"maafkan aku...!" ucap Erik tulus menatap wajah Dimas.
"kalian siapa?, " tanya Dimas menatap Erik.
Pak Edwan memanggil Dimas di taman rumah sakit untuk menjelaskan semuanya dan meminta maaf atas kejadian yang di buat Erik tanpa di sengaja. Pak Edwan juga akan mengganti rugi untuk menutupi semua masalah dan tidak melaporkan ke polisi.
Namun Dimas yang mendengar hal itu tidak menerima baik ia yang sejak tadi mendengar penjelasan Pak Edwan naik pitam. Satu bogem mentah kearah wajah Erik membuat Erik terduduk di tanah dengan sudut bibir mengeluarkan darah.
"Apa pikiran orang kaya seperti kalian dengan uang semuanya akan beres! Apa kalian pikir aku akan menerima baik saat nyawa kedua orang tua ku direnggut oleh putra mu!" pekik Dimas lantang dengan emosi yang mulai sudah tak tertahan.
"maafkan aku...! Aku benar-benar tidak sengaja melakukannya! aku mohon jangan melaporkan ku ke polisi ak-... aku takut sendirian dalam penjara! " Erik memegang kaki Dimas memohon untuk di maafkan.
" maafkan lah putra ku dan saya akan menjamin biaya kehidupan mu! Saya akan mengangkat mu sebagai putra ku dan bertanggung jawab atas kehidupan mu sekarang! " terang pak Edwan.
" aku tidak Sudi hidup dengan seorang pembunuh! " ucap Dimas dingin menatap pak Edwan dan Erik dan pergi meninggalkan mereka berdua.
"Daddy...!" lirih Erik menatap pak Edwan.
"tenanglah sayang Daddy akan berusaha membujuknya! " ucap kan Edwan memeluk Erik.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Keesokan harinya jenazah kedua orang tua Dimas segera di makamkan dengan layak oleh warga dan tetangga dekat rumah Dimas.
Erik dan pak Edwan pun ikut hadir dalam pemakaman kedua orang tua Dimas, saat pemakaman selesai dan semua warga sudah pulang ke rumah mereka sementara Dimas yang masih berada di pemakaman menangis pilu di atas makam orang tuanya.
"Abi...! umi...! Dimas sangat rindu dengan umi dan Abi! Dimas sudah tidak memiliki tempat pulang Dimas! Dimas harus kemana sekarang...? hiks ..hiks...hiks...'" Dimas memeluk nisan kedua orangtuanya menumpahkan tangisannya.
"Ada tempat mu untuk pulang nak...!" imbuh pak Edwan yang muncul tiba-tiba bersama Erik.
" kalian...! apa yang kalian lakukan di sini !" geram Dimas menatap Erik dan pak Edwan tajam.
Saat pak Edwan ingin berbicara Erik menahan pak Edwan, membuat kode kepada pak Edwan bahwa ia ingin berbicara empat mata bersama Dimas.
Pak Edwan mengangguk mengerti segera menjauh dari Dimas dan Erik.
Memberikan ruang untuk Erik mengatasi masalahnya. Erik juga sudah siap jika memang Dimas yang tidak mau menerima baik dan ingin mencoblos dirinya ke dalam jeruji besi.
Erik duduk di sejajar Dimas sambil memandang ke arah makam.
" Aku dengar dari warga bahwa kalian keluarga yang sangat harmonis," ujar Erik membuka pembicaraan menatap Dimas yang masih terdiam.
" Aku tau rasanya kehilangan bagaimana namun mungkin kasus mu lebih menyakitkan dari ku !" ucap Erik membuat Dimas sedikit tertarik membuat nya melirik ke arah Erik.
" Aku kehilangan sosok ibu yang sangat aku sayangi, saat hari itu wanita bak bidadari di mata ku harus pergi meninggalkan aku selamanya karena telah bertaruh nyawa mengeluarkan putri kecil yang dulu aku anggap sebagai pembunuh ," jelas Erik dengan wajah sendu mengingat kembali kematian Mommy nya.
"Saat dulu aku sangat membenci adik perempuan ku dan menganggap kehadirannya adalah sebuah kesialan bagi keluarga kami, karena dia aku dan Daddy harus kehilangan wanita yang sangat kami sayangi." ucap Erik melirik ke arah Dimas.
" namun setelah lama aku berpikir dan melihat tingkah lucu seorang anak yang begitu polos yang tidak mengetahui hak apapun itu, membuat aku sadar bahwa ini memang bukan kesalahannya namun itu semua keputusan Tuhan yang tak bisa aku tentang karena nyawa seseorang tidak ada yang bisa tau kapan sang pemilik akan mengambilnya," tutur Erik.
