀😀

2022-06-02

1

summer

summer

sedih banget, Theo bukan pure blood 😭😭😭

2022-06-01

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!