16. Golden Staff

Slitherio melesat maju sementara Shoun juga melesat sambil mendorong tongkatnya sekuat tenaga. Serangan itu berhasil ditahan oleh Slitherio dengan Flame Phoenix Sword dan sedikit terpukul mundur.

“Sudah kuduga kau tak mampu menahannya...” Shoun mengangkat tongkatnya dan tertawa keras.

“Oh tidak, waktunya hampir habis.” Slitherio melihat sisa waktu Potionnya yang tersisa beberapa menit lagi.

“Beri aku kesempatan!” Atra maju dan mulai menyerang Shoun dengan cakarnya.

“Mechanic Claws Technique: Silver Claws!” Cakar Atra berubah menjadi keperakan, membuat kekuatan serangannya meningkat lagi.

“Mechanic Claws Technique: Puncture!”

“Flame Sword Technique: Puncture of Despair!”

Disaat yang bersamaan, Slitherio dan Atra menusukkan senjata mereka masing-masing ke tubuh Shoun yang berlutut putus asa.

“Arrggghhh!”

Teriakan terakhir Shoun menggema mengisi sunyinya siang hari di hutan dan membuat Slitherio serta Atra menutup telinganya dengan rapat.

Tak lama, Shoun berubah menjadi butiran merah kehitaman, menghilang selamanya digantikan dengan jatuhnya sebuah tongkat yang mirip dengan milik Shoun. Hanya saja, tongkat itu terlihat mulus, tanpa goresan sedikit pun.

Atra menarik kembali cakarnya sedangkan Slitherio menyarungkan pedangnya kemudian meraih tongkat itu.

“Slitherio... Api...” ujar Atra dengan pelan.

Slitherio membuat sedikit api kemudian melemparnya kearah Atra yang terluka. Tak lama, HP milik Atra kembali terisi penuh dan lukanya menghilang. Perhatian Slitherio kembali kepada tongkat tersebut.

[Golden Staff (Legendary)

Senjata milik Shoun, King of Monkey. Tongkat ini menyimpan ilmu bayangan terbaik di Midvast dan sebuah jiwa dari War Monkey God.

Atk: 500-600

Atk. Spd: 50%

Skill unik: Damn Staff: mengurangi Phy. Def lawan sampai 5%]

“Pantas saja...” Slitherio merasa kalau penyebab dirinya bisa kalah melawan Shoun karena skill unik dari Golden Staff sendiri.

Ia lalu menyimpannya kemudian mengajak Atra melanjutkan perjalanannya menuju Underworld Empire.

***

3 hari kemudian...

“Akhirnya desa lagi...” Atra menghirup udara keramaian yang baru ia rasakan kembali setelah berjalan di hutan selama 3 hari 2 malam.

Mereka masuk dan mencari sebuah penginapan. Dalam sekali lihat, Slitherio bisa melihat bahwa desa ini termasuk desa yang lumayan ramai. Ini terlihat dari banyaknya penginapan yang bisa mereka temukan.

Mereka mencari sumber bahan makanan lagi mengingat hampir seminggu mereka berada di hutan dan kini bahan makanan mereka habis.

Dikarenakan para monster yang diburu oleh Slitherio dan Atra tidak menjatuhkan daging sedikitpun, mereka memilih berhemat soal makanan.

Sebelum mencari bahan makanan, mereka terlebih dahulu mencari makanan di restoran terdekat. Dengan penampilan mereka tidak sulit mendapatkan makanan enak. Mereka juga diberikan tempat yang bagus dan bisa untuk melihat pemandangan di lantai 2.

Sebuah suara bisikan terdengar di telinga Slitherio yang sedang menunggu makanannya disajikan, “Kau, berikan aku kepada seorang pemuda yang baru datang di... Ah, ia duduk di dekat jendela lantai 2...”

“Kau siapa?” tanya Slitherio dengan mata yang waspada.

“Aku Shoun, aku butuh tubuh baru untuk... Ah, itu tidak penting. Yang penting serahkan aku kepada orang yang kumaksud.” Shoun berbicara, tetapi ia tidak memiliki tubuh.

Slitherio menoleh dan melihat ada seorang pemuda yang membawa sebuah tongkat baja di punggungnya memesan beberapa makanan.

“Apa yang kau maksud dia?” Slitherio menunjuk pemuda itu.

“Kau berbicara dengan siapa?” tanya Atra sambil mengedarkan pandangannya sekeliling, berusaha mencari orang yang diajak berbicara oleh Slitherio.

Slitherio tidak menjawab, melainkan menuju seorang pemuda yang dimaksud oleh Shoun.

“Hai, namaku Slitherio. Aku ingin memberikamu sesuatu...” Slitherio duduk di depan pemuda itu dengan santai sementara pemuda itu sudah sedikit waspada, merasa Slitherio memiliki niat buruk.

“Apa kita mengenal?” pemuda itu meraih tongkatnya, berniat menariknya jika Slitherio sungguh memiliki niat buruk.

Slitherio menggaruk kepalanya, “Bukan berarti tidak mengenal dapat membuatmu tidak ingin berkenalan dan berbicara dengan sesama, kan?”

Pemuda itu menggaruk kepalanya, membenarkan ucapan Slitherio. Pemuda itu memanggil pelayan dan membatalkan seluruh pesanan yang tadi ia pesan.

“Kenapa kau ingin memberiku sesuatu?” tanya pemuda itu ketika mereka duduk di meja Slitherio. Hidangan yang barusan Slitherio dan Atra pesan sudah datang dan Atra sudah memakannya lebih dahulu.

“Apa kau ingin job baru?” tanya Slitherio dengan senyum lebar.

“Job baru? Baru-baru ini aku mendapat Second Jobku, jadi aku...” ucapan pemuda itu terpotong oleh ucapan Atra.

“Apa kau tidak mau Special Job?” tanya Atra dengan santai, tidak peduli orang-orang mendengar ucapannya. Seketika suasana menjadi sepi.

Job disini dibagi menjadi tiga tingkatan, yaitu First Job, dilanjutkan dengan Second Job, dan terakhir Grand Job.

First Job merupakan job pembuka sekaligus yang pertama kali di dapatkan, contohnya Swordman, Spearman, dan lain-lain.

Second Job merupakan job kedua yang didapatkan dengan mencari skill khusus maupun mencapai level tertentu. Biasanya batas level untuk mendapatkan Second Job adalah level 100. Seorang Swordman dapat memilih Knight maupun Swordmaster untuk Second Job mereka.

Grand Job adalah job lanjutan sekaligus job terakhir yang didapatkan seorang pemain. Job ini juga sama cara mendapatkannya dengan Second Job, tetapi batas level yang diperlukan adalah level 400. Seorang Knight dapat memilih menjadi Gladiator atau menjadi Grand Knight.

Diluar ketiga tingkatan job tersebut ada pula yang disebut dengan Special Job. Ada yang mengatakan bahwa Special Job memiliki kekuatan yang mampu mengimbangi pemain dengan Grand Job sekalipun.

Sebagai Human, seorang pemain dapat memakai berbagai Special Job. Lain halnya jika ia memiliki ras selain Human maka pilihan Special Job menjadi terbatas.

Slitherio dan Atra memiliki Special Job dan merubah ras mereka masing-masing. Slitherio dengan ras Phoenix memiliki job Flame Knight dan Atra memiliki ras Werewolf dengan job Claws Knight.