Dimas masih terdiam seribu bahasa mendengar cerita hidup Erik.
" memang benar aku salah menabrak kedua orang tua mu walau aku tidak sengaja atau tidak berniat untuk menabraknya dan seandainya malam itu aku tidak keluar dari rumah mungkin kejadian ini tidak akan menimpah orang tua mu, " ucap Erik pelan.
" Namun jika memang takdir orang tua ku harus meninggal maka orang lain yang akan menabraknya," sambung Dimas pelan ia mulai berpikir jernih saat mendengar cerita Erik.
" karena Takdir Tuhan tidak ada yang tau bukan begitu maksud mu," ucap Dimas melirik ke arah Erik.
" tapi aku siap jika memang kau ingin mencoblos kan ku ke dalam penjara dan tentang biaya hidup mu, Deddy ku akan tetap menjamin nya hingga kau menjadi orang yang sukses" ucap Erik tulus menatap Dimas.
" sekali lagi maafkan aku Dimas mau kan kau menjadi saudara ku, aku belum pernah merasakan bagaimana memiliki seorang adik laki-laki," ucap Erik mengulurkan tangannya dan Dimas membalas uluran tangan Erik, ia hanya mengikuti kata hatinya yang meronta untuk menerima Erik sebagai saudaranya.
"baiklah, ayo kita ke kantor polisi dan membuat laporan!" Erik bersemangat segera berdiri berjalan melangkah ke arah pak Edwan. Namun langkah Erik terhenti saat Dimas memanggilnya.
" Erik...! aku memaafkan mu! " ucap Dimas membuat Erik berbalik menghadap Dimas.
Hembusan angin yang menerpa ke permukaan wajah Dimas dan Erik. senyuman Dimas mengisyaratkan keikhlasan nya untuk memaafkan kesalahan Erik.
" Tuhan lah yang telah mentakdirkan kematian kedua orang tua ku. Jujur memang saat aku mengetahui orang tua ku mengalami kecelakaan karena ulah mu membuat ku benar-benar marah, namun satu sisi setelah mendengar cerita mu aku bersyukur bahwa kau masih mau bertanggung jawab dan menyesali perbuatan mu !" jelas Dimas menatap wajah Erik yang tak jauh dari pandangannya.
"seandainya orang lain yang menabrak kedua orang tua ku, apakah mungkin mereka masih melakukan hal yang sama dengan apa yang kau dan Daddy lakukan pada ku?," ucap Dimas menatap Erik.
beningan putih meleleh membasahi pipi Erik, ia tertunduk dan mengangkat wajahnya kembali menatap Dimas yang tersenyum padanya.
" terimakasih!" ucap Erik dengan tangisan berlari kecil memeluk Dimas.
" aku tidak akan membiarkan saudara ku menderita di dalam penjara!" ucap Dimas sambil mengusap punggung Erik.
"terimakasih Dimas, kau sangat memiliki hati yang baik dan tinggal lah bersama ku dan Daddy," tawar Erik sambil melepas pelukan mereka.
Namun Dimas terdiam saat Erik mengajaknya untuk ke rumah mereka, dalam hati Dimas ia tidak ingin meninggalkan rumah yang penuh kenangan manis bersama umi dan Abi nya.
" maafkan aku kak Erik tapi sepertinya aku lebih nyaman tinggal di rumah ku," ucap Dimas membuat Erik mengerti dengan hal itu.
"baiklah tapi aku bisa menginap di rumah mu, saat aku rindu dengan Adik lelaki ku?, " tanya Erik membuat Dimas menganggukkan kepalanya.
sementara pak Edwan yang berdiri tak jauh dari Dimas dan Erik bisa mendengar pembicaraan mereka terharu hingga sudut matanya mengeluarkan cairan putih.
Melihat kebesaran hati Dimas yang mau memaafkan Erik yang Nyata sudah bersalah membunuh kedua orang tuanya membuat pak Edwan sangat terkesan dengan Dimas.
pak Edwan sangat tidak menyangka Dimas akan melakukan hal ini. Padahal mereka sudah menyiapkan diri saat Dimas tidak ingin menerima baik dengan kejadian ini.
Flash back Off
bersambung.....
jangan lupa untuk:
👍 like
💬 komen
❤️ favorit
🎟️ vote
🥀 berikan hadiah jika kalian menyukai novel ini
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 112 Episodes
Comments